Satu Frekuensi!

2.1K 346 99
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Menikmati perjalanan naik kereta api, dari Ambarawa – Tuntang, diantara anak – anak kecil yang dibawa berwisata sama orang tuanya, kami kayak pasangan bulan madu dengan konsep wisata yang agak ajaib.

Beberapa komunitas pecinta kereta api, yang sibuk bercerita seru. Membahas seri kereta, tahun pembuatan dan ... bikin aku sempat di cuekin Gyan karena mendadak dia seru sendiri juga, bergabung dengan perbincangan bapak – bapak pecinta kereta api itu.

Aku akhirnya duduk disamping Gyan, pandangan keluar jendela, dengan jari diem – diem nyubit samping paha Gyan. Gyan berjenggit kaget, lalu noleh ke aku yang senyum nenek sihir ke dia.

Aku nunjuk hp dan Gyan membuat hpnya yang sudah kutinggalan pesan 'CUEKIN AJA TERUS, GAK ADA KANGEN – KANGEN.' Dan Gyan terkekeh geli sambil tangannya terjulur merangkulku. "Jadi mas nya ini, kerja di industri apa?" Tanya sang bapak yang dari tadi seru mengajak ngobrol Gyan, akhirnya mengganti topik pembicaraan.

"Saya arsitek pak." Gyan merogoh kantong celananya dan mengerluarkan dompetnya. Ternyata dia ngasih kartu nama. Bisaaak aja suami gue, lagi honeymoon dia promosi kantor. Gak papa deh, cepet kaya cepet kaya, batinku sambil membayangkan mukul – mukul Gyan pakai lembaran duit, kayak ibu sayur yang kalau habis terima bayaran, doyan banget mengibas dan memukul sayurannya yang belum terjual dengan uang.

"Oo... punya biro sendiri? Saya simpan mas kartu namanya." Dia menerima kartu nama itu dan menukar dengan kartu namanya "Saya pengusaha kecil – kecilan mas disini. Saya buka rumah makan, kapan – kapan mampir. Sama ada guest house yang saya kelola juga, warisan dari keluarga istri. Kapan – kapan, mampir ya mas?" Tawarnya dan Gyan yang memang anak sopan, mengangguk sopan sambil menerima balik kartu nama itu.

"Ini, berduaan aja? Anak – anak gak dibawa?" tanyanya dan Gyan tertawa "Kami belum ada anak pak. Baru nikah belum satu bulan, pak. Kalau udah anak nanti geger sekeluarga." Jawabnya yang aku sambut dengan tawa sambil cubit lagi pinggangnya. Sembarangan kalau ngomong.

Bapak itu tertawa renyah, ngalah – ngalahin peluit kereta Thomas. Aku gak tahu nama kereta ini, yang aku bilang mirip kereta Thomas dan Gyan sukses ngakak lihat respon pertamaku begitu lihat wujud keretanya.

"Oalaah, lagi berbulan madu ternyata. Yasudah, mbaknya jangan di cuekin, dari tadi mas nya saya ajak ngobrol terus." Lalu si bapak tadi berpaling mengobrol sama teman – temannya.

Dari tadi kek.

Aku melirik Gyan yang masih setia merangkulku sambil kami menatap keluar jendela "Maaf, hehehe. Seru juga bahasin kereta api." Bisiknya yang aku sambut dengan bibir manyun. Gyan menowel bibirku yang masih manyun dengan telunjuknya sambil tertawa.

"Senang gak? Udah kesampaian kan?" Tanyanya dan aku mengangguk "Aku kok jadi keingat kamu naik choo choo train sama Rayqa sama Rayhan, ya?" Dan Gyan ketawa mengingat moment itu.

OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang