Chapter 32b

437 23 0
                                    


Percakapan terakhirnya dengan Draven seolah hilang ditelan bumi ketika pagi datang, begitu pula pagi-pagi selanjutnya karena Tresha sudah tidak memiliki waktu untuk main-main lagi.

Tidak ada yang pernah mengatakan bahwa menyiapkan fashion show akan mudah, dan tenaganya sudah hampir terkuras habis tiga minggu belakangan ini. Terkadang ia akan bertahan di butik hingga dini hari dengan pekerjaannya dan membiarkan Draven menjemputnya.

Apartemen baru milik pria itu lebih dekat, membuatnya menjadi tempat ideal bagi Tresha. Ia menghabiskan hampir dua minggu di apartemen pria itu dan hanya mengganti pakaiannya di rumah. Tubuhnya kini mati rasa.

"Sepatunya mana?"

"Sudah dibilang rambutnya dibiarkan digerai saja!"

"Jangan diberikan tan spray!"

Suara ricuh di backstage membuat Tresha menggelengkan kepalanya. Ia sendiri kini masih sibuk dengan salah satu model papan atas yang akan memimpin show hari ini. Kepribadiannya sombong tapi ia beberapa kali mengenakan pakaiannya di beberapa acara jadi Tresha tidak masalah.

"Aku lebih suka rambutku digerai." Gerutunya.

"Rambutmu sengaja diangkat agar aksen di bagian punggungnya terlihat." Tresha berusaha menjelaskan.

"Aku bisa kibaskan rambutku, seperti Gigi Hadid." Model itu kembali menggerutu.

Model itu mengangkat bahunya tidak peduli dan kembali fokus pada wajahnya sendiri di kaca. Tresha menghela nafasnya, sebentar lagi dan semuanya akan segera selesai. Jujur saja, ia sudah tidak sabar menenggelamkan tubuhnya di bathup dengan air hangat dan melemaskan ototnya.

"Sudah!" Serunya.

Ia beranjak dari bangkunya, membiarkan model itu memperhatikan penampilannya sendiri dan mulai mencari orang untuk dibantu. Eve dan Rue sudah sejak lama meninggalkan backstage tapi Tresha tidak bisa diam begitu saja. Seluruh tubuhnya gelisah.

"I've been looking for you." Draven menarik tangannya menjauh dari backstage, "Eve bilang aku harus mencarimu. Kamu belum ganti baju."

Tresha melirik ke arah business suit yang ia kenakan sejak kemarin dan menghela nafasnya. Bukan hanya ganti baju, ia juga harus mandi. Jangan sampai ia membuka acara dengan bau badan yang semerbak ke seluruh stage.

Draven terus menariknya sampai di depan ruangan yang bertuliskan staff only. Ia tahu Eve dan Rue menunggunya disana. Sudah satu bulan ini mereka membiarkan Draven lalu lalang di sekitar mereka.

Rue, entah bagaimana ceritanya sudah berhasil menyelesaikan kekesalannya pada Draven. Mulutnya terkunci rapat ketika membahas hubungannya dengan Tresha,- sahabatnya yang satu itu tidak bisa sok suci, ia pernah melakukan hal yang jauh lebih buruk-. Dibanding kesal, Tresha malah merasa Rue memanfaatkan kehadiran Draven.

"Ah akhirnya! Terima kasih." Sahabatnya itu menyeret Tresha dari genggaman tangan Draven dan membawanya ke meja rias.

"Lo belum mandi ya?" Serunya sembari mengibaskan tangannya, menunjukkan bahwa bau badannya tercium. "Mandi dulu sana, hari ini kita harus kelihatan aura orang kaya, bukan babu-babu korporat!"

Tresha menggelengkan kepalanya dan melenggang masuk ke bilik yang ada di ruangan itu. Matanya melirik ke arah Eve dan Draven yang kini saling bertatapan. Draven tidak berkutik di bawah tatapan membunuh yang dilayangkan Eve kepadanya.

Eve tidak mengatakan apapun setelah malam itu, kebanyakan percakapan mereka hanya tentang pekerjaan. Mereka sibuk. Dan jika Eve memang tidak setuju dengan keputusannya, nampaknya sahabatnya itu enggan untuk membicarakannya.

Side Chick ✅️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora