Chapter 2 : Harapan

5.3K 507 181
                                    


"Armin, apa si Leonhart itu sudah tidur?

Armin menyesap teh, indera birunya melirik ke sosok wanita muda yang duduk bersebrangan di hadapannya.

Mereka berdua berada di dalam ruang rapat. Armin dan Hitch membicarakan masa lalu.

"Oy, kau ini selalu memperhatikan dia kan? Bahkan sejak dia berada di dalam kristal" Tanya Hitch.

"Ya, kau dan Annie dulu teman sekamar kan?" Armin bertanya balik.

Hitch agak menoleh ke jendela, siang hari di luar nampak berawan ya.

"Ya, memang. Aku dan Annie dulu sekamar"

"Pasti ada banyak hal yang kalian lewati selama menjadi Polisi militer kan?"

Hitch mendengus acuh. "Kau ini, si Annie itu seperti wanita tanpa mulut. dia jarang berbicara, dan selalu membuat 'lelucon' soal Titan dengan tinggi 15 meter"

"Dia berkata jujur padamu" jawab Armin.

Hitch menghela nafas berat, rasanya membicarakan Annie seperti mengingat masa dimana ketika Marlow masih hidup.

"Jangan melemparku dengan pertanyaan yang tidak penting, Armin. aku yakin Annie yang sekarang sudah keluar dari kristal, pasti sangat berbeda. dia belum tahu apapun, bahkan dunia setelah era Titan berakhir" kata Hitch, memberi Armin dengan tatapan agak menyipit.

Armin menunduk, mata birunya melihat cerminan diri di atas air teh yang mulai habis setengah.

Era Titan sudah selesai ya...

"Kau nampak lebih diam semenjak Eren dan Mikasa mati" kata Hitch.

"Aku bahkan tidak tahu tujuan hidupku sekarang" Armin menjawab sedih, pasang mata mulai kelabu mengingat dua sahabat karibnya yang sudah pergi.

"Aku merasakan hal yang sama sepertimu. ketika aku tahu Marlow sudah mati, aku sendiri tidak tahu tujuanku di polisi militer. tapi aku sadar... Pasukan pengintai seperti kalian butuh banyak pengorbanan... terkadang, merelakan sesuatu yang dekat denganmu, terasa menyedihkan. tapi itu adalah nyata, apa yang kau lihat di dunia ini bukan tipuan"

Jeda sejenak.

"Sekarang ketua Pasukan pengintai adalah Jean kan? Kuharap si kuda itu tidak ceroboh" ucap Hitch.

Armin tersenyum. "Jangan khawatir, Jean tahu apa yang ia lakukan. Hanji-san sudah percaya padanya"

"Aku mau keluar dulu" Hitch beranjak dari kursinya, melangkah pergi.

Armin bingung "Kau mau kemana?"

"Aku ingin menemui teman-temanku dulu, ada rapat penting. kalau kau mau menunggu, sebaiknya tunggu di ruang sebelah saja. karena tempat ini mau di pakai untuk menulis dokumen" jawab Hitch, dan akhirnya, dia pergi.

Armin tinggal sendirian didalam ruangan tersebut. dia menghela nafas, rasanya sepi sekali. 7 tahun melewati masa yang mengerikan.. menghadapi titan. Kini tanpa Eren dan Mikasa, semua sangat hampa.

Jean sudah menjadi pimpinan pasukan pengintai, Connie yang menjadi wakilnya.

Dan Armin?

Tidak, tidak ada. Armin merasa cukup menjadi anggota biasa. dia tidak pandai melakukan hal apapun, dia hanya bisa memberi ide dan saran. Jean sebenarnya ingin sekali Armin yang menjadi wakil, tapi Armin merasa, posisi itu sangat tidak layak baginya.

Haahhh...

Sekarang apa ya?

Armin memejamkan mata sejenak, sepertinya tidak salah tidur sebentar di ruang rapat ini. dia sedikit terbawa rasa kantuknya, membuat dirinya mulai memasuki alam di bawah kesadaran...

New World, New LifeWhere stories live. Discover now