[36]

2.5K 133 2
                                    

______________________________________

HAPPY READING
DON'T FORGET THE ☆
______________________________________

🌻🌻🌻


Hazel bersenandung kecil untuk mengiringi langkah kakinya menyusuri koridor lantai lima rumah sakit milik Naja. Dia menggenggam sebuah paper bag berwarna hijau di tangan kirinya. Hazel tersenyum senang saat melihat sebuah pintu berwarna putih terpampang jelas di depannya. Hazel mengetuk pintu itu sebelum masuk ke dalam. Saat pintu terbuka hanya ruangan kosong yang ditemukan Hazel. Oh iya, dia baru ingat kalau Naja menyuruhnya untuk menunggu dulu di sini karena dokter tampan itu sedang ada urusan sebentar di ICU.

Hazel mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruang pribadi Naja. Dia kemudian mengeluarkan Java Chip Frappucino miliknya dari dalam paper bag. Sembari menunggu Naja datang, alangkah baiknya Hazel melepaskan dahaganya terlebih dahulu dengan minuman manis ini.

Beberapa saat menunggu, akhirnya Naja datang. Dia tersenyum lebar mendapati Hazel yang tengah duduk cantik memainkan ponsel sambil memegang cup minuman. Naja mengelus rambut Hazel setelah mendudukkan dirinya tepat di sebelah gadis mungilnya itu.

Hazel dengan sigap mengeluarkan satu cup kopi milik Naja dari dalam paper bag lalu menyerahkan kopi itu kepada Naja. Naja menerima kopi yang disodorkan Hazel dengam senyum yang tidak pernah lepas dari wajahnya. Naja melirik kopi yang berada di dalam genggaman Hazel. Melihat Hazel meminum minuman dingin membuat Naja mendengus sebal.

“siapa yang izinin kamu minum ice coffee? ” Hazel menaikkan alisnya bingung. “Zega bilang kemarin kamu main hujan di rumahnya. Terus sekarang kenapa kamu minum ice coffee itu? Kamu mau sakit, hm?”

Hazel tersenyum lebar seolah merasa tidak bersalah. “aku enggak sakit kok Mas. Aku ba–TCHII! HATCHI!. I’m okay, aku enggak kena–TCHI!”

Mendengar Hazel yang bersin-bersin membuat Naja segera mengulurkan punggung tangannya untuk meraba kening Hazel.

Hangat.

Sial.

Naja dan Zega kecolongan dengan kondisi Hazel. Dengan sigap Naja membaringkan badan Hazel di atas sofa membuat Hazel menatap Naja terheran-heran.

Hazel mengambil stetoskop dan termometer dari atas meja kerjanya lalu mulai memeriksa Hazel. Naja memejamkan kedua matanya menahan kesal saat melihat hasil pengukuran dari termometer. Suhu tubuh Hazel cukup tinggi.

Hazel mendudukkan badannya lagi saat Naja sudah selesai memeriksa dirinya. “Mas aku enggak apa-apa, beneran deh. Aku sehat kok Mas”

“Sehat kata kamu? Ini yang kamu bilang sehat?” kesal Naja sambil menperlihatkan hasil pengukuran termometer. “lagian siapa juga yang izinin kamu minum es disaat kamu demam dan flu kayak gini hah? Coba jawab saya”

Hazel menundukkan kepalanya merasa bersalah. Sebenarnya sejak tadi pagi memang dia mulai merasakan pegal-pegal di sekujur tubuhnya. Dia juga tidak berhenti bersin-bersin sedari tadi. Namun hasrat Hazel yang ingin meminum minuman dingin siang ini lebih penting daripada rasa sakit yang tubuhnya alami.

“Maaf Mas. Jangan marah ya” cicit Hazel.

“saya marah juga salah siapa?”

“SALAH YANG JUAL! Siapa suruh dia jualan, kan aku jadinya ikutan beli” lirih Hazel menundukkan kepalanya.

Naja mengamit dagu Hazel membuat Hazel mau tidak mau mendongak menatap wajah tampan Naja. “Hazel is a good girl, right? Kok malah salahin yang jualnya?”

Hazel mengerucutkan bibirnya merasa bersalah. “Maaf Mas, salah Hazel yang minum es”

Good. Sayangnya Mas must be a good girl, right?

Hazel mengangguk. “Hazel janji enggak gitu lagi. Maafin Hazel ya Mas. Hazel wanna be a good girl

Naja tersenyum. Dia mengusap pelan rambut panjang Hazel. Menyalurkan rasa bangga yang dia punya kepada Hazel. Mendapatkan perlakuan manis dari Naja membuat Hazel senang. Entah kenapa dia merasa senang ketika sudah menjadi anak baik yang penurut pada Naja. Hal itu juga berlaku jika dia sedang bersama Zega.

Semakin lama mengenal Naja dan Zega membuat Hazel merasa dirinya harus menjadi anak baik untuk kedua pria itu. Tidak membantah dan selalu mengikuti aturan. Entah apa yang terjadi pada otaknya. Namun pikiran itu perlahan mulai tertanam di otak minimalis Hazel.

Naja mengambil ponsel miliknya yang berada di saku jas dokternya. Dia menghubungi seseorang di sebrang sana. “tolong siapkan A1”

“A1 apaan Mas?” tanya Hazel sesaat setelah Naja menyelesaikan panggilan telfonnya.

“Kamar rawat inap pribadi keluarga saya”

Hazel mengangguk mengerti. “siapa yang sakit Mas?”

“kamu”

“Ooh aku..HAH? AKU?” Seru Hazel kaget dengan jawaban Naja.

Naja mengangguk mengiyakan seruan Hazel. “kamu sakit, saya mau kamu dirawat di sini beberapa hari. Jangan takut, saya sendiri yang akan jadi dokter pribadi kamu”

Hazel menggeleng cepat. “ih enggak mau. Mas aneh deh. Orang aku baik-baik aja disuruh rawat inap. Enggak mau ah”

Naja menyentil gemas dahi Hazel. “ngeyel”

Lalu sedetik kemudian Naja menggendong koala Hazel meninggalkan ruang pribadi miliknya. Hazel bergerak gelisah minta diturunkan dari gendongan Naja. Oh ayolah, Hazel merasa sangat malu digendong seperti ini oleh Naja. Persetan dengan Naja yang terlihat biasa-biasa saja meski ada beberapa orang yang memerhatikan mereka berdua.

“Mas turunin aku. Aku bisa jalan sendiri Mas. Malu tau dilihatin orang-orang” bisik Hazel di telinga Naja.

“saya enggak malu tuh”

NAJATRA BANGSAT!

🌻🌻🌻

____________________________________

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER
DON'T FORGET THE ☆
____________________________________

Dark SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang