Chapter 6

70 36 397
                                    

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

______________________________

Moona menekan bel rumah. Kemudian ibu panti membukakan pintu untuk melihat siapa yang datang.

"Nona Moona-" Tutur ibu panti dengan tatapan tak percaya atas kedatangan Moona. Kemudian ibu panti mempersilahkan Moona untuk masuk ke dalam. Moona duduk di kursi sofa berseberangan dengan ibu panti. Maniknya menatap interior ruang tamu.

"Maaf nona Moona apakah ada yang dapat saya bantu? Oh atau-ingin mengambil Kaisa kembali?" Tutur ibu panti dengan sopan dan sedikit gugup. Pasalnya ibu panti sedikit takut dengan tatapan Moona.

"Saya tidak akan pernah mengambil anak tidak berguna itu. Saya datang kesini jauh-jauh untuk mengadopsi satu anak, apakah ada satu anak yang punya talenta tinggi? Dan aku ingin yang tidak cacat!" Tutur Moona seraya menekankan kalimat cacat seolah tengah membicarakan Kaisa.

"Maaf nona Moona jika saya lancang, semua anak dilahirkan tidak ada yang tidak berguna. Jika cacat pasti itu bisa diatasi, itu bisa nona Moona, atas kehendak-Nya." Tutur ibu panti dengan nada sopan.

"Saya tidak butuh ceramahmu! Yang saya butuhkan sekarang adalah berkas identitas semua anak-anak, paham?!" Tegas Moona seraya melayangkan tatapan iblisnya kepada ibu panti.

Kemudian ibu panti beranjak dari sofa lalu menaiki tangga dan menuju kamarnya untuk mengambil berkas-berkas identitas anak panti. Setelah berhasil menemukan berkas tersebut, ibu panti segera turun ke bawah menghampiri Moona.

"Ini berkas semua anak panti kecuali Kaisa," Tutur ibu panti seraya menyerahkan berkas tersebut.

Hening. Moona sibuk dengan berkasnya. Ibu panti hanya terdiam dan berdoa agar Kaisa tidak pulang lebih awal karena takut jika nanti Kaisa akan takut jika berhadapan dengan Moona, ibunya. Gerak-gerik Moona terlihat telah menemukan tipe anak sesuai tipenya. Moona mengambil satu kertas dan menyerahkannya kepada ibu panti.

"Saya ingin anak ini, bawa dia kepada saya, sekarang!" Tegas Moona. Ibu panti membereskan berkasnya dan segera memanggil anak yang dimaksud Moona.

*****

Valentin membawa Kaisa ke taman untuk menenangkan hati serta pikirannya. Sementara Kaisa tak berminat untuk keluar. Sayup-sayup angin mengikat tubuh Kaisa. Sementara Valentin tengah sibuk menatap Kaisa yang berada di sampingnya. Atensi Kaisa terus menatap langit seraya berharap agar makhluk itu tak akan kembali. Seolah langit mengerti tatapan Kaisa, tiba-tiba awan mendung datang membuat Kaisa menundukkan kepalanya.

"Kaisa ayo masuk hujan akan turun!" Tutur Valentin seraya beranjak dari kursi taman.

"Duluan saja, saya akan masuk nanti," Tutur Kaisa tanpa menatap Valentin.

Valentin tersenyum tipis lalu mengusap puncak kepala Kaisa, "Jangan takut! saya ada disini. Ngomong-ngomong mau marshmellow bakar?". Kaisa hanya menggeleng kepalanya. Nafsu makannya tiba-tiba hilang. Kemudian Valentin kembali duduk di samping Kaisa seraya menatap awan mendung.

"Apa anda percaya tentang makhluk supranatural?"

"Jika mereka muncul di hadapanku, aku akan percaya. Jika dibilang makhluk mitos aku kurang sependapat dengan kalimat itu."

"Tapi aku ingin makhluk itu ada dan muncul di hadapanku sekarang! aku ingin mengambil apa yang dia ambil dariku. Atau lebih tepatnya aku ingin dia mengembalikannya sendiri dan berlutut di hadapanku seraya meminta maaf, kemudian aku memenggal kepalanya agar makhluk itu lenyap dari bumi."

DOOZYWhere stories live. Discover now