Mr. Na-3

4.4K 444 12
                                    

Dentingan dari sumpit yang sesekali mengetukan dirinya ke mangkuk menghiasi makan pagi mereka, Jaemin selaku boss nya malam tadi menginap akibat ia memaksa ingin menetap dengan alasan sudah malam, lagian jika dipikir-pikir jam 10 malam pun sudah larut, kenapa tidak langsung pulang saja dan segera mengisi perut?.

"siapkan keperluanku" Renjun mendongak, tidak sopan jika ia terus melanjuti kegiatan makannya, dirinya mengangguk setidaknya walaupun bukan dikantor ia tetap harus menurut akan perintah pria Na ini.

"lalu siapa yang mencuci piring?" beberapa detik terlewatkan tidak ada respon dari orang dihadapannya ini, sejak kapan pria Na ini menjadi tuli? Renjun mengatup-ngatup bibirnya, setidaknya ia tahu bahwa boss nya ini tidak mungkin mau melakukannya.

"yasudah lanjutkan saja makan nya pak, biar saya siapkan pakaian anda" tungkainya ia bawa pergi untuk meninggalkan dapur, hanya tersisa Jaemin dan alat makan yang kotor saja. Dengan inisiatif pria Na itu segera membawa dirinya untuk berada dihadapan piring dan alat masak yang kotor, mencucinya sesekali tidak apakan? lagipun ia tidak sering untuk mengunjungi apartment milik sekertarisnya ini.

.

.

.

Renjun bersyukur memiliki boss yang membimbingnya dengan sangat baik, walaupun terkadang kelakuannya membuat Renjun bingung bukan main. Tangannya dengan telaten membawa beberapa barang yang sekiranya dibutuhkan untuk dikantornya, tidak banyak si hanya tablet yang sering ia bawa kemana-mana, sedangkan pria Na itu hanya membawa tot bag berbahan kulit miliknya dengan berisi beberapa dokumen yang memang tidak bisa di tinggalkan diruangannya.

"sudah rapih pak" Renjun memberikan senyumnya yang menawan saat si empu bersitatap dengannya, ibu jarinya memaksa untuk mengacung memberi hadiah yang tak seberapa itu, dampaknya memang tidak ada hanya saja senyum kecil dibibir tipis milik si tampan menghiasi wajahnya.

"terimakasih Huang" diambang pintu Renjun berdiri menunggu seseorang yang sedari tadi berkaca untuk melihat penampilannya, takut-takut ada yang kurang. Padahal jika Jaemin berujar seperti itu mungkin Renjun orang pertama yang berteriak lantang jika Na Jaemin manusia tertampan dengan segala yang ada di tubuhnya semuanya sangat sempurna, ia tidaj berbohong, tidak juga melebih-lebihkan agar mendapat bonus karena ucapannya, hanya saja memang itu kenyataannya.

"untuk apa pak?" Renjun sedikit menunduk, jujur saja dirinya malu ditatap sedemikian rupa dengan si empu disebrangnya, "untuk kamu yang sudah menyiapi saya sarapan dan-

Pria Na itu menjeda kalimatnya, ia berjalan menuju si mungil, tungkainya ia hentikan saat sudah berada didepan si rubah bermarga Huang itu.

"sejak kapan bossmu menjadi sepatu pantofel hitam, Huang?" si pemilik marga mendongak, dirinya mengejang kaget saat dihadapannya sudah ada Jaemin yang sedang menatapnya, hanya menatapnya tanpa raut yang jelas. Bisa disimpulkan jika pria Na ini sedang mengangguminya, Hell ia bukannya terlampau percaya diri, hanya saja memang dirinya sudah sangat hapal di tatap seperti itu dalam jarak dekat maupun jauh.

Keduanya bersitatap, pupil hitam legam itu memandang semesta yang sangat luas didalam mata si mungil, pria kelahiran agustus itu sangat mengagung-agungkan si Huang ini, jujur saja Renjun sangat cantik bahkan dalam porsi laki-laki seharusnya ia tidak mendapatkan wajah yang sedemikian rupa. Namun Jaemin tidak membenarkan bahwa laki-laki harus berwajah sangar karena semua dipatahkan dengan Renjun si pemilik wajah cantik.

"-keperluan saya" sambungan kalimat dari pria Na ini memang hanya semata-mata untuk berterimakasih, namun siapa sangka jika si pemilik marga Huang ini akan merona? pipinya yang sedikit tembam itu memerah samar-samar. Renjun amat merutuki hatinya yang mudah sekali berdenyut kencang saat berada di sekitar bossnya ini, efeksi dari boss nya ini sangat berpengaruh terhadap dirinya yang mudah merona.

MR. Na [✔]Where stories live. Discover now