Chapter 9

41.5K 1.7K 14
                                    

Sudah enam bulan aku menjalani hubungan dengan Akbar. Semua nya biasa biasa saja. Ciuman bibirnya tidak beraksi sama sekali. Tapi aku selalu pura pura menyukai nya. Berkali kali aku melihatna terangsang. Aku tidak membalasnya. Jujur Itu menjijikan.

Bayangan Ryan tak pernah hilang. Aku masih bisa merasakan ciuman nya. Hanya dia yang aku inginkan. Sering kali aku berpikir untuk membuka hatiku untuk Akbar. Namun sayang, Ryan lah pemilik kuncinya. Aku akhirnya menonton Twilight dengan Akbar. Dia terkadang bingung mengapa Aku sangat menghayati film itu. Dia tidak tahu apa dibalik semuanya.

Akbar sedang pulang ke jakarta. Aku merasa bebas dari beban setiap dia memutuskan untuk pergi dari hidupku. Aku tidak lagi harus berpura pura menyukai ciuman nya. Atau terpaksa memeluknya.

Setiap malam aku menangisi Ryan. Ya, selama enam bulan nonstop aku menangis tiap malam. Menyesali yang telah ku perbuat. Bagaimana kalau ternyata dia disana setia menunggu ku? Bukankah itu berarti selingkuh?

Aku meneteskan air mata. Menangis lagi sejadi jadinya. Hatiku meringis. Perih rasanya merindukan Ryan.

Kembalilah padaku, Ryan.

Aku mengusap air mataku dan langsung bajngun dari tempat tidur. sekarang jam 6 pagi. Aku harus bergegas ke Sekolah Dasar karena aku harus mengajar anak kelas 3.

Aku mandi.Setiap aku mandi aku bisa merasakan kecupan kecupan Ryan yang masih bisa ku rasakan ditubuhku. Aku bisa merasakan nikmat nya kecupan kecupan itu. Aku menangis lagi. Sebenarnya sudah lelah menangis. Tapi airmataku takkan pernah habis jika aku sedang memikirkan Ryan. Ya allah, aku benar benar mencintainya.

Sekitar setengah jam aku sudah berada di kelas 3.

"Selamat pagi anak-anak." Ucapku.

"Selamat pagi ibu guru."

Kegiatan belajar mengajar berjalan dengan sangat lancar. Seusainya Aku masih duduk termenung dikursi guru. Ada salah satu murid ku yang paling pendiam dan pemalu masih menunggu untuk dijemput ibunya. Tiba-tiba dia menghampiriku dan memberikan ku kertas.

"Ini untuk ibu." Aku melihat kertas itu, dan disitu ada gambarku dengan Ryan dan banyak hati berterbangan di atas kepala kita.

Aku tertawa. "Terimakasih, Wisnu." Ujarku.

"Ibu kok sedih?" Ucapnya dengan nada malu malu.

Aku menggeleng kan kepala. "Tidak, kata siapa?"

"Aa Ryan kan sudah tidak disini lagi. Wisnu yakin ibu sakit hati. Wisnu juga seperti itu setiap ayah pergi kerja keluar kota. Tapi ibu harus sabar. Kalau ibu sayang sama Aa Ryan. Ibu harus nunggu dengan ikhlas. mamah wisnu menyuruh wisnu seperti itu, ibu." Aku terdiam mendengar perkataan nya.

"Kenapa Wisnu selalu yakin bahwa ayah wisnu akan pulang?" Tanyaku penasaran.

"Karena Wisnu sayang ayah wisnu. Dan ibu bilang Kalau Wisnu sayang ayah. Ayah pasti akan pulang." Aku melihatnya tersenyum. Tiba tiba ibunya datang dan menjemputnya. Lalu mereka berdua pergi meninggalkan kelas.

Aku menatapi gambar yang di lukis wisnu itu sambil mengulang ulang perkataan wisnu tadi dipikiranku. Dan tetesan air mata mulai turun dari mataku.

Sekarang tepat jam 12 malam. Mataku belum juga bisa tertutup. Aku sangat merindukan Karin kecilku. Sudah 7 bulan aku tidak merasakan ciuman nya. Aku sangat haus dirinya.

Tiba-tiba saja kejantanan ku bergetar. Aku mengeluarkan nya dari celana. Dan aku langsung memainkan nya. Aku membayangkan badan Karin yang terbentuk sangat sempurna. Payudaranya. betapa lembut kulitnya. Semua nya begitu menggairahkan. Aku membutuhkan nya sekarang. Aku terus memainkan penis ku. Karin. Aku menyebut namanya dalam hati. Aku sungguh membutuhkan nya.

Semua memori aku dengan nya muncul tiba tiba. Aku sangat merindukan nya. Aku butuh payudara nya untuk ku pegang. Aku butuh bibirnya untuk ku jilat. Aku butuh tangan nya disekujur badan ku. Aku butuh dia.

Setelah selesai bermain main dengan si gagah. Aku pun membersihkan sisa sisa yang dikeluarkan oleh si gagah. Aku tersenyum merasa puas. Lalu tiba tiba ada yang mengetuk pintuku.

"Open the door, It's Justin." Astaga apa yang dia lakukan.

Aku membuka pintunya dan membiarkan dia masuk.

"Apakah hanya aku atau kamar mu benar benar bau sperma?" Aku terdiam menutupi kebenaran.

"Kamu mau apa Justin?" Tanyaku.

"Melihat keadaanmu. Skate dan Sammy sangat khawatir denganmu. Mereka bilang kamu sudah mengurung diri di kamar selama satu bulan."

Aku terkejut dan au tidak mempercayainya. "Tidak, aku berada di kamar sejak tanggal 15."

"Dan sekarang juga tanggal 15. Tapi di bulan yang berbeda." Dia melihat lihat kamarku. "Apa yang kamu lakukan dikamarmu?"

"Berdzikir. Membaca Al quran. Shalat." Jawab ku santai. Justin menganggukkan kepala.

"Kamu merindukan nya ya?" Aku menganggukkan kepala. "Kenapa kamu tidak kembali kepadanya?"

"Belum waktunya. Firasatku buruk." Ucapku.

"Yasudahlah. Just Follow your heart. Tapi kali ini you have to follow me. Kita akan makan di subway." Aku hanya tersenyum dan mengganti pakaian.

Sekitar 15 menit. Aku dan Justin sampai di rumah makan subway tersebut. Tidak ada orang. Hanya 3 orang lelaki yang mabuk berat dan bernyanyi nyanyi.

"Kau mau apa, man?"

"Burrito." Jawab ku santai. Aku memperhatikan tiga orang itu. Aku tertawa melihat tingkah bodoh mereka. Mungkin dulu aku terlihat seperti itu saat aku sedang mabuk. Aku tersenyum.

Tidak lama kemudian Justin datang membawa dua burrito dan dua cup Coca cola. Dan aku langsung melahapnya.

"Aku benar. Kamu lapar." Aku tersenyum sambil mengunyah burrito yang enak itu. "Ceritakan aku apa yang kamu lakukan selama satu bulan ini."

Aku terdiam. "Kebanyakan menghafalkan Al quran." Ucapku.

"Dan masturbasi?"

Aku tertawa kecil. "Hanya sesekali." Dan Justin tertawa sambil melahap burrito nya.

"Kamu benar benar mencintainya, Ryan. Aku sangat ingin bertemu dengan wanita hebat ini." Aku tersenyum.

"Aku juga." jawabku.

"Bagaimana kalau kita ke desa itu berdua?"

Aku tersenyum. "Ide bagus." Jawabku. Dia pun tersenyum.

Setelah kita selesai makan. Kita langsung menuju pulang ke rumahku. Dan menuju kamarku. Justin memainkan gitar yang ada dikamarku. Itu milik Skate. Dan tiba-tiba ide bodoh muncul di benakku.

"Ajari aku main gitar, Justin." Dan justin pun tertawa.

***

Singkat. Geje. Ember. udahlah vote ajjaaa wkwk :*

A pray of DesireWhere stories live. Discover now