49. Hah?

42 7 0
                                    

Kehebohan tengah terjadi di kantor David. Karena lelaki itu datang tiba-tiba dengan pakaian yang berbeda dari biasanya. Bukan pakaiannya yang aneh, melainkan kabar yang ia bawa lah, yang membuat penghuni kantornya bak kebakaran jenggot.

Bagaimana tidak heboh para penghuni kantor. Karena mereka baru mengetahui bahwa Alifa masuk rumah sakit. Selain itu, David yang mengumumkan pernikahannya dengan sang sekretaris, membuat sebagian besar para karyawan menjadi patung mendadak.

Untuk membuktikan kebenaran tentang ucapannya, David mengajak beberapa perwakilan dari masing-masing divisi. Khusus dari divisi keuangan, ia mengajak semuanya. Karena dulu Alifa berasal dari divisi tersebut.

Maka di jam pulang kantor ini, David mengajak bawahannya yang berjumlah dua belas orang, menuju pusat perbelanjaan. Membeli buah tangan untuk mereka berikan pada Alifa. Tenang saja, mereka cukup memilih barang yang mereka idekan. David yang akan membayarnya.

    Setelah memarkirkan mobil masing-masing, mereka bertiga belas masuk bersamaan ke dalam gedung lima lantai tersebut. Mereka mulai berpencar untuk mencari barang yang akan mereka hadiahkan untuk istri baru sang atasan. Hanya Mira dan Banu yang setia mengekori David di belakangnya.

"Mira?" panggil David.

"Iya, pak? Ada yang bisa Mira bantu?"

"Iya. Alifa, suka warna apa, sih?" tanya David sembari melihat-lihat jejeran gamis di depannya.

"Em, Alifa nggak ada kesukaan warna khusus deh, pak. Tapi, dia suka warna yang kalem-kalem gitu, pak" sahut Mira.

"Bantu pilihkan, saya bingung" keluh David meminta bantuan.

Mira, dengan gerakan cepat, maju untuk memilih gamis cantik berbagai warna dan motif, yang menurutnya cocok dengan Alifa dan karakternya. Terhitung lima buah gamis, yang berhasil Mira pilih.

"Bapak? Dapat lima buah nih, nggak apa-apa?" tanya Mira hati-hati.

"Oh iya, nggak apa-apa. Sama hijabnya juga, tolong pilihkan, ya? Kamu dan Banu, juga boleh ambil baju yang kalian suka. Bonus dari saya, khusus."

"Pak, tapi?"

"Eh, udah, jangan banyak tapi. Mendingan segera pilihkan hijabnya buat Alifa, ambil yang kalian mau, setelah itu kita pergi makan" titah David.

Sebagai anak buah yang baik, mereka berdua menuruti apa yang David perintahkan. Ke duanya pun segera memilih baju yang mereka butuhkan. Giliran David yang kini setia mengekori mereka berdua.

"Kado kalian buat Alifa jangan lupa, ya? Mira, pilihkan kosmetik sama sepatunya juga buat Alifa"

"Siap, bapak!"

Mereka pun berlanjut memilih beberapa barang yang diperintahkan sang atasan. Tak lupa juga menyelipkan benda yang akan mereka hadiahkan bagi sang pengantin baru. Harga tidak jadi masalah, karena ada yang menanggung semuanya, bapak David Permana.

🌞🌞🌞

     Waktu begitu cepat berlalu. Tak terasa, jam di pergelangan tangan kiri David menunjukkan pukul 19.45 WIB. Tepat ketika mobilnya berhenti di parkiran rumah sakit, tempat Alifa di rawat. Setelah memarkirkan kendaraanya dengan aman, ia pun turun diikuti para karyawan. Mereka denga suka rela membawakan hadiah-hadiah yang telah David beli.

Dengan diapit Banu dan Mira, mereka perlahan berjalan memasuki gedung pesakitan tersebut. David tidak dapat menahan groginya, walaupun ia terlihat biasa saja. Bagaimana ia tidak grogi, kehadirannya dan para karyawan, sudah bak iring-iringan pengantin. Walaupun sebenarnya iya, hehe.

"Bapak, jangan pipis di celana, ya?" celetuk Revi, yang berdiri di belakang sang bos.

"Revi? Mau saya kasih SP, kamu?" bisik David mengancam.

Pergilah Tanpa Hati (Open PO, 14-24 Mei 2023)Where stories live. Discover now