Chapter 37 : Ayah, Aku Pulang

1.2K 151 16
                                    


.


Dua jam usai perjalanan, Mereka tiba di tujuan.

Ada yang mengatakan bahwa beberapa masyarakat di larang memasuki alun-alun liberio karena disana masih zona berbahaya.

Berbahaya bukan karena adanya racun, atau hal lainnya. Tapi banyak kenangan mengerikan di kota Liberio.. Alun-alun disana sangat sepi, hanya sebagian orang yang sibuk berjalan diatas reruntuhan gedung sambil mengais sesuatu untuk dicari. Tidak semua orang bisa sembuh setelah melalui berbagai peristiwa besar dipusat kota.

Rumbling sudah usai setahun yang lalu, tapi nampaknya Marley belum membangun ulang kota ini...

Atau mungkin mereka masih trauma?

Lagipula Marley dan Eldian sudah tak ada bedanya. Hanya sama-sama manusia yang bernafas dengan udara yang sama .

Dan sekarang, mereka sudah hidup berdampingan.

Usai turun dari kereta kuda, Armin membawa kembali tas-tasnya dan berdiri di samping Annie.

Annie nampak terdiam.

Suasana yang ia lihat sudah berbeda, terakhir ia meninggalkan rumahnya dengan suasana masyarakat yang ramai dan hidup normal. Namun sekarang, ia melihat pemandangan kota yang hancur menjadi sisa reruntuhan.

Armin menghela nafas, dia akan memaklumi jika Annie terkejut.

Mereka akan di arahkan jalannya menuju bangunan tua yang dijaga oleh beberapa petugas disana. Banyak bangunan tua yang menjadi rumah tetap semenjak rumbling.

"Ini dia... kita sudah sampai." ucap Armin.

Annie mengangguk.

Dia memegang dadanya, rasanya... dia punya perasaan yang bercampur aduk. Dia takut tidak bisa bertemu ayahnya.

Armin langsung memberinya tepukan ke bahu, membuat Annie menoleh.

"Tidak apa-apa Annie" ucap dia.

Annie agak menunduk, dia berusaha untuk yakin. Walau situasinya memang sedikit menyedihkan.

Di gerbang depan banyak anak-anak bermain dengan bola yang lunak, kelihatannya kempis? tapi mereka masih memainkannya dengan riang. Mereka bermain dengan benda yang seadanya. Bahkan ayunan yang ada di sebelah lapangan tersebut hanya di pasang di batang pohon dengan tali dan sebuah Ban mobil untuk jadi tempat duduknya.

Dan lagi... Armin mendapati ada deretan dapur umum dengan orang-orang yang mengantri panjang.

Jadi... sudah seperti ini ya keadaan Marley?

"Ayo Armin, kita cari ayahku, ku dengar mereka menyimpan nama-nama penghuninya. Aku ingin memastikan bahwa ayahku masih ada" Kata Annie, dia langsung berjalan.

Armin mengangguk pelan. "Benar, ayo..."

Saat ia mulai berjalan, baru saja selangkah, Armin langsung reflek memegangi kepalanya. Rasanya... sedikit pusing, sekilas pemandangan mengerikan muncul didalam kepalanya. Armin melihat kehancuran tersebut lewat mata Colossal-nya. rumah-rumah yang hancur, penuh darah dan bekas sisaan api akibat transformasi ledakan miliknya.

Jika saja bentuk titannya saat itu memiliki telinga, Armin bisa membayangkan jeritan menyedihkan anak-anak dan para orang tua yang menjadi korban ledakan Colossal-nya.

Suara tawa riang anak-anak di pengungsian seketika terdengar seperti jerit tangisan bagi telinganya.

Ughhh.. tidak, jangan lagi.... Armin berusaha sekuat mungkin untuk mengabaikan sensasi mengerikan itu.

New World, New LifeWhere stories live. Discover now