Part 28

8.9K 906 22
                                    

Lisa berada diruang rawat Tuan Presdir bersama Dr. Minju untuk mengecek kesehatan pria tua itu.

"Apa anda Dr. Manoban yang akan mengoperasi saya.?" Tanya tuan presdir.

"Nee Tuan. Saya Dr. Manoban yang akan memimpin operasi anda. Maafkan saya jika saya baru menemui Tuan hari ini." Kata Lisa membukkukan tubuhnya.

"Tidak apa-apa Dokter. Aku mendengar banyak tentangmu dalam operasi, ternyata kau sangat muda." Pujinya.

"Kamsahamnida Tuan Presdir. Lusa adalah jadwal operasi anda dan sampai saat ini tekanan darah anda normal, kami harap anda juga berjuang untuk operasinya Tuan."

"Aku akan berjuang Nak. Cucu-cucuku pasti merindukanku jika saya tidak kembali kerumah."

"Kami akan membantu yang terbaik untuk anda Tuan presdir Jung Dong Hwan."

Lisa dan Minju kembali memberi hormat sebelum keluar dari ruangan.

***

Pintu ruangan Lisa terbuka dengan Jennie disana. Dia mengusap lengan Jasnya yang kotor.

"Kenapa dengan lengan bajumu.? Dan mana Coffeku.?" Tanya Lisa.

"Karena Coffee itu bajuku jadi kotor. aku menabrak seseorang. Aku menumpahkan coffee itu Jasnya, dan untungnya ahjussi itu tidak marah." Kata Jennie menjatuhkan tubuhnya di sofa.

"Ahjussi.?"

"Nee. Aku menabrak ahjussi dan kau tahu ahjussi itu sangat tinggi dan memiliki wajah sangar, aku sempat ketakutan. Aku fikir ahjussi itu akan marah padaku."

"Tinggi.? Wajahnya sangar.?" Lisa sejenak berfikir dengan apa yang dikatakan Jennie hingga akhirnya kembali sadar dan langsung berlari kearah gadis itu.

Lisa menangkup wajah Jennie mencari apakah ada luka disana dan mengecek tubuhnya yang lain, membuat Jennie bingun.

"Ada apa.. kenapa kau---"

"Apa sesuatu terjadi padamu. Apa ada yang terluka. Katakan padaku J.?"

"Kau kenapa Lisa.? D-dan aku tidak apa-apa. Aku hanya meminta maaf pada ahjussi itu."

Lisa menghela napas lega dan menjatuhkan tubuhnya disamping Jennie.

"Ada apa..?" Tanya Jennie lagi.

"Ahjussi yang kau tabrak tadi membawa 2 bodyguard.?" Tanya Lisa membuat Jennie mengangguk.

"Kenapa kau tahu.?"

"Itu Daddy J.."

"Daddy.? D-Daddy kamu.?" Tanyanya, Lisa mengangguk. Jennie berdiri memijat pangkal hidungnya. "Ya ampun Lisa kenapa kau tidak bilang dari tadi. Aku menumpahkan Coffee di Jasnnya, bagaimana jika Daddymu semakin membenciku. Yakk!! Lalisa. Ini semua salahmu karena kau tidak pernah memperlihatkan photonya padaku."

Lisa memutar matanya malas. "Itu tidak penting J. Setidaknya kau tidak kenapa-kenapa." Kata Lisa berdiri meraih tangan Jennie.

"Dengarkan aku. Daddy suka padamu atau tidak, aku tidak peduli J. Aku akan tetap menjagamu agar tetap aman. Kita tidak butuh restu Daddy, yang aku butuhkan kamu J. Aku hanya butuh kau tetap disampingku." Kata Lisa menatap lekat mata kucing itu.

"T-tapi Daddymu juga punya hak untuk hu---"

"Dia tidak punya hak J. Apapun yang aku lakukan itu bukan haknya." Kata Lisa menarik tubuh gadis itu dalam dekapannya. "Tidak ada yang bisa mengendalikanku jika itu tentang dirimu J."

Jennie membalas pelukan Lisa dan memeluknya erat.

***

Langit sore menyinari wajah pria paruhbaya itu. Sejak tadi dia duduk disamping makam istrinya.

Saranghae Dr. Manoban ✔Where stories live. Discover now