³²• 𝐹𝑎𝑟𝑒𝑙 𝐷𝑖𝑘𝑎 𝑀𝑎ℎ𝑒𝑠𝑤𝑎𝑟𝑎

2.8K 504 106
                                    


-Happy reading 🍁
-sorry for typo(s)

🍑

Pada tanggal 23 Maret 2005, tepat di hari rabu pagi, bayi kecil mungil dengan tangis kencang, datang pada keluarga Maheswara, senang, tentu saja semua orang senang menyambutnya, tak terkecuali sang ayah bunda

Ayahnya, Adhi Maheswara, senang sekali mendapat putra untuk keturunan pertamanya. Sampai sangking senangnya, Adhi selalu melihat putra kecilnya sebagai laki-laki, bukan laki-laki kecil, melainkan laki-laki dewasa, yang tidak boleh menangis saat terjatuh, tidak boleh merengek untuk hal apapun, yang harus bisa melakukan apapun sendiri

Putra kecilnya, Adhi beri nama, Farel Dika Maheswara. Dan secara tidak langsung Farel kecil sudah diberikan banyak tanggung jawab, bahkan saat namanya baru tersemat untuk bayi kecil mungil yang lahir rabu pagi itu

Sedari kecil, Farel terbiasa dengan sakitnya terjatuh dan harus berdiri sendiri, tak perduli lututnya tergores ataupun malah berdarah. Si sulung itu terbiasa mengandalkan diri sendiri, terbiasa di pandang salah oleh sang papa

Saat umurnya menginjak dua tahun, Farel mendapatkan adik laki-laki. Si tuan kecil, begitu Farel memangilnya dulu

.

• 2015

"Tuan kecil, nanti weekend kita liburan ke desa ya"

"Desa? Enggak mau, Leon mau ke mall lagi aja, kalo ke desa itu ngga ada mall kakak"

"Biasanya kan kakak nurutin mau kamu, sekarang gantian dong, lagian ke mall juga pasti cuman kamu yang papa beliin mainan, kakak enggak"

"Enggak mau titik!! Papa, kak Farel nih, masa mau ajak adek liburan ke desa, padahal kan adek nggak suka"

Waktu itu, Farel berumur sepuluh tahun mendengus kesal, dan sebelum sang papa membela lagi adiknya, Farel memilih menyelesaikan sarapannya, berdiri dari duduknya, dan pergi begitu saja tanpa sepatah kata

"Ngga berangkat bareng papa, Kak?"

Bahkan pertanyaan Mama pun tak Farel hiraukan, anak itu sudah lebih dulu menutup pintu dengan keras

"Leon leon leon terus aja leon, kapan Papa mau dengerin usulan aku" gerutunya sepanjang jalan menuju sekolahnya pagi itu, kedua tangannya memegangi tali tasnya, dan kakinya yang menendangi kerikil dengan kesal

"Farel!!"

Teriakan beberapa temannya membuat Farel berhenti berjalan, menoleh dan mendapati ZERO'S yang kini berjalan menghampirinya

"Kenapa Farel, mukanya jelek banget kaya gitu? Enggak di kasih uang jajan ya sama Papa" tanya Aban, membuat Farel semakin menekuk wajahnya

"Jelekan juga kamu. Ah kesel banget, masa ya si Artuan enggak mau dengerin usulan aku, kan kalo weekend kita pergi liburan, tapi selalunya ke mall karena itu permintaan si Artuan, Aku kan mau ke desa, mau liat kaya apa desa, tapi Papa lagi-lagi turutin maunya Artuan, kesel banget, pengen marah" ceritanya bersungut-sungut, dengan mimik wajah kesal yang begitu kentara, sampai maju-maju bibirnya

"O-oke, yang sabar ya Farel" ujar Akmal, mengusap-usap bahu Farel agar tenang

"Sabar banget aku tuh Akmal, nih pantatku aja udah lebar gara-gara sabar terus"

ZERO'S kecil mengerjap, saat Farel menodongkan pantatnya sembari di tepuk-tepuk

"Ah udahlah, ayo berangkat. Eh Ikbal mana?" Tanya Farel, saat tidak menemukan salah satu temannya

[8] Parenting || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang