Chapter 17a

421 31 1
                                    

"Mami sudah menyiapkan baju untuk dipakai ke wisudamu." Tresha mengangkat kepalanya untuk menemukan Mami yang kini menghidangkan coklat panas di hadapannya. Asapnya masih mengepul membuat Tresha merasa wajahnya menghangat.

"Cepat sekali." Kekehnya.

"Yang seperti itu harus segera, supaya kalau salah bisa diperbaiki dulu."

Tresha menganggukkan kepalanya. Ia meletakkan penanya untuk menggenggam gelas kaca berisikan coklat hangat itu. Panas dari gelas itu cukup untuk membuatnya merasa lebih baik, ditambah lagi aroma coklat yang menguar masuk ke dalam hidungnya.

"Besok ujian hari terakhir, kan?" Mami membuka pembicaraan. Ia menunggu Tresha menganggukkan kepalanya sebelum akhirnya melanjutkan. "Kamu masih tidak berbicara dengan Draven?"

"Tidak." Jawabnya singkat.

Sudah empat bulan, atau bahkan lebih sejak terakhir ia berbincang dengan sahabatnya yang satu itu. Bukannya Draven tidak berusaha, namun Tresha lebih baik kabur dibanding harus berbicara dengan sahabatnya itu. Tidak ada yang bisa dikatakan pria itu yang bisa membuat keadaan lebih baik.

Mami menggelengkan kepalanya bingung bagaimana harus menghadapi sifat keras kepala putri semata wayangnya. Permasalahan ini sudah cukup memprihatinkan hingga Draven sendiri meminta bantuannya.

"Kalau menurut Mami, wajar saja Draven seperti itu. Ini kan pertama kalinya dia pacaran. Pertanyaan Mami, Tresha betul marah karena Draven mengabaikanmu atau karena hal lain?" Hanya orang bodoh yang tidak menyadari perasaan Tresha pada Draven.

"Mami." Pintanya. Ia tidak ingin membahas cintanya yang berakhir nelangsa itu.

"Besok kamu bicara dengan Draven, ya setelah ujian." Ucapan Mami terdengar final, "Dengarkan saja dulu cerita Draven. Kalau memang kamu tidak bisa berteman seperti dulu dengannya lagi, katakan baik-baik. Jangan main kabur saja."

Tresha menatap Mami dengan bibir yang menekuk, ia benci jika Mami sudah seperti ini. Meski parenting Mami bisa dianggap santai, atau malah kelewat santai,-karena orang tua mana yang membawa anaknya kabur dari sekolah untuk Spa, Tresha masih belum bisa membantah ibunya itu.

"Lagipula besok kalian janji makan mie rebus di pantai, kan?" Tanyanya lagi.

"Kok Mami tahu?" Serunya. Entah dari mana Mami bisa tahu janjinya dengan Draven beberapa bulan yang lalu.

"Memangnya ada yang Mami tidak tahu?" Tanyanya balik.

Tresha hanya menggerutu, ia tahu pasti Draven yang meminta tolong Mami di belakangnya. Memang dasar licik, pria itu tahu betul kalau Tresha paling tidak bisa membantah Mami.

Mami mengulurkan tangannya dan menarik pergelangan Tresha. Ia menggunakan kedua telapak tangannya untuk menangkup telapak tangan Tresha dan menatapnya baik-baik seolah ingin mengingat setiap fitur dalam wajah Tresha.

"Tresha-nya Mami sudah dewasa." Kekehnya, "Mami senang." Tambahnya lagi.

Tresha hanya tersenyum mendengar pujian yang diberikan Mami untuknya. Jarang-jarang kedua orang tuanya itu menganggapnya dewasa, yang ada selalu diperhatikan dan diperlakukan bagai anak kecil.

"Tapi Mami lebih senang kalau kamu berbaikan dengan Draven." tambahnya lagi dengan tawa. Mami bergerak menuju dapur membuat susu dan menemaninya belajar tanpa ada niatan untuk meninggalkan putri semata wayangnya itu malam ini..

.
.
.
.
.

Tak peduli tatapan Eve dan Rue yang siap melahapnya, Tresha menatap bangga pada hasil karyanya yang kini dibalut kotak berwarna biru. Menyelesaikan cincin ini dalam waktu kurang dari sebulan, terutama di tengah kesibukannya yang merajalela bukan hal yang mudah.

Side Chick ✅️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang