14. Mencoba Terbiasa

64 9 0
                                    

Melepasmu adalah kesakitan
Merindukanmu adalah penyiksaan
Namun, apalah dayaku?
Kau sudah bukan lagi siapaku

Segala kenangan takkan begitu saja lenyap
Sisa rasa pun masih membuatku meratap
Aku bukan tidak bisa
Aku masih harus mencoba terbiasa

                       _Alifa Soraya_

Dua bulan kemudian

Kehidupan Alifa mulai kembali normal. Ia sudah lebih bisa menerima kenyataan yang terjadi padanya. Ia tengah gencar memfokuskan diri pada pekerjaan barunya, sebagai sekretaris langsung pak David.

Aji, yang sebagai sahabat sekaligus sekretaris pak David yang lama. Memperoleh mandat untuk memegang salah satu anak perusahaan milik keluarga pak David.

Hari-hari Alifa semakin sibuk dengan banyaknya meeting, di tengah riwehnya persiapan pernikahan kakaknya, Sherly.

Iya, pernikahan Sherly dan Dani sudah di tetapkan dua setengah bulan dari pertunangan. Yang artinya, Minggu depan lah hari jadi akadnya.

Mengingat kata akad, ada sesuatu yang berat, yang berhasil menghantam sisi terdalam Alifa.

Ia sungguh sudah berusaha merelakan Dani untuk kakaknya. Tapi, sungguh sebuah cinta, kisah, dan kenangannya. Tak akan serta merta hilang dari ingatan.

     Di tengah lamunan panjangnya, seseorang terlihat datang menghampiri mejanya. Seseorang itu adalah ibu Risma, mama dari pak David, atasannya.

"Selamat siang, mbak sekretaris?!" sapa mama Risma dengan tersenyum ramah. Membuat Alifa tergeragap.

"Emm, maaf bu. Siang juga. Ada yang bisa di bantu?" tanya Alifa kikuk, mama dari David itu tersenyum geli.

"David nya ada?" tanya mama Khailila.

"Oh, ada Bu. Kebetulan sedang tidak ada tamu" jawabnya mencoba terlihat biasa saja.

"Oh, gitu? Baiklah, kalau gitu, saya masuk ya mbak?" pamit mama Risma.

"Silakan, Bu" sahut Alifa.

Mama Risma pun masuk ke dalam ruangan putranya, sementara Alifa beranjak ke kamar mandi. Ia akan mengambil wudhu untuk melaksanakan Dhuhur yang sudah masuk waktunya.

🌞🌞🌞

      Sementara itu di dalam ruangannya, David tengah menandatangani beberapa berkas, juga membaca beberapa laporan perusahaan yang diserahkan Alifa pagi tadi. Saking khusuknya, ia tidak menyadari jika pintu ruangannya terbuka.

Sang mama, menatap penuh haru pada putra keduanya. Yang selalu semangat bekerja seperti papanya. Ia selalu bisa bertanggung jawab sebagai lelaki sejati.

"Siang pak, mau mengantarkan makan siang" goda sang mama sembari menirukan gaya berbicara OG.

"Saya belum pesen makan, lagian belum jam istirahat" sahutnya enteng tanpa melirik siapa orang yang masuk ke ruangannya.

"Tapi, ini spesial pak, dari mbak sekretaris di depan" goda mamanya lagi.

Mendengar kata sekretaris, David terdiam sejenak. Sebelum akhirnya penglihatannya menyadari, bahwa sang mama lah yang masuk ke ruangannya. Wajah memerah dan senyum kikuk, seketika tergambar di wajah David.

Demi mengalihkan rasa malunya, ia segera menyongsong sang mama tercinta, agar masuk dan duduk di sofa di ruangannya.

"Mama udah dari tadi?" tanya David basa basi.

"Belum lah, barusan aja"

"O..oohh"

"Kenapa kamu gugup gitu?" tanya mamanya heran.

Pergilah Tanpa Hati (Open PO, 14-24 Mei 2023)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang