☔37: Dalinding Seungit Malati

86 14 24
                                    

|✧*。☆゚Happy Reading.*・。⊰⊹.|









Bell pergantian jam telah berbunyi dari lima menit lalu, semua murid di kelas tingkat tiga itu sudah duduk rapi dengan meja yang diisi berbagai alat tulis.

Sama halnya dengan Ocean, mejanya terbilang cukup penuh. Berbagai buku paket dan buku tulis, juga pulpen pensil dan kawan-kawannya memadati meja yang lumayan lebar itu.

Bukan karena rajin, tapi saat kembali dari toilet beberapa saat lalu mejanya sudah berantakan seperti ini dan tasnya hilang entah kemana. Padahal itu tas baru saja satu Minggu dia pakai, dan hasil dari kerja paruh waktu di kebun ayah demi bisa mendapat tas pengganti karena yang sebelumnya rusak parah dan lenyap hilang tanpa jejak.

Demi tuhan, Ocean tidak pernah cari gara-gara dengan siapapun. Tapi kenapa orang-orang selalu iseng merusak atau menghilangkan salah satu benda miliknya!

"Hilang lagi?" Itu kalimat pertama yang Angkasa tanyakan setelah pemuda itu kembali dari ruang guru. Si jangkung menghela nafas lelah saat mendapat anggukan kecil dari yang ditanya.

Sudah bukan lagi hal yang aneh untuk Angkasa jika tiba-tiba melihat keadaan barang-barang sang Chairmate yang seperti itu.

Sebagai teman, Angkasa jelas marah. Bahkan si tinggi itu pernah sampai adu pukul dengan lebih dari sepuluh murid yang ketahuan membully Ocean. Namun sepertinya orang-orang tidak jera dan masih melakukannya sampai sekarang.

Angkasa pindahkan atensi dari Ocean ke semua murid yang ada di kelas, "cih, bajingan. Maen nya nyuri-nyuri barang orang." Suara keras Angkasa itu tidak digubris oleh satu orang pun.

Ocean segera tarik tangan pemuda itu dan berbisik agar Angkasa membiarkannya saja. Bukannya apa-apa, tapi Ocean merasa tidak enak pada Angkasa, karena pemuda itu berteman dengannya dan terus membelanya, membuat Angkasa ikut dijauhi teman-teman di kelas mereka. Dia tidak ingin memperparah itu.

"Gak apa-apa." Angkasa beri senyum menenangkan pada Ocean dan kembali kepada murid-murid yang masih bergeming di tempat masing-masing, "kembaliin tas Ocean. Gue tau pasti salah satu dari kalian yang ambil."

"Please deh, Sa! Lo jangan main nuduh kayak gitu!" Rangga pukul mejanya lumayan kencang hingga buat suara yang cukup keras, ketua kelas itu langsung beri tatapan kesal ke Angkasa.

"Kalo ketauan, siap-siap aja ngilang besok."

"Angkasa!"

"Ada apa ini?" Pintu kelas terbuka, tampilkan Bu Dinda -guru yang mengajar jam ini.

"Nggak ada Bu." Jawaban Rangga buat Angkasa menggeram dan hendak melayangkan protes, namun perkataan si ketua kelas berikutnya buat Angkasa dengan malas kembali ke kursinya. "Kita omongin lagi nanti."

"Kalau begitu, sekarang buka bukunya. Kita bahas lagi materi buat ujian mendatang."

Dua jam tiga puluh menit berlalu, Bu Dinda menyelesaikan penjelasannya tentang pembelajaran hari ini, namun tidak ada yang masuk ke dalam otak kecil Ocean, dia terlalu galau tasnya hilang. Harus bilang apa nanti ke orang rumah kalau pulang tanpa tas.

"Oh iya, hari ini juga ibu akan bagikan hasil ulangan kalian Minggu kemarin, yang dipanggil namanya maju ke sini dan ambil ya?"

Mampus sudah, mampus kau Ocean!!! Ocean merutuk dalam hati. Kalau nilai ulangan sekarang masih tidak bagus, bisa habis dia sama Bu Dinda nanti.

Saking asiknya memikirkan kemungkinan nilai ulangan, Ocean sampai tidak sadar namanya sudah dipanggil beberapa kali. Saat sadar ia segera maju ke depan, tidak lupa meminta maaf karena tidak menyahut saat dipanggil.

The Khaiel: Unsent lettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang