"Hari ini aku pulang telat lagi."
"Lagiii?" tanya Eric dengan nada yang terdengar tidak percaya. Keira menoleh ke laki-laki di sebelahnya, kemudian mengangguk. Alhasil, Eric hanya bisa mengembuskan napas panjang. "Ok."
"Kamuㅡ"
"Aku tunggu kamu. Seperti biasa."
Keira langsung mengangguk mengerti. "Ok," balasnya balik.
Tiga bulan terakhir, Eric selalu menghabiskan waktu sorenya dengan menunggu Keira yang sibuk latihan di perpustakaan bersama Ryan. Sebenarnya laki-laki itu tidak suka. Tapi, dia juga tidak mungkin menunjukkannya. Sifatnya yang suka seenaknya sendiri memang sudah mendarah daging. Tapi Eric tahu kalau dia tidak mungkin mengatakan pada Keira untuk menolak semua kesempatan olimpiade yang diberikan pada gadis itu.
Eric mengembuskan napas panjang lagi. Ia menoleh ke Keira yang entah mengapa terlihat berbeda pagi ini. Wajah gadis itu terlihat sedikit pucat dengan lingkaran hitam yang menghiasi bawah matanya. Refleks, Eric mengangkat tangannya lalu ia tempelkan di dahi Keira pelan. "Kamu gak papa kan?" tanyanya dengan sorot mata khawatir.
Keira langsung terkesiap. Secara perlahan, gadis itu mundur beberapa langkah, membuat tangan Eric spontan terlepas dari dahinya. Ludah ditelan Keira susah payah. "Gak papa," jawabnya pelan, berusaha meredam jantungnya yang mulai berdentuman setiap kali berdekatan dengan Eric.
Eric masih menatap Keira lekat. Terlihat menyelidik. Kedua mata laki-laki itu perlahan berubah memicing, membuat Keira semakin gugup. "Muka kamu pucat. Aku tau kamu suka begadang beberapa hari terakhir. Karena olimpiade?"
Keira menelan ludahnya lagi. Dalam hati Keira membenarkan Eric. Dia sudah kelas dua belas. Yang tentu saja pasti akan segera menghadapi rentetan ujian dalam waktu dekat. Tapi Keira juga harus mengimbanginya dengan latihan olimpiade. Jam sekolahnya dimulai sangat pagi. Jam setengah tujuh. Jam pulangnya pun sangat sore. Jam tiga sore. Tapi Keira tidak bisa langsung pulang karena ada bimbingan dulu di perpustakaan sampai jam lima sore. Jadwal makannya jadi terganggu. Begitu juga dengan jadwal tidurnya. Entahlah, ketika bangun tidur tadi, ia memang sudah merasakan kalau ada yang salah dengan tubuhnya sendiri. Tapi setelah ia minum obat, tubuhnya mulai membaik. Mungkin cuma masuk angin, pikirnya. "Ric, udah mau bel," balas Keira berusaha mengganti topik pembicaraan. "Aku ke kelas dulu ya."
Eric masih menatap Keira dengan intens. "Tunggu aku waktu istirahat."
Keira mengangguk. "Ok." Lalu tangannya mengudara, melambai kepada Eric. "Aku ke kelas dulu."
Setelahnya, mereka berpisah. Keira masuk ke kelasnya. Sedangkan Eric melangkah menuju kantin meskipun bel masuk kelas sudah berbunyi.
"Ngapain di sini?" tanya seseorang ketika Eric mendudukkan bokongnya di kursi panjang kantin. Ia mendongak, menatap Marcell yang tengah menyeruput minuman sembari mengunyah jajanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Day We Love Each Other
Romance[Completed] Keira dan Eric sudah bersama-sama sejak mereka masih kecil. Hubungan mereka sudah terlalu dekatㅡseperti sepasang saudara. Di mana Keira berada, di situ pasti ada Eric. Keira tidak menduga. Satu hari, jantungnya pernah berpacu tidak karu...