[12] Mall

7.8K 639 75
                                    

Sebentar, sebelum baca ceritanya aku mau tanya nihh

aku kan ga pernah kasih penggambaran JESI itu bagaimana atau seperti apa...

Kalian membayangkannya atau visualisasi nya dia tuh gimana si? penasaran hehe

Apa membayangkan visualisasi Idol, ulzzang, selebgram atau visualisasi yang kalian buat sendiri?

HAPPY READING 💖

Jesi menggeser piring kosongnya, yang baru saja isinya ia habiskan. Dia mengambil minum yang sudah Jeno belikan juga untuknya sebelum dia datang.

"Kamu ga ada kelas?" tanya Jesi setelah meletakkan kembali gelasnya di atas meja.

"Dosennya ada urusan," Jesi hanya mengangguk paham mendengar jawaban Jeno.

"Mau lihat tangan kamu," pinta Jesi yang kini sudah berhadapan dengan manik mata Jeno. Pandangan keduanya pun saling bertemu.

Jesi melakukan ini, karena ingin memastikan apakah tadi Jeno melukai dirinya sendiri lagi atau tidak. Pada kenyataannya rasa khawatir Jesi kepada Jeno masih sangat tinggi.

Jeno mengulurkan tangan kanannya kepada Jesi.

Benar dugaan Jesi, Jeno melukai dirinya sendiri lagi, untuk kesekian kalinya. Terdapat beberapa luka merah yang ada pada pergelangan tangan Jeno.

"Obat kamu udah diminum?" Jesi kembali melontarkan pertanyaan, dengan tangannya yang masih mengelus lembut jari Jeno yang luka.

Jeno menggeleng, "Aku ga sakit."

"Jen, please."

Fisik Jeno memang sehat, tapi tidak dengan mentalnya. Jeno bersikeras bahwa dirinya sehat dan baik-baik saja. Itulah kenapa keadaan mental Jeno semakin tidak karuan, karena Jeno jarang meminum obatnya.

Jeno itu keras kepala, ketika dia sudah mengatakan tidak berarti tidak, ketika dia sudah menginginkan sesuatu berarti harus. Itulah dia.

"Aku keliatan sakit dimata kamu?" pertanyaan Jeno berhasil membuat Jesi membeku. Manik mata mereka berdua bertemu.

Sial. Jesi tidak tahu harus menjawab apa. Jika Jesi bilang tidak, tapi kenyataannya Jeno sering menyakiti dirinya sendiri dan dirinya juga.

"Jesi!!" Jesi memutuskan kontak mata mereka berdua, ketika mendengar seseorang memanggilnya dari balik punggung Jeno.

"Rey!!" Jesi melambaikan tangannya meminta Rey untuk ke mejanya.

Jeno menoleh, melihat teman gadisnya itu, yang kini berlari kecil menuju ke meja mereka.

"Hai, Jen! udah lama ga ketemu," sapa Rey yang baru saja menaruh tasnya diatas meja dan mengambil alih kursi yang berada dihadapan Jesi.

"Hai, Rey!" Jeno hanya tersenyum kecil.

"Berita lo yang tadi pagi nonjok kak Mark udah kesebar luas," Rey kembali meneguk minuman yang berada ditangannya. "Gila ya lo, demen banget bikin heboh fakultas gue."

"Mereka aja yang terlalu sibuk urusin kehidupan gue," Rey hanya mencibir tidak suka dengan jawaban Jeno.

Sempat hening beberapa saat karena Rey kembali fokus kepada minuman yang tadi dia bawa.

"Oh iya! Lo harus tau keadaan Jaemin tadi -"

"Rey!" Jesi berhasil menghentikan pembicaraan Rey.
"Itu! sorry besok gue engga bisa nemenin lo, jadi harus diundur lagi."

Sebenarnya Jesi tidak ingin berbicara sekarang, tapi daripada membicarakan Jaemin didepan Jeno, lebih baik dirinya kena imbas Rey saat ini juga.

"WHAT!? LAGI?" seisi kantin melirik ke meja mereka.

Relationshit - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang