Bab 23. Merahasiakan

718 56 13
                                    

Bab 23. Merahasiakan.
★★★★

Setelah ku pikir matang matang aku memilih untuk merahasiakannya dari ibu maupun ayahku atau kepada yang lain kecuali Angga yang memang tau keadaanku. Biarlah duka mendalam itu ku pendam rapat rapat dalam hatiku. Mungkin terdengar bodoh, tapi itulah kenyataan yang harus ku hadapi.

Bahkan aku pernah mengutarakan buat pindah sekolah maka raut muka ibuku langsung sedih. Karena, tentunya beasiswaku akan dicabut, terlebih lagi sekolah disini biaya sangat mahal.

"Kenapa kamu ingin pindah nak? Kamu nggak betah sekolah di SMA Permata Bangsa?"

"Betah Bu, tapi..."

"Nak, apa pun yang terjadi kamu tahan ya. Insyaallah semua cobaan pasti berlalu. Percaya sama ibu. Nak,,, kamu tau kan sekolah disini biayanya sangat mahal tidak sama seperti ditempat kita dikampung" jelasnya, muka ibuku terlihat sedih. Aku hanya bisa mendengarnya saja tanpa bisa berkata apa apa. "Ibu kerja itu semua untuk kamu, supaya kamu jadi anak sukses. Biarlah ibu dan ayahmu tidak sekolah tinggi tapi besar harapan ibu dan ayah kamu bisa sekolah tinggi dan meraih apa yang kamu cita citakan" tambahnya lagi lagi air mata ibuku berlinang membuat hatiku terenyuh untuk kesekian kalinya.

"Iya Bu. Maafkan aku. Maaf.... Aku akan nuruti kemauan ibu" balasku. Lain dengan hatiku. 'Sekalipun apa yang ku alami sangat tragis, selama ini. Aku harus kuat. Aku akan melawan mereka jika mereka semena mena terhadapku. Bila perlu, aku akan KU BUNUH MEREKA!' bisikku penuh dendam. Padahal selama ini tak pernah aku menyimpan dendam dihatiku, karena sikap dan ulah mereka kini aku jadi seorang pendendam. Serta melihat orang tuaku selalu sedih melihat keadaanku. Aku tidak ingin melihat orang tuaku sedih, aku ingin mereka bahagia.

"Kamu jangan nyerah, nak" ku anggukan kepalaku. "Kamu tadi yang tinggal sholat apa, nak?" Sebenarnya ibu sudah paham tapi hal itu demi untuk mengingatkanku.

"-'asar dan magrib Bu" balasku merasa tak enak. Ibuku hanya tersenyum lembut. Air matanya banyak yang tumpah, sanggupkah aku menambahi kesedihan beliau. Aku harus membuat ibuku bahagia.

"Kamu sudah kenal baik sama den Riko, nak"

"Iya Bu"

"Den Riko orangnya baik kan, nak"

"Iya Bu" sedari tadi aku cuma mengiyakan saja tak mungkin aku membongkar kedok Riko dihadapan ibuku ataupun ayahku biarlah rahasianya ku simpan saja, bila perlu seumur hidupku.

"Den Riko anaknya baik dirumah. Tidak neko neko bahkan sangat sopan. Makanya ibu yakin kalau den Riko sikapnya juga baik disekolah" terang ibu membanggakan Riko dihadapanku, ibuku tidak tau kedok Riko diluar rumah, bahkan dia seorang ketua gank, juga suka ngentotin anak orang. Sikap dia aja dirumah kayak anak mami, sok baik and sopan, padahal diluar sikapnya arogan, sok kaya sedunia, sok ke gantengan, huuhhh.

"Oiya nak, tadi den Riko pesen sama ibu, supaya kamu menuin dia, ditaman" deg, tentu saja jantungku langsung berpacu. Ada apa lagi manusia arogan itu mau cari masalah denganku disini. Padahal disekolah tadi sudah ku tolak sekalipun memintaku untuk jadi sahabatnya. Karena aku sudah eneg dengan kelakuannya selama ini.

"Cepat nak, tadi den Riko pesen secepatnya" ibuku nampak gelisah dan khawatir karena baru teringat pesan dari Riko.

"Ibu nggak usah panik ya-" (' biar manusia arogan itu aku tanganin, nanti') aku mencoba menenangkan ibu supaya tidak panik. Ada senyum dipaksakan disana. Aku merasa tak enak hati.

Aku akan beranjak tapi dicegah...

"Mau kemana nak?"

"Aku mau ambil wudhu. Bu aku harus sholat dulu"

Penjerat Mimpi 1 (TAMAT)Where stories live. Discover now