Chapter 11 : Cemburu

105 8 0
                                    

--- Chapter 11 ---

--- Chapter 11 ---

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_____

Aiden celingukan sendiri mencari gadis itu di kantin. Biasanya Aiden selalu melihat Sarah bersama dengan temannya.

Karena penasaran, Aiden menghampiri Reza dan Mita yang sedang makan di kantin.

"Sarah dimana?" tanya Aiden.

Mita hampir saja tersedak air minumnnya sendiri, gadis itu gelagapan sambil menatap Reza.

"Ahk teman kita ada yang sakit, jadi dia di uks," ucap laki-laki itu tanpa mengatakan siapa yang sakit.

Aiden menganggukkan kepalanya. "Thanks." kata Aiden tersenyum tipis sambil berlenggang pergi dari sana.

"Tumben?" Mita memiringkan kepalanya.

Tapi Reza mengacuhkan anak itu dan lebih tertarik pada makanannya.

"Reza." pekik anak itu.

"Apaan si lo, Pokus makan." katanya kesal.

Mita menggelengkan kepalanya. Kadang dia lupa kalau sebelah otak Reza disimpan di dengkul.

Sementara Aiden baru saja membeli roti dan susu kemudian berjalan menuju uks. Laki-laki itu ingin bertemu dengan Sarah secepatnya.

Aiden menengok kedalam uks. Alis anak laki-laki itu terangkat ketika lagi dan lagi Sarah sedang berduaan dengan anak baru itu.

Aiden mengepalkan tangannya. Dia tidak bisa membiarkan Sarah terus seperti ini. Anak itu dengan wajah tidak berdosa dan sakitanya itu sangat menyebalkan.

"Ouh jadi gini. Baru lengah sebentar kamu udah sama cowok lain Bi?" kata Aiden berjalan mendekati mereka.

Sarah membalik-kan tubuhnya dan melihat Aiden sekilas, gadis itu langsung berdiri dari duduknya. "Tidak Bi bukan begitu ..." celos Sarah

"Ck. Jangan lakukan ini lagi Bi atau kamu tau konsekuensinya." kata Aiden mencengkram erat tangan gadis itu.

Geri menatap kearah mereka curiga. "Jangan kasar, Sarah hanya membantu seorang teman saja." kata Geri sedikit menarik tangan gadis itu.

Sarah menggelengkan kepalanya berharap Geri akan melepaskan genggamannya itu.

Darah Aiden mendidih sekarang. Tidak ada yang boleh menyentuh setiap inci tubuh Sarah bahkan ujung rambutnya pun kecuali dirinya.

Laki-laki itu menghempaskan tangan Geri kasar dan menyeret Sarah untuk segera keluar dari sana.

"Ikut aku, kamu tau aku marah kan?" kata Aiden menyeret Sarah bahkan tidak tau tempat, nyatanya sekarang mereka sedang menjadi tontonan murid lainnya di sepanjang koridor.

Sarah menundukan kepalanya dan meneteskan air mata. Hatinya sangat sakit dan dia merasa Aiden sudah sangat keterlaluan sekarang tanpa membiarkannya sedikit saja berbicara untuk menjelaskan situasi yang ada.

BETTER DAYSWhere stories live. Discover now