Prolog

1.9K 116 2
                                    

Langit merah di tanah kemaharajaan raya masih terlihat menghiasi keadaan ruyam beberapa waktu terakhir ini. Senyum, tawa dan kebahagiaan ikut terkubur dalam pertikaian yang terjadi.

"Usahamu cukup lumayan untuk merebutkan takhta Dhikmas, tapi percuma."

"Apa di mata Kangmas ini semua untuk takhta?"

"Maksudmu?"

"Miliki semuanya Kangmas, harta-harta itu tidak ada harganya sama sekali di mataku. Aku cukup menghormatimu karena engkau seorang pemimpin sekaligus suami dari Mbakyuku. Tapi, tidakkah bodoh seorang pemimpin sepertimu?" lawan bicaranya terlihat begitu marah mendengar kalimat tersebut. "Melihat hal ini, sepertinya Ayahanda memang salah memberikan takhta."

Kejadian tersebut begitu cepat, ketegangan telah berubah menjadi pertikaian. Para prajurit yang melihat pemimpin masing-masing kubu, ikut saling menyerang. Tanah Majapahit yang masyur berubah menjadi medan perang antar dua persaudaraan.

"Meskipun semuanya berakhir nanti, tidak akan ada pemenang, karena kita sudah kalah terlebih dahulu."

Masuk kedalamnya sama halnya menyerahkan diri sebagai bidak. Jika, bukan karena senyuman dan tingkah lugu seseorang, bisa saja ia memilih untuk pergi saat itu juga.

.
.
Kita bertemu lagi. 🌼

Vilvatikta 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang