I Will Never Let Her Go!

3K 475 309
                                    

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.



Sudah beberapa hari lewat dan kata-kata mas Andra waktu kami berdiri berdua di teras rumah, terus terngiang – ngiang 'Jangan mengulang sejarah.' Katanya sambil nepuk pundak gue.

Gue hanya tersenyum pahit, karena gue tahu, yang Mas Andra maksud jangan mengulang sejarah tuh apa. Maksudnya gue jangan kayak Papa, melukai hati istri. Berkhianat. Selingkuh. Gue paham betul, kalau hati yang luka itu yang paling sulit di perbaiki.

Sekali hati itu patah, sulit di sambung lagi. Hati siapapun sih, gak hanya hati istri. Tapi juga hati anak dan orang tua.

Uang bisa di cari. Bahkan gue pernah mendengar kisah, seorang ibu rumah tangga yang di tinggal selingkuh suaminya, gak di sisakan harta sepeserpun dengan dzalimnya, berhasil membangun kehidupan dengan anak-anaknya dengan sangat layak. Bisa di katakan sukses banget malah.

Memang Allah seadil itu. Pengabdiannya sebagai istri yang shaleha, di bayar tunai oleh Allah, dengan caraNya sendiri. Mungkin itu yang dimaksud mas Andra, jangan pernah khawatir walau gak bekerja sekalipun. Karena Allah gak suka menyia-nyiakan hambanya yang shaleh dan shaleha. Contohnya ya si istri shaleha yang masih juga harus tertimpa musibah, dapat suami yang dzalim.

Rezeki Allah, cuman Allah yang tahu lewat mana dan ke siapa datangnya.

Tapi kata-kata 'Jangan mengulang sejarah.' Adalah sesuatu yang luar biasa banget buat gue. Seolah gue menyimpan genetik itu di dalam diri gue dan harus bisa gue lawan.

Gue memang terlahir dari bibit seorang peselingkuh. Tapi jangan lupa, ada darah Mama juga di dalam tubuh gue. Mama yang setia dan penuh pengabdian pada rumah tangganya. Mama yang pemaaf terhadap kesalahan Papa. Mama yang memiliki cinta yang tulus banget buat gue dan Papa. Bahkan buat Gendis.

Jadi, seharusnya gue gak hanya di identikan dengan Papa hanya karena gue laki-laki. Gue bisa aja menurun sifat Mama kan?

Setia itu tekad, bukan genetik. Gue sih yakinnya begitu. Walau ada penelitian ini dan itu yang bilang ada sifat genetiknya juga di dalam masalah kesetiaan? Gue tetap meyakini, kalau itu gak genetik. Gak boleh genetik.

Gue gak mau menerima sifat genetik Papa yang satu itu. Gue lebih baik dari Papa.

Bahkan gue sampai detik ini, gak tertarik sedikitpun dengan Ciara. Gue bisa aja melihat Ciara dengan birahi. Pakai nafsu bukannya pakai mata. Karena memang itu yang dia tawarkan. Sejak awal kenal sebagai klien, gak ada satu kalipun dia muncul di hadapan gue dengan pakaian sopan. Dia mengumbar semuanya, tanpa ampun.

Gak perlu repo-repot cari kesempatan. Karena memang lo bakalan otomatis melihat dengan sendirinya.

Gue tahu gimana seksinya dia. Semua pria normal akan mengakui kemolekan tubuhnya. Jangan tanya gimana gue bisa tahu? Karena memang dia ngasih lihat semuanya, jadi wajar kalau gue tahu. Tapi gue tetap berusaha menghormati dia sebagai wanita, dengan gak ambil kesempatan itu.

OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt