"Bentuk kelompok beranggotakan tiga orang sekarang!"
Begitu perintah Bu Agustin mengudara di seluruh sudut kelas XII IPA 2, Gladys langsung menoleh pada gadis di sebelahnya. "Keiii, gue satu kelompok sama lo ya???" tanya murid baru tersebut dengan tatapan penuh harap. Spontan, Keira langsung menganggukkan kepalanya, menerima ajakan Gladys dengan ramah. Biasanya, dia selalu kedapatan sisa-sisa siswa ketika disuruh berkelompok seperti ini. Gadis itu jadi merasa senang ketika ada yang mengajaknya berkelompok bersama.
"Kurang satu ya...." Gladys mengedarkan pandangannya ke sekitar, berusaha mencari satu siswa yang bisa dijadikan anggota kelompok. "Kalau sama Ryan gimana?" Suara Gladys yang mengudara membuat Keira berhenti mengedarkan pandangan dan kembali menatap Gladys.
"Boleh. Tapi biasanya Ryan udah punya anggota kelompok." Keira menjawab Gladys cepat. Meski Ryan juga tidak memiliki teman sepertinya, tapi laki-laki itu sangat ambisius. Teman-teman yang satu kelompok dengan laki-laki itu biasanya pasti simbiosis mutualisme yang harus menguntungkan satu sama lain. Berbeda dengannya yang cenderung menerima siapa saja yang mau masuk ke dalam kelompoknya. Ada yang mau mengajaknya seperti Gladys ini saja sudah sangatlah berarti bagi Keira.
Keira menatap Gladys yang tampak seperti ragu-ragu saat ingin menghampiri Ryan. Lantas gadis itu tersenyum tipis. Tangannya terangkat, menepuk pundak Gladys satu kali. "Coba gue ajak Ryan ya." Gladys mengangguk dan Keira langsung menghampiri Ryan.
"Ry...." panggil gadis itu pelan. Terdengar agak ragu-ragu. Saat Ryan menoleh dan menatapnya dengan datar, Keira langsung menyeruakkan isi kepalanya dengan tatapan ragu. "Lo ... udah dapet anggota kelompok?"
"Belum." Ryan menjawab pendek, membuat Keira refleks tersenyum lebar. Sebelum menjawab Ryan, Keira menoleh pada Gladys yang sedang menunggunya. Dengan mata berbinar, Keira menatap Ryan antusias. "Sama gue, mau?"
"Lo?" tanya Ryan balik dengan satu alis terangkat tinggi. Keira langsung menganggukkan kepalanya antusias. "Iya, sama Gladys juga. Gimana? Mau?"
"Oke." Ryan menganggukkan kepalanya kikuk. Dan senyuman Keira langsung merekah lebih lebar dari sebelumnya.
Secepat kilat, Keira menghampiri Gladys dan segera menyuruh gadis itu untuk bergegas ke meja Ryan. Gladys duduk di kursi kosong sebelah Ryan. Sedangkan Keira langsung menolehkan kepalanya ke sekitar, mencari kursi kosong yang bisa diambil dan diseret ke samping meja Ryan.
Akhirnya Keira menemukan kursi kosong itu. Kakinya sudah terangkat melangkah menghampiri kursi tersebut, tapi Ryan tiba-tiba mencekalnya. Masih dengan wajah yang sangat bersinar, Keira menatap Ryan bingung. "Kenapa?"
"Lo duduk aja di sini. Gue yang ambil kursinya."
"Eh?" Keira langsung mengerjap. "Kursinya di pojok loh, Ry."
Keduanya saling menatap. Ryan yang datar dan Keira yang masih berbinar. Kedua tangan Ryan terangkat, jatuh di pundak Keira kemudian disuruhnya gadis itu untuk duduk di bangkunya sendiri. "Kalian bahas aja dulu, gue ambil kursinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day We Love Each Other
Romance[Completed] Keira dan Eric sudah bersama-sama sejak mereka masih kecil. Hubungan mereka sudah terlalu dekatㅡseperti sepasang saudara. Di mana Keira berada, di situ pasti ada Eric. Keira tidak menduga. Satu hari, jantungnya pernah berpacu tidak karu...