10. Janji dan Kesungguhan

4.3K 399 10
                                    

Hari pertama, Jaemin tanpa Jeno. Rasanya, seperti ada yang hilang.

Pagi ini Mark bangun lebih awal, dia menyadari perbedaan sifat Jaemin dari tadi malam. Dia paham.

Maka dari itu, ia berniat membuat bubur untuk Jaemin dan calon mereka, mau bagaimanapun, Mark tidak mau mereka berdua terjadi sesuatu yang buruk.

"Jaemin?" Mark mengetuk pelan pintu kamar Jaemin, dia membawa semangkuk bubur tadi untuknya.

Saat Mark membuka pintu itu perlahan, dia menemukan Jaemin terbaring lemas di ranjangnya.

Mark menarik sedikit selimut Jaemin agar dia bisa melihat wajah Jaemin lebih jelas.

"Apa?" Jawab Jaemin dengan nada seperti orang yang habis menangis.

Mark menghembuskan nafasnya pelan, lalu perlahan mengelus kepala Jaemin.

"Makan." Suruh Mark.

Tapi yang Mark dapat adalah gelengan dari Jaemin.

"Nanti saja."

"Kau tidak ingat? Tadi malam bahkan kau tidak makan, nanti kau sakit bagaimana?"

Namun Jaemin tetap menggeleng, dia menolak. Dia rindu Jeno.

"Setidaknya makan untuk bayi kita."

Kata-kata itu membuat Jaemin menatap Mark, dia tidak salah dengar bukan?

"Kenapa justru menatapku? Makan sekarang."

"Atau mau ku suapi?" Lanjut Mark

Jaemin hanya mengiyakan, Jaemin mengubah posisinya menjadi duduk. Tubuhnya benar-benar lemas.

"Lihat kan? Tubuhmu lemas begini." Kata Mark lagi.

Mark mulai menyuapi Jaemin dengan bubur buatannya.

"Kepalamu pusing?" Tanya Mark sembari mengelus kepala Jaemin.

Jaemin menggeleng pelan. "Tidak, hanya saja.."

"Kau rindu Jeno." Potong Mark dengan cepat.

Jaemin tidak menjawab, dia lebih memilih diam. Tapi memang benar jika dia rindu Jeno-Nya.

"Kau masih sering muntah?" Mark mengalihkan pembicaraan agar tidak membuat Jaemin semakin sedih.

"Tidak juga."

Mark menaruh mangkuk bubur itu di nakas. Lalu mendekatkan dirinya kepada Jaemin, dia  mengelus kepala Jaemin lalu mengecup kening Jaemin sedikit lama.

Jaemin hanya diam. Dia terlalu bingung harus berbuat apa.

"Aku berjanji menjagamu mulai sekarang." bisik Mark pelan.

"Lalu bagaimana dengan Ayah dan Bunda?" tanya Jaemin sambil menatap Mark disampingnya.

"Itu urusanku, kau hanya perlu tenang, istirahat, menjaga dia." kata Mark meyakinkan Jaemin.

"Kau yakin?" tanya Jaemin.

"Tentu saja, kenapa tidak? Kalian berdua tanggung jawab ku sekarang."

Jaemin mengangguk pelan.

"Mark?"

"Hm?"

"Boleh aku menelepon Jeno?"

"Silahkan saja, aku tidak melarang." Ucapnya sembari tangannya masih mengelus kepala Jaemin.

"Tidak jadi."

"Kenapa begitu?"

"Malas."

"Jaemin?"

"Kenapa?"

"Aku sayang padamu."

"Aku tahu."

"Tidak, kau belum tahu."

"Mark-"

"Jaemin ku mohon, aku ingin membuktikan jika aku sungguh-sungguh menyayangi mu."

Jaemin menghela nafas pelan. Sebenarnya dia terlalu pusing karena terlalu banyak menangis kemarin.

"Lakukan sesukamu, Mark. Aku, milikmu."

Dan hari itu, mereka benar-benar menghabiskan waktu berdua, hanya dikamar. Mark ingin membuktikan bahwa dia sungguh-sungguh dengan Jaemin.

TBC


Sebentar ya, maaf kalau pendek, otak lagi gamau diajak kerjasama

Step Brother | Markmin [✓]Место, где живут истории. Откройте их для себя