26

2.5K 342 24
                                    

Bulan perlahan muncul dengan malu-malu diatas langit sana setelah sekian detik tertutup awan yang bergerak, banyak bintang bertebaran menemani sang Bulan.

Tara menatap penampilan nya saat ini di depan cermin, dengan mengunakan kaos putih dan dipadukan celana jeans diatas mata kaki. Penampilan simple untuk makan malam pertama dengan Zico.

Mengoleskan sedikit pelembab di area bibirnya agar terlihat segar dan cerah.

"Perfect." gumam Tara menatap pantulan dirinya.

Ting!

Ponsel Tara berdenting, menatap si pengirim pesan yang ternyata adalah Zico. Segera dibukanya pesan tersebut.

Zico

|Gw udah di depan

___

Tanpa perlu membalas pesan Zico, Tara menyambar jaket nya yang berada di atas ranjang, menatap ke cermin sebentar untuk membenahi sedikit tatanan rambutnya agar rapi.

Keluar kamar dan jangan lupakan untuk mengunci agar tidak ada setan yang memasuki kamarnya.

"Mau kemana lo?" tanya Galang yang sedang menonton film di ruang tengah.

Tara menatap sinis saudaranya, "Kemana aja yang penting enggak ada setan kayak lo."

Tanpa memperdulikan, Tara berjalan dengan cepat sebelum Galang meneriaki namanya yang membuat kuping nya berdenging.

"Pak buka gerbang nya!"

"Siap non."

Setelah gerbang terbuka, mata Tara menangkap seorang pria yang sedang berjongkok di sebelah motornya.

Menepuk bahunya pelan agar tidak mengejutkan sang empu, namun itu malah semakin membuat pria tadi terkejut dibuatnya, dengan memegang dadanya sebelah kanan dan menoleh ke kanan kiri memastikan.

"Sorry." ringis Tara memperlihatkan gigi putih rapinya.

Berdiri dari duduknya sambil menepuk celana nya yang terkena debu, "It's oke, tapi besok-besok jangan diulangi lagi bikin jantungan orang aja." ucap nya tersenyum tipis sembari mengacak-acak rambut Tara yang sudah rapi membuat Tara cemberut jadinya.

"Ayo, pergi sekarang sebelum malam."

"Kan sekarang udah malam Zico!"

"Maksudnya kemalaman sayang." jawab Zico sambil mengunakan helm.

"Cih, sayang-sayang doang tapi ga jadian." dengus Tara tanpa menatap manik kelam Zico.

Zico tersenyum kecil mendengar nya, "Ngode nih ceritanya?" dengan jahil Zico mencolek-colek dagu Tara dengan jarinya yang membuat wajah Tara memerah bak kepiting.

"Apasih! Udah ah ayo cepetan pergi keburu kemalaman entar!"

"Iya iya, buruan naik gih atau mau gw naikin."

"Udah ini, buruan jalan." ucap Tara menepuk bahu Zico seperti tukang ojek.

"Siap!" Zico menoleh ke belakang menatap Tara.

"Siap, Let's go!"

Semilir angin malam menerpa wajah Tara yang tidak tertutup kaca helm, terlihat jika wajahnya tersenyum menikmati suasana malam ini.

Jarang-jarang Tara berboncengan dengan laki-laki yang bukan satu darah dengan nya malam-malam seperti ini.

Beberapa menit kemudian, motor yang dikendarai Zico berhenti di depan gerobak sate yang rumayan ramai oleh pengunjung yang ingin makan.

"Gakpapa kan disini?" Zico menoleh menatap Tara apakah dia menyetujui makan disini atau tidak.

"Gakpapa kok, udah lama juga gw ga makan sate dipingir jalan." sahut Tara turun dari motor, melepaskan helm nya lalu diberikan kepada Zico yang masih duduk diatas motor.

Zico tersenyum tipis, dia kira Tara akan menolak dan meminta makan di restoran daripada di pinggir jalan seperti ini.

Menyusul Tara yang sudah berada disana memesan sate untuk Zico dan tentunnya dirinya sendiri.

Memilih duduk ditempat yang tidak terlalu mencolok, Zico menatap geli Tara yang sedang membantu mamang sate nya mengipasi sate yang masih dibakar diatas arang.

"Pesanan datang!" Tara datang membawa dua porsi sate, terlihat wajahnya dibanjiri keringat karena mengipasi sate tadi,

"Woah, rasa sate nya ngangenin." ucap Tara sambil mengunyah sate, matanya terlihat merem melek menikmati makanan yang masuk ke dalam mulutnya.

Zico terkekeh, diambil nya satu tusuk sate kemudian dimakan nya. Rasa sate disini memang tidak pernah mengecewakan lidah Zico dari dulu sampai sekarang.

Mereka berdua terlihat sangat menikmati makan malam pertama meskipun dipinggir jalan ditemani suara kelakson yang saling bersaut namun itu tidak memecah kosentrasi kedua nya menghabiskan makanan malam ini, sederhana namun sangat berkesan bagi Tara, karena bisa merasakan rasa sate yang pernah ia makan dahulu sebelum berpidah ke raga ini.





UTARA [NEW VERSION]Where stories live. Discover now