Chapter 35

34.4K 1.1K 10
                                    

"Baby, remember what the doctor said?" Tanya Ryan.

Kita sedang berbaring di kasur bermesraan. Sekarang sudah larut malam.

"What is it baby?" Tanyaku.

Ryan memelukku dan mencium pipiku. "You know, bahwa kamu boleh berhubungan intim." Ucapnya.

Aku tersenyum. "Iya, aku ingat itu."

Ryan tertawa kecil. "So? Bagaimana?" Tanyanya.

Aku tersenyum dan mencium bibirnya. "Do whatever you want, honey." Jawabku.

Ryan pun tertawa dan langsung duduk. "Tidak usah buka baju. I just need your pussy, baby." Ucap Ryan.

Aku tersenyum. Ryan pun bertekuk lutut di antara dua kakiku dan langsung membuka celanaku. Aku hanya terdiam mengamatinya. Subhanallah, dia sangat tampan. Sudah berjuta juta kali aku menatapnya, namun tetap saja, dia tampan di mataku.

Tanpa basa basi dia memasukkan penisnya ke dalam ku dan aku pun langsung menggeram kenikmatan.

"Ryan.." desahku.

Ryan pun menggoyang secara pelan pelan. Dan aku pun menikmatinya.

"Shit." Ucapnya. "Aku sangat merindukanmu, sayang."

Aku hanya tersenyum kenikmatan. Sungguh ini terasa sangat enak.

Setelah beberapa saat, Ryan pun berhenti dan langsung mengeluarkan penisnya dari dalam ku. Lalu ia memuncratkan sperma nya ke pahaku. Aku pun tersenyum melihatnya.

Ia menoleh padaku. "Tidak boleh masuk." Ucapnya.

Aku tersenyum. "I love you."

Ryan tersenyum dan langsung membersihkannya. Lalu ia bebaring kembali di sampingku. Aku menyandarkan kepalaku ke dada nya.

"Aku sangat mencintaimu, Karin." Ucapnya tiba tiba.

Aku tersenyum. "Aku tahu."

"Kamu tidak tahu betapa sempurna nya dirimu di mataku. Hanya dengan hal hal kecil kamu bisa membuat hari burukku berubah menjadi hari terbaikku." Ucapnya.

Aku tersenyum dan mencium pipinya. "Kamu juga sangat sempurna di mataku, sayang." Ucapku. "Oh ya, kamu mau menamakan nama anak anak kita apa?"

Ryan tersenyum dan bangun lalu menyangga kepalanya dengan tangannya. Aku sekarang bisa menatapi mukanya yang indah itu. "Aku pilih satu dan kamu satu okay? Anak kita kan kembar." Ucapnya.

"Okay." Jawabku.

Dia tersenyum. Ia mengambil tanganku di genggamannya dan menciuminya "Jika kedua anak kita laki laki, aku ingin menamai salah satunya Gregory." Ucapnya. "Dan satunya lagi?"

Aku terdiam berpikir. "Cameron." Jawabku.

Ryan tertawa. "Kenapa nama itu tiba tiba terlintas di pikiranmu?" Tanyanya.

"Aku kemarin melihat anak kecil lelaki di tv yang sangat lucu dan dia bernama Cameron." Ucapku.

Ryan tersenyum. "Okay, kalau dua dua nya perempuan aku mau menamakannya Fabianna." Ucapnya.

"Kalau aku sih.. Siapa ya.." Aku berpikir keras akan sebuah nama. "Denisa." Ucapku.

Ryan tersenyum. "Kalau satu lelaki dan satu perempuan bagaimana?"

Aku tersenyum dan tertawa. "Cameron and Denisa."

Ryan menggelitik leherku. "Hey, itu tidak adil, mengapa dua dua nya itu nama pilihanmu?" Ucapnya.

A pray of DesireNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ