🩹7: Verdorie

237 36 13
                                    




















|✧*。☆゚Happy Reading.*・。⊰⊹ฺ|


























"Kalo jamkos jangan lupa Chat gue, nanti kita ngantinya bareng, okay?" Vanilla lambaikan tangan setelah dapat anggukan dari adik tepat dibawahnya. Lanjutkan langkah, Vanilla kembali berjalan menuju kelasnya.

"Assalamualaikum, pagi!" Sapa Vanilla riang saat memasuki kelas, dan tentunya dibalas tak kalah riang dan ramah oleh semua murid yang sudah ada di kelas.

"Waalaikumsallam, pagi juga Vanilla!"

Dengan senyum yang belum luntur Vanilla duduk di kursinya, keluarkan buku untuk sekedar dibaca-baca sembari menunggu bell berbunyi.

Tok tok.

Meja diketuk buat tengahnya Khaiel angkat kepala, alihkan pandangan dari kertas bercover ke seorang pemuda yang sedang pasang senyum.

"Hai, Nilla. Selamat pagi."

"Selamat pagi juga, Revan."

"Nill, sorry. Gue cuman mau ngasih ini, semoga suka." Setelah meletakan sebuah paper bag, si cowok itu langsung lari keluar kelas.

Bukan lagi rahasia jika ada yang datang dan tiba-tiba memberi Vanilla sesuatu. Bahkan disaat hubungannya dengan Arjuna sudah diketahui oleh seluruh murid di seolah ini, masih saja ada yang datang untuk memberinya barang atau makanan juga surat berisi kata-kata penyemangat ataupun surat cinta.

Arjuna memaklumi, karena si ketua OSIS pun tau kalau pacarnya merupakan Dewi sekolah yang disukai banyak orang, asal selama itu tidak menganggu kehidupan Vanilla juga hubungan mereka berdua.

Vanilla senyum kecil waktu buka paper bag nya dan lihat isinya, coklat, biar nanti dia bawa ke kantin buat dimakan Anetha, Ocean juga Shiloh.

Iya, Vanilla yang diberinya tapi mereka bertiga yang kenyang nya.

Karena Vanilla terlalu sungkan buat nolak, dan Mundzir kalau di buang. Ya sudah, toh mereka bertiga pasti dengan senang hati terima, yang penting gratis.

Bell sudah tiga puluh menit berlalu, dan sebentar lagi bell ke dua berbunyi. Ketua kelas mengumumkan para guru akan rapat sampai siang nanti, para murid di bebaskan asal jangan pulang dan buat keributan di sekolah.

Layar handphone tampilkan notifikasi pesan masuk, dari Ocean yang ajak dia buat ke kantin karena dua lainnya sudah menunggu.

"Bentar." Ucapan yang pelan itu masih bisa Vanilla tangkap, menunggu sebentar di depan kelas Ocean sembari membuka handphone untuk sekedar menscroll media sosial.

Vanilla masukan kembali ponsel kedalam saku almamater nya saat merasakan tangannya digandeng Ocean, melangkah bersama menuju kantin di lantai satu gedung sekolah dimana Anetha dan Shiloh sudah menunggu.

"Lagi?" Ocean tanya waktu lihat satu paper bag ditenteng Vanilla. Anggukan yang didapat buat Ocean tersenyum simpul.

"Gue sih udah sering banget bilang jangan, tapi ya gitu lah."

"Kali kali tolak dong."

"Ntar dikira sombong lagi, nggak ah gak enak gue :("

"Ya udah nanti Cece aja yang ngomong kalo ada yang ngasih."

"Beneran? Berani nggak?"

Ocean tatap Vanilla tidak percaya, "wah, mbak gak percaya aku?"

Mereka tertawa bersama, "nggak!" Vanilla berlari sebelum Ocean mengejar.

The Khaiel: Unsent lettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang