25. Flashback

9K 465 25
                                    

2 minggu yang lalu-

"Kita engga ada hubungan apa-apa lagi. Kesepakatan kita cuma dua bulan saja, sempat terlewat tapi mungkin gue yang khilaf. Selamat buat pernikahannya sama Karin. Gue harap kalian bahagia, titip salam sama Karin bilangin ke dia semoga kandungannya sehat. Kabarin aja kapan nikahnya, gue pasti dateng." Ucap Lila menatap tepat ke mata Gani dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Makasih buat ucapannya... Dua minggu lagi acaranya."

"Sekali lagi, congrats."

"Kamu harus datang, pakai dress yang bagus dan dandan yang cantik ya. Mau Abang jemput? Sekalian menginap di rumah Abang mau?"

Lila tak habis pikir dengan Gani, ia yang uring-uringan bahkan rela mendaki gunung untuk healing malah Gani dengan santainya menyuruh Lila datang pakai dress bagus dan dandan yang cantik katanya? Ya Lila memang berniat untuk datang, tapi Lila tidak yakin ia akan dandan dengan cantik, mungkin ia datang dengan penampilan yang berantakan dan hancur. Ditambah Gani menawarinya untuk menginap? Buat apa? Mau pamer kemesraan dengan Karin?

Tawa Gani pecah saat itu juga, bahkan ia sampai mengusap sudut matanya yang mengeluarkan air mata. Ia tak tahan dengan ekspresi gadisnya itu.

"Gila ya?" Cibir Lila.

Gani meraih tangan Lila, menggenggamnya erat.

"Jangan macem-macem, lepasin!"

"Engga! Dengerin Abang."

"Apa lagi?"

"Setelah pendakian ini, kamu ikut pulang sama Abang ya."

"..."

"Baiklah, mungkin sekarang waktunya. Mungkin ini kedengaran sangat klasik, tapi Abang engga bisa nunda dan nunggu-nunggu lagi. Abang langsung to the point saja, Will you marry me, Kalila?"

'Apa tadi katanya? Please, gue engga salah denger kan? Bang Gani engga lagi kesurupan setan gunung kan? Siapapun tampar gue sekarang, gue yakin gue lagi mimpi.'

Plak.

Terdengar suara tamparan.

"Kok Abang ditampar?" Gani mengusap-usap pipinya yang baru saja ditampar oleh Lila. Tamparan Lila sangat keras, sampai Gani merasa perih pada permukaan kulit pipinya.

"Ini bukan mimpi?" Tanya Lila dengan wajah polosnya.

"Engga sayaaaaang." Jawab Gani dengan lembut.

"Sayang-sayang pala lo peyang."

"Li, please listen to me. Will you marry me?" Tanya Gani lagi, kini ia mengeluarkan sebuah kotak kecil merah. Ia membuka tutup kotak tersebut mengeluarkan sebuah benda berbentuk lingkaran polos berwarna emas.

"Engga engga engga, Abang gila ya?! Abang mau jadikan Lila isteri kedua? Lo sinting Bang!" Lila ingin keluar dari tenda milik Gani, namun dengan cepat Gani menahan lengan Lila.

"Isteri Abang yang pertama dong Lila, dan satu-satunya." Gani menjelaskan, gemas sebenarnya dengan Lila yang lola begini.

"Terus Karin? Oh Lila tau, Abang bakal nikahin Karin, terus setelah anaknya lahir Abang akan ceraikan Karin lalu nikahin Lila gitu? Sorry ya Bang, Lila engga mau dapet bekasnya Karin!"

"Astaghfirullah, lihat Abang. Jangan potong ucapan Abang, dengerin Abang ngomong. Oke,"

Gani menangkup kedua pipi Lila agar Lila menatapnya dan tidak lagi mengeluarkan kata-kata ajaib seperti tadi. "Abang engga nikah sama Karin, Abang ngajak nikah kamu, bukan Karin. Karin memang mau nikah dua minggu lagi tapi bukan sama Abang. Sama calon suaminya yang sudah bikin dia hamil. Abang tau kamu pasti salah paham, dan ngiranya Abanglah yang sudah menghamili Karin. Tapi bukan, Lila. Engga mungkin Abang menghamili sahabat Abang sendiri sementara kamu pacar Abang."

GANINDRA (End) Where stories live. Discover now