Jingga Dealova

594 49 7
                                    

Jingga melangkahkan kaki dengan terburu-buru setelah melihat beberapa teman satu kelompoknya sudah duduk manis di bangku pojok kafe. Sepertinya mereka hanya tinggal menunggu kedatangannya. Terbukti dari raut wajah teman-temannya terlihat bete, khususnya 2 cewek yang melihat kedatangan Jingga dengan tatapan sinis.

"Lo niat kerja kelompok nggak sih?" sindir seorang cewek berambut sebahu bernama Rena saat Jingga menarik kursi untuk bergabung.

"Maaf banget ya, tadi ada kendala sedikit. Jadi nggak bisa on time." jawab Jingga jujur setelah mendudukkan bokongnya di sebelah cowok berambut cepak, bernama Geri.

"Maaf lo nggak bisa balikin waktu. Tau nggak, lo telat berapa menit?"

Jingga berniat menjawab, tapi mulut Kayra tiba-tiba ikut merocos.

"Lo telat 90 menit. Satu setengah jam, Ji. Kalau aja kami cuma nunggu lo dateng, tugas kita nggak bakalan selesai!"

"Oke. Fine, gue minta maaf. Terus gue harus bantu apa sekarang?"

"Lo nggak denger ya? Tugasnya udah selesai, Jingga. Seneng kan? Atau emang lo sengaja nelat ya? Lo males sekelompok sama gue?" ujar Kayra memojokkan Jingga.

"Kontribusi lo nol dalam tugas ini. Kayanya, nama lo nggak perlu gue tulis deh. Nggak punya tanggung jawab sama sekali. Kaya gitu kok mau jadi asdos." lanjutnya mencibir.

Tangan Jingga mengepal erat di atas pahanya.

"Kay, udah!" gertak Geri membela.

"Santai aja, Ji. Tugasnya juga nggak terlalu berat kok. Bisa dihandle. Lagian masih ada kerjaan. Lo bagian nge-print materi ya?" lanjutnya dengan nada halus.

"Iya, gue ma—"

"Nggak! Enak aja. Gue juga bisa kali nge-print doang. Gimana kalau lo bayarin semua pesenan ini?" ucap Kayra sambil menunjuk beberapa makanan dan minuman yang hanya tinggal sisa di atas meja.

"Jangan gila deh. Nggak ada hubungannya sama tugas!" bukan Jingga yang menyahuti, tapi Geri. Lagi-lagi membela Jingga.

"Biar gue yang bayar. Jingga besok ambil jatah presentasi paling banyak." tukas Jevan, seorang cowok berwajah sedikit bule yang sedari tadi hanya diam. Dia duduk bersebelahan dengan Kayra.

"Nah gitu, adil."

Kayra mendengus sebal. Tangannya kemudian beralih memeluk lengan Jevan dan menatapnya. "Biarin si Jingga yang bayar."

Jevan menggeleng. "Aku aja."

Sudah bisa menebak kan, ada sesuatu di antara Kayra dan Jevan? Yap, mereka berpacaran.

"Nggak perlu. Biar gue yang bayar." kata Jingga bersuara. Mengeluarkan 3 lembar uang seratus ribuan lalu diletakkan di meja.

"Nanti kirim aja file-nya, biar gue yang nge-print." lanjutnya.

Jingga menyadari jika dirinya bersalah karena tidak ikut mengerjakan tugas kelompok itu. Jadi, dia tidak begitu ingin memberi pembelaan. Wajar saja jika Kayra atau Rena sebal padanya. Tapi perkataan mereka cukup membuat Jingga sakit hati. Memang dasarnya dua cewek itu tidak begitu suka dengan dirinya. Begitupun sebaliknya.

Setelah perdebatan dan membayar pesanan itu, mereka semua beranjak meninggalkan kafe. Namun, saat Jingga baru saja keluar, dia bertemu dengan sahabatnya. Geri, Rena, Kayra, dan Jevan sudah pergi terlebih dahulu.

"Ngapain lo di sini?" tanya Jingga menelisik.

"Mau me time niatnya tapi nggak jadi." jawab Andrea lalu menarik tangannya untuk ikut masuk ke dalam kafe lagi.

LoserWhere stories live. Discover now