14

3.8K 477 7
                                    

|Happy Reading|

Axelio Fernandes kini telah dibolehkan untuk pulang, ketika sampai di rumahnya ia malah melihat papanya yang sedang duduk santai di sofa sambil bermain ponsel.

Axel berdecak pelan lalu menghampiri papanya.

"Anaknya koma bukannya di tenggokin eh malah santai santai" sindir Axel

Deon selaku papa Lio mulai membenarkan posisi duduknya dengan bersandar ke sofa, menatap Axel dari atas ke bawah dan sebaliknya lalu berdehem.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Deon

"Buruk" jawab Axel cepat

"Ku rasa begitu, haha memalukan sekali hanya karena kucing? Oh!" Deon memekik ketika Axel melempar tasnya ke arahnya.

Axel melengkungkan bibirnya dan mulai menghentak hentakkan kakinya, dan merengek seperti anak kecil.

'Mulai lagi' batin Deon yang menatap miris Axel yang keadaannya jauh dari kata baik, rambut acak-acakan, wajah nya merah karena menangis terlalu kencang sampai tersedak sedak, dan bajunya yang lusuh.

"Hueee"

Deon menutup telinganya yang berdengung mendengar Axel yang berisik, sepertinya dia harus mencarikan istri untuk cebongnya itu.

Axel masih guling guling di lantai, tapi Deon tetap ditempatnya, enggan menanggapi karena sudah terlalu malas.

Axel sendiri merasa harga dirinya jatuh sejatuh jatuhnya, dan itu karena kucing? Dia rasanya ingin berteriak sekencang kencangnya.

"HUAAAAAA PAPAAAA huhuhu~"

Yap Lio yang sebagai anak tunggal sangat manja kepada Deon selaku papanya, jika ditanya dimana sang ibu? Ibu Axel sudah meninggal setelah melahirkannya ke dunia.

Deon merasa frustasi, ternyata sifat istrinya ada yang menurun kepada anaknya. Tapi, kenapa yang ini?

Kenapa bukan sifat yang penyayang saja? Axel sangat minus akhlak nya, mungkin dia tidak mengantri saat pembagian akhlak.

Dan yang lebih membuatnya bingung adalah kenapa Axel menuruni sifatnya dan sang istri yang jelek jelek saja? Kenapa tidak ada sisi positifnya?

Sepertinya Axel ini memang adalah kecebong nya yang gagal, jadi ia hanya pasrah saja karena tak ingin menambah istri. Dia sangat setia pada istri pertamanya dan akan mencintainya sampai ia tua dan kehilangan nafasnya.

~•~

"Biadap lo, NATHAN" teriak seorang gadis marah

"Cindi, bisa kau jangan berisik?" ucap seorang lelaki paruh baya.

"Om! Ini ngga bisa di biarin, Cindi harus minta pertanggungjawaban dia! Siapa namanya?" ucap Cindi menggebu-gebu

"Axelio Fernandes, mundurlah Cindi kita tidak bisa melawannya" ucap Erwan nama asli dari omnya Cindi.

"Apa maksudnya om? Bukannya Fernandes jauh berada di bawah kita?" tanya Cindi

Erwan menggeleng pelan "itu keluarga FERNANDES bukan AXELIO SENDIRI. Axelio tidak pernah BERGANTUNG pada keluarga Fernandes, dan juga dirinya tidak ikut MENYOKONG keluarga Fernandes. Maka dari itu Fernandes masih dikategorikan jauh di bawah kita"

"Faktanya kekuatan Axelio sendiri jauh di atas kita, jadi menyerah lah" nasehat Erwan.

"A-apa apaan itu? Tidak adil" ucap Cindi mempoutkan bibitnya kesal, sambil menggerutu pelan.

"Sebaliknya"

Cindi mulai fokus kembali kepada Erwan.

"Sepertinya bukan kamu yang akan menuntut Axelio Fernandes, justru Axelio sendirilah yang akan balik menuntut" ucap Erwan membuat Cindi menegang.

"Ke-kenapa begitu?" tanya Cindi

"Sepertinya kau belum tau kalau, Axelio Fernandes adalah penggemar fanatik novel. Dia sudah menuntut banyak penulis karena alur dan ending yang dia baca tak sesuai dengan harapannya."

"Di tambah lagi, jika tidak mau menuruti perintahnya untuk merombak alur maka" Erwan memperagakan jempolnya di leher dan menggerakkannya perlahan ke kanan, seolah memperagakan pembunuhan dengan wajah yang menyeramkan.

Itu semua sontak membuat Cindi berjengit kaget, ia memeluk dirinya sendiri merasa ngeri.

Dengan muka pucat ia bertanya "lalu aku harus apa?"

Erwan hanya mengedikkan bahunya seolah tak peduli "Mungkin dia sekarang sedang mencarimu untuk MENUNTUT" ucap Erwan tanpa beban, dan melihat keadaan keponakannya yang sudah pucat pasi.

Melirik dengan ujung matanya lalu menutup pintu, ia cekikikan sendiri karena telah berhasil mengerjai keponakannya.

Dan jika saja benar apa yang ia ucapkan tadi, dirinya sendirilah yang akan berhadapan dengan Axelio nanti. Dan menjadi tameng untuk keponakannya yang sudah ia anggap putri itu.

Orang tua Cindi sendiri sudah tiada karena kecelakaan beruntun yang hanya menyisakan Cindi seorang, sebatang kara tanpa keluarga.

Keluarga besar Servant juga tidak mau menganggap Cindi salah satu anggota keluarga, dikarenakan kedua orang tuanya menikah tanpa restu.

Sedangkan Erwan sendiri selaku anak bungsu keluarga Servant sudah merasa muak dengan keluarga itu, lalu dia membantai semua keluarga Servant yang kini hanya menyisakan dirinya dan sang keponakan.

Ia tidak berniat menikah, dikarenakan cinta pertamanya yang sudah tiada karena melahirkan seorang anak dari rivalnya dulu.

Ya, dia sudah kalah dari perang, dan mengiklaskan sang gadis dengan pujaan hatinya.

Tapi sampai sekarang, tidak ada seorang wanita pun yang berhasil menggaet hatinya yang hanya untuk gadis itu.

Gadis kecil yang memberinya permen kapas.

Gadis kecilnya yang manis

Ia tersenyum 'I always love you, my amour'

***

Hi para readers ku yang tercinta!

Terimakasih telah mampir ke lapak caca, dan menjadi pembaca setia.

Caca ucapkan selamat datang untuk para pembaca baru^^

Jangan lupa tinggalkan jejak yaa.. Vote dan comment.

And see u next part all.

caca720

Crazy Male Transmigration (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang