27. Dilema

55 10 5
                                    

Aku harus bagaimana?
Antara cinta yang masih kupendam
dan sahabat masa kecilku yang meminta setitik kebahagiaan
Ah, aku dilema

_David Permana_

🌞🌞🌞

Masih diwaktu yang sama namun, di tempat yang berbeda. David tengah bertemu dengan kawan lamanya. Bukan di restoran atau di tempat pertemuan semacamnya. Melainkan di sebuah rumah sakit khusus kanker.
Ia tidak datang sendiri melainkan ditemani Risma, mamanya.

Kali ini ia tengah duduk di kursi di samping brankar, yang di atasnya tengah duduk bersandar seorang wanita cantik walau dalam pucatnya. Ialah Amelia, seorang pasien kanker darah stadium akhir. Ia merupakan kawan lama yang bisa dibilang sahabat masa kecil seorang David.

    Tangan kiri lelaki itu tengah memegang mangkuk berisi makanan, sementara tangan kanannya menyuapi si wanita dengan telaten. Sesekali wanita itu tampak mengulas senyum tipisnya, yang dibalas senyum tipis pula oleh David.

Mama Risma memperhatikan putra dan anak sahabatnya dari sofa di ruangan itu. Di sana, beliau duduk bertiga dengan ayah dan bunda Amelia.

"Udah kak, kenyang" ucap Amelia, berhasil menahan suapan yang akan diberikan David.

David mengalah, lalu meletakkan mangkuk yang ia pegang ke atas nakas. Ia kemudian membantu Amelia yang sudah ia anggap seperti adik itu, untuk meminum obatnya.

Selesai. David lantas menarikkan selimut hingga sebatas dada. Amelia tentu senang. Lelaki yang berjarak beberapa tahun di atasnya itu, masih hangat dan seperhatian dulu. Rasa cinta yang wanita itu miliki untuk sang pujaan, semakin bertumbuh sehat.

"Kak, boleh minta sesuatu, nggak?" pinta Amelia tiba-tiba.

"Mau minta apa memangnya?" tanya balik David.

"Bilang dulu, boleh apa nggak?" sahut Amelia.

"Iya deh, iya. Boleh, kamu mau minta apa?."

"Aku pengin kakak nikahin aku."

"Amel?" beo David terkejut.

"Aku tahu kakak bakal nolak aku karena aku bukan perempuan sempurna, aku penyakitan."

"Mel, nggak gitu. Kamu boleh minta apa aja asal jangan minta kakak buat nikahin kamu. Kakak nggak bisa, Mel" tolak David, Amel cemberut. Namun, wanita itu tidak patah semangat.

"Aku cinta sama kakak. Aku udah lama banget ngebayangin jadi pengantinnya kak David. Tapi, penyakit kanker ini telah lebih dulu menggerogoti tubuh aku. Aku nggak berani bilang tentang perasaan aku ke kakak."

"Mel, apa nggak ada permintaan lain? Ini terlalu berat buat kakak," sela David mulai gelisah.

"Sayangnya nggak ada, kak. Cuma itu yang aku mau sebelum Malaikat nyabut nyawa aku."

"Kamu nggak boleh ngomong gitu, kamu pasti sembuh."

"Obatku hanya kak David. Aku akan bisa bertahan kalau bersama kakak. Walau mungkin nggak akan begitu lama juga."

Diam. Semua hanya mampu terdiam, setelah Amelia menyelesaikan ucapannya. David membisu dalam peperangan batinnya. Para orang tua menghela napas dalam, menyaksikan dan mendengarkan apa yang baru saja Amelia ucapkan.

Pergilah Tanpa Hati (Open PO, 14-24 Mei 2023)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora