41. PAPA DAN SAHABAT KECIL

1K 59 0
                                    

Tak pernah sekalipun saya bayangkan jika keluarga yang sudah hancur lebur ini akan kembali lagi. Sebab penyebab kehancurannya kini kembali dengan membawa salah satu luka paling menyakitkan.

•••

Senin pagi, hari di mana semester baru dimulai. Di mana semua siswa siswi kembali disibukkan dengan tugas-tugas dan kegiatan sekolah. Semua kembali hadir di sekolah dengan semangat baru, perasaan ceria serta senang terpatri pada wajah setiap manusianya.

Tapi, berbeda dengan Kinara. Gadis itu berjalan lesu di koridor menuju kelasnya. Tak ada semangat sedikitpun dalam tubuh gadis itu. Sebab pikirannya sedang melanglang jauh memikirkan kejadian di malam hari lalu.

Kinara meletakkan tasnya setelah sampai di dalam kelasnya. Ia menyapa singkat kedua sahabatnya lantas kembali berjalan keluar tanpa menghiraukan pertanyaan dari kedua sahabatnya. Kinara akan menemui Gavin. Ia angin memastikan bahwa laki-laki yang ia lihat tempo hari lalu bukanlah Gavin.

Kinara berjalan menuruni tangga dengan tatapan kosong. Semalaman ia mencoba menelpon Gavin namun tak satupun panggilannya di angkat. Bahkan sudah puluhan pesan Kinara kirimkan, tetap tidak ada tanda-tanda jika laki-laki itu akan membalasnya. Dirinya tersadar ketika seseorang menyapanya.

"Hai Ra!"

Kinara menoleh, "oh, hai Ar," balas sapa Kinara.

"Lo mau kemana?" tanya laki-laki itu.

"Ke kelas sebelas IPS satu."

Sejak kejadian Arkha menyatakan perasaannya pada Kinara dan berujung penolakan hari itu, sekarang mereka berteman baik. Mereka selalu bertegur sapa setiap kali bertemu baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bahkan katanya, Arkha sekarang sedang dekat dengan perempuan dari kelas 10. Kinara tidak terlalu tahu, tapi biarlah itu kehidupan Arkha, biarlah menjadi urusan laki-laki itu.

"Mau nyari Gavin ya?" Kinara hanya tersenyum membalas pertanyaan itu.

"Yaudah, gue mau ke lapangan, duluan ya!" pamit laki-laki itu kemudian berlari meninggalkan Kinara. Kinara hanya menatap punggung laki-laki itu sebentar kemudian kembali berjalan menuju kelas Gavin.

Sampai di depan kelas XI IPS 1, Kinara berhenti di depan pintu kelas itu. Ia lihat ke seluruh isi kelas, namun tidak ia temukan keberadaan Gavin di sana. Kemana sebenarnya Gavin?

"Ra," panggil seseorang dari belakang.

Kinara berbalik. "Oh, hai Dan," sapa Kinara.

"Mau nyari Gavin ya?"

"Iya, dia kemana? Kok nggak ada di kelas?" tanya Kinara kembali melihat ke dalam kelas itu.

"Dia nggak dateng ke sekolah," jawab Dani membuat Kinara mengernyit heran.

"Kenapa?"

"Gue juga nggak tau, semaleman dia nggak bisa di hubungi."

Hal itu sama dengan yang di alami Kinara. Semalaman Kinara berusaha menghubungi laki-laki itu tapi tidak membuahkan hasil.

"Dia kemana, Dan?" tanya Kinara cemas.

Dani memegang bahu Kinara, menenangkannya. "Lo nggak usah khawatir ya? Gue yakin dia baik-baik aja."

***

Walaupun semua orang mengawali hari pertamanya kembali sekolah dengan semangat, hal itu tidak berlaku untuk Kinara.

Kinara merebahkan dirinya di atas kasur dengan lesu setelah pulang sekolah. Baju putih beserta rok abu-abunya masih melekat di tubuhnya. Ia menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Pikirannya masih saja dipenuhi dengan nama Gavin. Laki-laki itu berhasil menyita segala fokusnya setelah tidak dapat ia temui seharian ini.

GAVINARAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt