Empat

32 4 0
                                    

Jam pelajaran kedua baru saja selesai dan disusul dengan bel tanda istirahat. Luna menutup bukunya dan segera beranjak berdiri dari tempatnya.

"Khmm!" Seseorang berdehem di depan pintu kelas. Membuat beberapa siswa yang masih berada dalam kelas menoleh ke arah sumber suara.

"Yuk ke kantin!" Ajak Luna kepada teman-temannya tanpa mempedulikan seseorang yang sejak tadi menunggu dan memperhatikannya.

"Hei!" Cegah Aliztan menyentuh lengan Luna pelan lalu mengaitkan jari jemarinya ke dalam jari jemari Luna. "Berangkat kantin bareng."

Luna menepis dengan cepat tangan Aliztan yang menyentuhnya. Aliztan pun tidak mau tahu, ia mengambil kembali tangan Luna dan menggenggamnya.

"Lun, gue sama Anna duluan aja ya" kata Kiki yang sudah tidak tahan menunggu drama ini habis di depan matanya.

"No! Tungguin gu-"

"Udah kalian duluan aja, Luna sama gue" potong Aliztan memberi kode dengan dagunya menyuruh Anna dan Kiki pergi. Mereka pun mengiyakan perintah Aliztan dan melenggang pergi.

"Lo? Ngapain masih disini, sana pergi juga" usir Aliztan tajam pada Billy yang masih berdiri menatap dirinya dan Luna.

"Gue duluan Lun, kalau ada apa-apa kasih tahu sama gue." Pesan Billy menepuk pelan puncak kepala Luna sebelum kembali menatap wajah Aliztan.

"Kenapa lagi sih,Tan?!" Ketus Luna sedikit kasar. Ia tidak suka dengan kedekatan ini. Benar-benar tidak suka!

"Nggakpapa," jawab Aliztan mengajak Luna berjalan melewati koridor. Luna hanya bisa pasrah dengan tangannya yang di genggam erat oleh Aliztan. Selama berjalan, Luna hanya bisa memikirkan seribu cara agar bisa terlepas dari seorang Aliztan yang hobinya suka tidak tahu diri seperti ini. Masa iya cuma gara-gara dare, bisa sebaper ini. Menyebalkan!

"Aliztan?" Panggil Luna pelan, ingin melepas genggamannya namun Aliztan semakin memperatnya.

"Iya pendek, kenapa?" Tanya Aliztan tanpa menoleh.

Luna melotot marah. Benar-benar tidak tahu diri. Bisa-bisanya cowok seperti Aliztan memanggil dirinya dengan sebutan pendek. "Gue udah punya pacar" sahut Luna cepat.

Aliztan menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Luna yang setinggi dadanya. Aliztan mengangkat alisnya sebelah, memperhatikan dengan seksama apa yang di bilang gadis tadi adalah kebohongan.

"Ayo jalan lagi" ajak Aliztan kembali fokus ke depan. Ia tahu, Luna sengaja berbohong agar dirinya menjauhi Luna. Tapi sayang sekali, Aliztan bukan tipe cowok yang mudah di tipu.

Sial. Luna berdecak kesal, Aliztan sama sekali tidak percaya dengan ucapannya. Tidak mungkin, ia mencari cowok lain dan berpura-pura seperti kemarin, yang ada mereka malah baper dan bertingkah seperti Aliztan.

Aliztan mengajak Luna untuk duduk di bangku kantin paling pojok. Disana juga sudah ada Alaska, Garel, dan Jalwis. Kali ini Luna tidak tahan lagi. Ia melepas dengan kasar tangan Aliztan yang sedari tadi mengenggam tangannya.

"GUE NGGAK MAU SAMA LO ALIZTAN ELZAKWAN. BANDEL BANGET SIH!!!" Teriak Luna keras dan berhasil menyita perhatian beberapa siswa. Luna bahkan tidak peduli dengan beberapa siswa yang menatapnya.

"Ssttt! Duduk dan diem disini" ucap Aliztan menempelkan jari telunjuknya ke bibir Luna, mengisyaratkan gadis itu untuk duduk di sampingnya.

"Nggak!" Ketus Luna sembari melangkah pergi namun dengan cepat dicegat oleh Aliztan. Oh Tuhan, rasanya Luna ingin mencakar wajah tampan itu. Tunggu, tampan? Tidak-tidak. Hanya sedikit.

"Udah Lun, duduk aja kenapa sih" ujar Garel dan diangguki oleh Jalwis dan Alaska. Luna hanya bisa melihat dari jauh ketika sahabat-sahabatnya sedang asyik makan dan mengobrol tanpa melihat keadaannya disini.

"Sial hidup gue! Bener bener sial!" Umpat Luna tak tertahan. Ia menatap wajah Aliztan yang tetap santai tanpa merasa beban apapun. Begitu melihat kesempatan, Luna berusaha lari dan menuju ke meja teman-temannya. Aliztan mengulum senyumnya, si pendek itu memang harus di beri pelajaran.

"Kalian duluan aja, gue mau nyusul Luna" pamit Aliztan berjalan ke arah meja Luna.

"Ck! Udah bucin aja tuh cowok" Alaska geleng-geleng kepala melihat kepergian Aliztan yang menyusul Luna.

"Udah biarin aja Al, kalau jadian, kita juga yang untung. Iya nggak Rel?" Tanya Jalwis dan Garel hanya mengangguk sebagai jawaban sambil tetap menikmati makanan di hadapannya.

****

"Gila ya Aliztan, masa gue dipaksa-paksa buat jadi pacarnya. Dih, ogah banget" omel Luna saat sudah bergabung bersama teman-temannya.

"Vibesnya kek di wattpad gitu, dipaksa tapi beneran suka" kekeh Anna tertawa.

"Jadi menurut lo gue beneran suka sama Aliztan? Nggak! Gue nggak bakalan suka sama dia" tolak Luna menggoyangkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri.

"Yauda sih lo cari pacar aja Lun, biar si Aliztan nggak ngedeketin lo lagi" usul Kiki menyeruput es tehnya.

"Nah bener tuh, sama Billy aja gimana?" Tawar Anna menunjuk ke arah Billy. Billy yang mendengar hal tersebut langsung tersedak oleh makanannya sendiri.

"Eh, lo kenapa Bill? Hati-hati dong kalau minum" ujar Kiki menyodorkan sebotol air mineral.

"Yauda,lanjut ghibahin Aliztan" lanjut Luna mengalihkan pandangannya pada Anna dan Kiki. Keduanya menggeleng bersamaan dan meneruskan aktifitas makan mereka.

"Kenapa nggak? Udah, nggak usah takut! Gue yakin Aliztan nggak bakalan denger" mantap Luna meyakinkan kedua sahabatnya. Tapi tetap saja Anna dan Kiki terlihat seperti orang bisu, hanya tatapan mata mereka yang sedikit aneh.

"Makan yang banyak sayang" ucap seseorang dekat ke telinga Luna. Luna menelan Salivanya dalam. Aliztan. Cowok itu datang dan duduk bersamanya.

"Ghibahin gue ya,hm?" Tanya Aliztan melingkarkan tangannya ke pinggang Luna. Luna semakin gelagapan dengan sikap Aliztan yang seperti ini. Ada rasa aneh yang menjalar ke seluruh tubuh Luna. Oh shit!

"Woi! Main pegang-pegang aja,belum juga pacaran" tegur Billy menepis tangan Aliztan dari pinggang Luna.

Tangan Aliztan kini beralih memeluk pundak Luna. Tidak peduli dengan teguran Billy tadi. "Mulai hari ini lo punya gue Luna Gavrilla!"

"Tap-"

"Gue nggak suka penolakan" potong Aliztan cepat.

"Aliz-"

"Diem atau gue cium" sekali lagi Aliztan memotong ucapan Luna.

"Kalo dia nggakmau yaudah jangan dipaksa bego!" Seru Billy berdiri dari tempatnya dan mendorong tubuh Aliztan asal.

"Ck! Gue nggak maksa!" Sela Aliztan tajam. Padahal terlihat jelas tadi kalau memang memaksa.

Billy menahan emosinya. Kalau saja tidak ada Luna, sudah ia habisi Aliztan disini. Cowok itu lebih memilih pergi dan meninggalkan kantin. Ia tidak suka Luna diperlakukan dengan kasar atau paksa, sedari dulu cowok itu selalu bersikap baik dan lembut kepada Luna. Dan sekarang? Aliztan dengan seenaknya memperlakukan gadis yang ia cintai sekaligus sahabatnya seperti tadi.

"Lun, gue sama Kiki duluan ya mau nyusul Billy" pamit Anna sembari berdiri dari tempatnya dan di ikuti oleh Kiki.

"Awas lo macam-macam sama Luna!" Peringat Kiki mendelik tajam sebelum meninggalkan Aliztan dan Luna. Sekarang Luna menghadapkan posisinya kepada Aliztan. Sungguh, kalau bisa menampar ia akan lakukan saat ini juga.

"Pergi, kita perlu bicara sekarang!" Ajak Luna mengenggam tangan Aliztan keluar dari kantin.

"Disini aja" Aliztan mencegah Luna yang hendak mengajaknya pergi.

"Nggak! Ikut gue!" Tolak Luna keras dan segera mengajak Aliztan keluar dari kantin menuju taman belakang sekolah.

𝗦𝗷𝘅𝗯𝘀𝗻𝗻𝘀𝗷𝘀𝘀𝗷𝗮𝗾𝗾𝗸𝗷 𝗺𝗮𝗸𝗶𝗻 𝗴𝗮𝗷𝗲𝗹𝗮𝘀😭
𝗚𝘂𝗲 𝗺𝗮𝘂 𝗵𝗶𝗮𝘁𝘂𝘀 𝗮𝗷𝗮 𝗱𝘂𝗹𝘂 𝗸𝗮𝗹𝗶 𝘆𝗮,
𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗹𝘂𝗽𝗮 𝘁𝗶𝗻𝗴𝗴𝗮𝗹𝗶𝗻 𝗷𝗲𝗷𝗮𝗸
𝗧𝗲𝗿𝗶𝗺𝗮 𝗸𝗮𝘀𝗶𝗵.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 22, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ALIZTAN [HIATUS]Where stories live. Discover now