Laideniko Adrian

1.5K 111 13
                                    

Niko melepaskan tangannya yang menahan pinggang seorang perempuan, saat melihat sang pacar berdiri di ujung koridor memberi tatapan tajam kepadanya.

Bruk!

Suara ringisan keluar dari bibir perempuan yang tidak sengaja ditabrak Niko beberapa detik lalu. Bokong perempuan itu mencium lantai dengan mengenaskan.

Padahal adegan romantis seperti di film-film, dengan seorang laki-laki yang menahan pinggang perempuan saat tidak sengaja bertabrakan lalu bertatapan itu akan menjadi adegan romantis siang ini.

Namun, naasnya si brengsek Niko dengan teganya melepas tangannya begitu saja sehingga perempuan yang kini terduduk di lantai itu meringis sakit.

Sialan! Batin perempuan yang kini menahan sakit pada bokongnya. Untung saja tidak terlalu banyak orang di koridor ini. Hanya ada segelintir. Mungkin karena sudah banyak yang pulang.

Niko benar-benar reflek melepaskan tangannya saat melihat Celia, pacarnya.

Ia kini melirik tempat Celia berdiri tadi, berniat memastikan. Ternyata pacarnya itu sudah tidak ada di sana.

Aman. Batin Niko dalam hati.

Kemudian beralih pada perempuan yang kini sudah berdiri. Tanpa bantuan darinya.

"Sorry, cantik. Gue nggak sengaja tadi." ujar Niko. Kalau sudah tidak ada Celia, predikat 'playboy' dalam diri Niko akan selalu muncul.

"Nggak sengaja gigi lo! Lo sengaja banget nglepas tangan lo tadi! Lo pikir nggak sakit hah?!" sahut perempuan yang tertabrak Niko tadi dengan emosi.

"Oh jadi maunya tangan gue meluk lo terus?" goda Niko membuat perempuan dengan rambut sepinggang itu makin emosi.

"Sinting!"

"Iya makasih. Emang gue ganteng."

"Gue bilang sinting! Bukan ganteng!"

"Tapi gue dengernya ganteng."

"Terserah!" perempuan itu berniat balik badan. Namun dengan cepat, Niko menahannya.

Perempuan itu langsung menghentakkan tangan Niko kasar sampai genggaman laki-laki itu terlepas. "Mau lo apasih?!"

"Galak banget heran."

Lalu Niko mengambil kartu nama dari dompetnya lalu menyerahkan pada perempuan 'judes' itu.

"Ini. Kartu nama gue. Sebagai permintaan maaf, kalo ada apa-apa, lo bisa hubungin gue. Sekali lagi gue minta maaf. Gue beneran nggak sengaja." jelas Niko tulus merasa bersalah.

"Btw. Nama gue Niko."

Perempuan itu menerima kartu nama tersebut kemudian membaca dalam hati. Tanpa menerima uluran tangannya.

"Gue Niko." ulangnya karena tidak mendapatkan respon.

"Gue nggak tuli." jawab perempuan itu masih memperhatikan kartu nama Niko.

"Nggak ada yang bilang lo tuli. Gue cuma perkenalkan diri. Tapi lo nggak jawab. Jadi gue kira nggak denger."

Perempuan itu berdehem singkat.

"Jadi, nama lo?"

"Jingga."

Niko ber-oh ria. "Anak hukum juga?"

Perempuan itu menggeleng.

"Terus kenapa bisa ad—"

"Gue sibuk." final perempuan itu lalu berlalu meninggalkan Niko sendiri.

Ia tersenyum tipis lalu berseru. "JINGGA! LO CANTIK!"

Perempuan itu tidak menoleh saat dirinya berseru seperti itu. Tidak masalah. Niko yakin, dirinya pasti akan bertemu dengan perempuan judes dan cantik itu lagi.

Tak lama ponselnya berdering. Dengan cepat, ia mengambil ponsel itu.

Acel is calling...

"Hal—"

"Masih mau berduaan sama cewek tadi?"

Niko memejamkan matanya. Mampus.

"Nggak, Yang. Tadi aku nggak sengaja nabrak dia. Terus aku tolongin. Nggak lebih."

"Terus kenapa lama banget?"

"Ak— ku ke toilet dulu ini. Seriusan."

"Lima menit kamu nggak sampe di parkiran, aku pulang sendiri."

"Iy—"

Tut
Tut
Tut

Sial. Dimatikan.

Niko lalu berlari kecil menuju tempat Celia berada.

Niko memang buaya. Dan pawang buaya itu adalah Celia, pacarnya.

Tapi tentu saja, saat buaya tidak ada pawangnya. Maka buaya akan sulit dikendalikan. Seperti halnya Niko.

°°°

Gimana prolognya?
Lanjut?

LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang