2

186 15 1
                                    

"Kok bisa kaya gini sih, Mi? Gimana ceritanya?" tanya Niko penuh kekhawatiran sambil memapah Maminya sepulang dari klinik.

Padahal sebenarnya Neta, Mami Niko itu masih sangat bisa untuk berjalan sendiri. Namun Niko saja yang terlalu protektif.

"Tadi tuh Mami niatnya mau ke minimarket sendiri naik motor. Kan nggak enak mau ke minimarket depan komplek harus dianterin kamu mulu. Masa mau jalan?" jelas Mami Niko setelah berhasil duduk di sofa ruang tamu. Lecet di kakinya cukup banyak. Setelah menabrak pohon, beliau tertimpa motor yang dinaikinya.

"Ya tapi nggak senekat itu kali, Mi. Masa Mami tiba-tiba langsung bisa pake motor? Harus ada belajar dulu."

"Diajarin siapa coba? Punya dua anak laki-laki aja udah sibuk masing-masing gitu." ucap Neta merajuk.

Niko menghela nafas pelan. "Kan bisa bilang Aiden minta diajarin. Nanti Aiden pasti luangin waktu kok buat ajarin Mami. Bukan malah nekat gitu."

"Iya-iya Mami minta maaf deh. Motornya tadi rusak parah kayanya ya?"

"Gampang. Bisa dibenerin. Yang penting kaki Mami ini."

"Mahal nggak?"

"Miii..."

Niko tidak masalah jika motor maticnya itu rusak parah. Yang terpenting adalah keadaan Maminya sekarang.

"Yaya siapa tau."

Sesampainya Niko di rumah tadi, ia langsung membawa Maminya ke klinik terdekat. Walaupun kata Maminya tidak perlu karena tidak terlalu parah. Namun, tetap saja Niko merasa harus membawa Maminya ke klinik.

"Kamu jangan bilang Mas kamu ya." pinta Maminya.

"Ya harus bilang dong. Biar Mami nggak dibolehin naik motor lagi." ujar Niko.

"Ih kamu mah. Lagian luka Mami nggak separah itu kok. Masih bisa jalan nih!" tiba-tiba Mami Niko berdiri kemudian berjalan pelan. Mengisyaratkan kalau dia memang baik-baik saja. Walaupun memang kaki kanannya masih sedikit sakit akibat tertimpa motor.

"Mi! Jangan banyak gerak dulu!" tegur Niko menyuruh Maminya duduk kembali.

"Dek... Mami beneran nggak papa. Buat pengalaman ini tuh."

"Besok kalau motornya udah jadi, kamu ajarin Mami ya?" bujuk Neta setelah duduk kembali.

Niko hanya bergumam sebagai jawaban.

"Tapi Mami libur dulu bikin kuenya. Sekarang buat istirahat aja."

"Oke?"

"Nggak bisa dong! Itu udah jadi tanggung jawab ke customer Mami. Lagian tadi Mami nekat pake motor tuh buat beli bahan-bahan yang udah abis."

"Padahal harusnya pesenan itu mau diambil nanti malam. Malah sekarang Mami kaya gini."

"Yaudah! Aiden aja yang buatin."

Anyway. Aiden adalah panggilan Niko dari keluarganya. Diambil dari nama depannya, Laideniko.

"Janganlah! Bisa hancur bentuk sama rasanya."

Niko memberengut tidak setuju.

"Mending kamu sekarang beliin dulu bahan-bahannya."

"Tapi ka—"

"Nggak ada tapi-tapian. Mami masih sehat wal afiat. Pokoknya sekarang kamu beliin dulu."

"Mau bantuin Mami kan?" ucap Neta sebelum Niko memprotes lagi.

Niko memutar bola matanya malas.

"Eh eh apa itu?! Nggak sopan! Kamu nggak mau bantuin? Yaud—"

"Nggak kok, Mi! Aiden mau bantu."

LoserWhere stories live. Discover now