[14] fact

7.1K 650 46
                                    

Seorang wanita paruh baya dan seorang wanita muda, kini sedang berada di dapur bersiap untuk membuat cake. Iya benar, mereka Airin dan Jesi.

Setelah perbincangan tadi, Jesi tak menanyakan apa maksudnya agar lebih jelas. Jesi paham betul bahwa kini dirinya sudah tidak diberi restu oleh Henry. Saat Henry mengatakan hal tadi, hatinya seperti tersambar petir, rasanya sakit. Namun Jesi juga tahu, bahwa hubungannya kini dengan Jeno sudah tidak sehat.

Putus bukan perkara mudah bagi Jesi. Semua privasi miliknya ada ditangan Jeno. Kalian boleh mengatakan Jesi bodoh karena dengan gampangnya memberikan foto privasi dirinya kepada Jeno.

Ah lupakan. Jesi akan memikirkan ini nanti, dia tidak ingin membuat suasana disini semakin canggung.

"Sayang, ambilin mamah 3 telur," permintaan tolong Airin membuat Jesi sadar dari lamunannya.

"Eh? iya mah."

Jesi membuka lemari pendingin, mengambil 3butir telur yang akan di campur ke adonan. Baru ingin menutupnya kembali, pintu lemari pendingin di tahan oleh seseorang.

Jesi menoleh ke arah belakang. Tidak lain dan tidak bukan adalah Jeno.

"Aku mau ambil minum," tutur Jeno.

"Iya," Jesi bergerak untuk minggir, agar Jeno yang ingin mengambil minum tidak terhalangi oleh dirinya.

Baru ingin beranjak pergi, Jeno menahan tangannya, membuat Jesi menghentikan langkahnya.

"Aku di taman ya sama papah. Handphone sama tas kamu aku taro meja tv," Jesi mengangguk dengan senyuman menjawab penuturan Jeno.

cup!

Jeno mengecup dirinya di pipi, hal ini berhasil membuat Jesi membeku. Sebenarnya ini bukan hal aneh, ini hal biasa ketika Jeno menciumnya di pipi, tapi rasanya malu jika dilakukan dihadapan Airin, yang notebene nya adalah ibu Jeno.

"ekhem!" Jesi kembali tersadar dari rasa malunya. Lalu beranjak mendekati Airin.

"Sini biar mamah yang aduk adonannya, kamu siapin aja bahan yang lain," Jesi mengangguk menanggapi penuturan Airin.

Jesi beralih mengambil sebatang cokelat yang niatnya akan ia cairkan, sesuai resep yang Airin berikan.

"Jeno penyandang OCD dan Anxietas menyeluruh," penuturan Airin berhasil membuat Jesi terdiam sejenak dengan tangan yang memegang panci.

"Dia sulit ngendaliin emosinya, dan dia obsesi akan suatu hal," Airin terus menjelaskan tanpa menoleh atau melihat ke arah Jesi. Dirinya masih fokus mengaduk adonannya.

"Dia selalu cerita, dia khawatir dan takut orang yang dia sayang kenapa-kenapa. Jadi dia selalu minta kamu kabarin dia, kan?" Airin melirik sekilas ke arah Jesi yang sedang mengaduk cokelat batangnya yang mulai mencair.

"Dia harus dan selalu latihan tinju sendiri di kamarnya. Dia punya samsak di kamarnya. Dia ngerasa dia ga akan tenang kalo ga lakuin itu minimal sehari 1kali. Jeno selalu ngerasa lingkungan yang dia jalani itu sebagai ancaman. Dulu, keluarga ini ga seutuh ini, banyak ancaman dari orang yang tidak suka sama keluarga ini. Bahkan dulu, papahnya Jeno sempat berselingkuh, dan ternyata Jeno tau soal hubungan gelap papahnya. Jeno selalu di ancam untuk tutup mulut dan terkadang dapat tindakan kekerasan dari selingkuhan papahnya Jeno."

Demi Tuhan, Jesi baru tau semua akan hal ini. Dia hanya tau Jeno mempunyai gangguan mental, tapi Jesi tidak tahu persis apa penyakitnya dan apa penyebabnya.

"Mamah dulu tinggal di luar negeri. Jeno disini sama suster dan papahnya. Salah mamah ga pernah tau keadaan disini sebenarnya gimana. Mamah kaget saat pulang, lihat badan Jeno penuh dengan lebam, suster Jeno yang bocorin semuanya ke mamah. Sampai akhirnya mamah sendiri yang jadi tameng untuk Jeno. Mamah dan Jeno sempat tinggal pisah dari papah, karena saking jeleknya dulu papah Jeno."

Relationshit - Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang