28. KABAR PAHIT

2.1K 102 29
                                    

"kadang yang namanya senang, emang gak akan seterusnya begitu. Tinggal tunggu waktunya, sedih pun akan memainkan perannya."

•••

20 menit sudah dua insan itu duduk ditepi pantai. Kini matahari telah sirna ditelan lautan. Yang tersisa hanya pantai yang mulai gelap dan bulan yang bersiap-siap untuk menggantikan posisi matahari. Kinara dan Gavin masih setia duduk ditepi pantai tanpa bergeser walau semili.

"Ra, kenapa hati manusia berubah-ubah?"

"Karena Tuhan sudah menciptakannya begitu," jawab Kinara.

"Kenapa, Gavin?" Kinara bertanya.

"Gue gak ngerti sama perasaan gue sendiri," jawab laki-laki itu.

Kinara tidak mengerti, Gavin banyak bicara hari ini. Ia tahu Gavin adalah laki-laki yang dingin, tapi, kenapa hari ini Gavin banyak bertanya?

Jantung laki-laki itu bertalu-talu, tenggorokannya tercekat, rasanya apa yang ingin ia ucapkan tertahan.

"Gue berhenti suka sama Sherina," ucap laki-laki itu akhirnya.

"Ha?" Kinara terkekeh. "Terus lo sukanya sama siapa?" tanyanya meledek.

"Hati gue gak bisa bohong, gue suka sama lo." ungkap laki-laki itu yakin.

Kinara tertegun. Apa yang Gavin ucapkan barusan? Mungkinkah Kinara salah dengar? Sial. Jantung Kinara berdetak tidak keruan. Tidak. Kinara pasti salah dengar.

"Lo yakin sama apa yang barusan lo ucapin?" tanya Kinara menatap manik mata laki-laki itu. Tidak ada kebohongan di manik hitam laki-laki itu.

"Gue yakin." Gavin berkata tegas. Netranya menatap dalam manik hazel milik Kinara.

"Gue ragu sama lo, Gavin." Kinara menunduk.

Gavin menyangga badannya pada kedua tangannya yang bertumpu pada pasir. "Gapapa Ra, gue bakal berusaha buat lo percaya sama gue." Gavin kemudian berdiri, tangannya membersihkan pasir-pasir yang menempel pada tubuhnya. "Ayo." Gavin mengulurkan tangannya pada Kinara.

Kinara mendongak lalu menerima uluran tangan itu. "Mau kemana?"

"Nyari sesuatu yang bikin lo senang," senyum tipis terukir diwajah tegas laki-laki itu. Kinara mengerutkan keningnya tapi tetap mengikuti kemana Gavin membawanya.

Gavin mengajaknya pada stand makanan yang menjual makanan tradisional. "Beli kue pukisnya yang mang, buat berdua," ucap Gavin ramah pada sang penjual. Penjual tersebut membalasnya dengan mengacungkan jempolnya dan langsung membuatkan apa yang Gavin pesan.

Gavin mengajak Kinara duduk pada kursi kecil yang tersedia tidak jauh dari penjual kue pukis tadi. Tidak sampai 15 menit kue itu diantarkan oleh sang penjual. "Nih mas kue nya, satu buat masnya, satunya buat pacarnya yang cantik," ucap abang penjual kue pukis sambil terkekeh.

Gavin menerima dua mika yang berisi kue itu. "Belum jadi pacar mang, doain aja ya?"

"Siap deh."

"Makasih mang," ucap Gavin yang diangguki oleh Abang penjual tersebut.

"Buat lo, semoga lo senang." Gavin menyerahkan 1 mika kue pukis tersebut untuk Kinara. Kinara menerimanya dengan senyum merekah diwajahnya.

"Gue baru bisa ngasih lo senang, belum bisa ngasih lo bahagia." Kinara menoleh dengan mulut yang penuh mengunyah kue. "Suatu saat gue bakal kasih kebahagiaan yang lebih buat lo. Kebahagiaan yang akan bertahan lama. Kebahagiaan yang bakal buat lo meneteskan air mata karena merasakan kebahagiaan itu sendiri. Kebahagiaan yang tidak ada tandingannya." Gavin berucap panjang lebar. Suasana pantai dimalam hari yang tenang menciptakan suasana saat ini menjadi melankolis.

Kinara terkekeh, "ngomong apaan sih, Vin?"

Malam itu, pantai menjadi saksi dua manusia yang mulai berbaikan. Sungguh, Kinara begitu senang hari ini. Lambat lain ia mulai mengerti. Mungkin sudah waktunya ia berdamai dengan semua masalah yang terus menghantuinya akhir-akhir ini.

"Gue tunggu."

Gavin menoleh, alisnya mengernyit tanda tidak mengerti.

"Gue tunggu kebahagiaan yang akan lo beri."

***

Malam ini Sherina akan bertemu dengan seseorang. Sebagai ucapan terimakasihnya ia mengajak orang tersebut datang ke sebuah kafe. Ia ingin berterimakasih karena orang itu sering kali membantunya disaat-saat genting.

Ia duduk di kursi yang terletak di sudut kafe. Sembari menunggu orang itu datang, ia memesan makanan ringan serta minuman dingin. Seorang waiters datang dan mencatat apa yang Sherina pesan.

Selepas kepergian waiters tersebut orang yang Sherina tunggu datang dan langsung duduk di kursi sebrang meja Sherina.

"Maaf gue telat."

"Gapapa kok, makasih ya udah mau dateng, Gavin." Sherina berucap seraya tersenyum.

Laki-laki itu berpenampilan rapi. Menggunakan kemeja hitam yang lengannya ia angkat sebatas siku, celana jeans hitam dan sneakers. Siapa pun akan terpukau melihat pesona Gavin.

Mereka berdua mengobrol tanpa mereka sadari sedari tadi ada seseorang yang memerhatikannya dari jauh.

"Target sudah ditempat," ucap seseorang yang duduk jauh dari tempat Sherina dan Gavin. Ia berucap pelan melalui telepon.

"Lakukan seperti apa yang saya bilang." ucap orang yang menjadi lawan bicaranya ditelepon.

"Baik, nona," balasnya kemudian menutup telponnya.

Ia tersenyum menyeringai dibalik masker hitamnya. Kemudian mengarahkan handphonenya pada dua insan yang duduk di sudut kafe.

***

Pagi ini warga SMA Bumi Pertiwi digemparkan oleh salah satu postingan lambe turah SMA BP. Dimana akun tersebut memposting foto Gavin dan Sherina yang sedang duduk berdua di sebuah kafe.

Admin lambe turah tersebut juga menyebarkan berita bahwa Gavin dan Sherina sudah resmi berpacaran. Siapa yang tidak terkejut atas berita tersebut?

Kapten basket yang diidam-idamkan para siswi SMA Bumi Pertiwi itu kini resmi berpacaran dengan seseorang yang pernah menjadi partnernya dalam lomba olimpiade. Membuat satuan fans kapten basket itu patah hati.

Sebagian orang mendukung hubungan mereka karena dilihat cocok dan sama-sama pintar. Namun, ada juga sebagian orang yang tidak setuju.

Kinara mematung melihat dibangkunya saat melihat postingan tersebut dilayar ponselnya. Napasnya tercekat. Ia ingin tidak percaya akan berita yang disebarkan itu. Baru saja kemarin ia tertawa dan berbicara lepas bersama Gavin di pantai. Baru saja kemarin Gavin mengatakan jika ia berhenti untuk menyukai sahabatnya itu. Kini ia harus menerima kabar pahit bahwa laki-laki itu telah berpacaran dengan sahabatnya sendiri.

Sesak. Kinara seperti dipermainkan. Lelucon macam apa ini? Sahabatnya yang dulu mendukungnya untuk bisa dekat dengan laki-laki itu, tapi kini sahabatnya sendiri yang mengkhianatinya.

Kinara terkekeh miris. Ia mengusap kasar wajahnya. Baru saja kemarin ia merasakan senang, kini semesta mempermainkannya lagi.

****

AKHIRNYA UP LAGI😙

Saya sedang membayangkan cerita ini dibaca halayak ramai dan disukai banyak orang.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA!!!
LUVV❤️

ditulis saat kota sedang dilanda hujan dan dirundung galau.

-Puss

GAVINARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang