Chapter 19

7 2 0
                                    

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

________

"Cepat panggil Kaisa sekarang! Waktuku tidak banyak!" Tegas Grusha.

"Mau panggil bagaimana? Saya telepon dia saja tidak diangkat, lagipula dia belum pulang." Tutur Kaysen dengan tenang.

"Kamu mempermainkan kami!?" Teriak Grusha. Suaranya menggema hingga penjuru ruangan.

Tiba-tiba Kaisa masuk dengan tergesa-gesa hingga tidak sadar akan keberadaan Grusha, "Kakak..." panggilnya. Kaysen segera beranjak dari kursi.

Grusha menyeringai lalu mendorong tubuh Sherin ke sembarang arah. Kaisa yang baru menyadari Grusha tengah berada di rumah Kaysen, dia berlari keluar rumah. Grusha dan bawahannya segera mengejar Kaisa. Kaysen berlari keluar rumah untuk menyelamatkan Kaisa. Grusha menghentikan waktu untuk mempermudah menangkap Kaisa. Sebelum Grusha menangkap tubuh Kaisa, Duca lebih dulu meraih tubuh Kaisa.

"Jangan harap kamu bisa menyandera Kaisa kembali!" Seru Duca.

"Apa urusannya denganmu?" Tanya Grusha dengan tegas.

"Kemarikan manusia itu!" Tegas Grusha.

Duca menyentikkan jarinya dan waktu kembali normal. Kaisa terkejut dan segera bersembunyi di balik tubuh Duca. Grusha mendecak kesal, namun seketika dia menyeringai. Arsene memukul belakang kepala Kaisa hingga pingsan. Duca yang menyadari hal ini pun berkeinginan untuk menyerang Arsene, namun Grusha lebih dulu menghantam wajah Duca hingga sudut bibirnya sobek. Grusha mengikat Duca di pohon menggunakan tali sihir.

Saat Arsene hendak memasukan Kaisa ke dalam mobil, Kaysen tiba-tiba melepaskan anak panahnya ke pintu mobil dan membuat pintu mobil tertutup kembali. Para bawahan Grusha mulai menyerang Kaysen, dua puluh lawan satu. Duca mencoba untuk membebaskan diri dari jeratan tali yang melilitnya. Tiba-tiba Sherin datang sembari membawa satu ember es batu yang dia ambil dari kulkas milik Kaysen. Sherin melemparkan es tersebut ke arah tali yang melilit tubuh Duca.

"Pelan sedikit!" Tegas Duca.

"Kalau pelan nanti apinya akan cepat menyambar!" Polos Sherin. Dia mengira tali yang melilit di tubuh Duca adalah sebuah api.

Sherin terus melempar es tersebut hingga satu per satu tali yang melilit di tubuh Duca menghilang. Saat Arsene berniat untuk memasukkan Kaisa ke dalam mobil kembali, Kaysen melukai belakang kaki Arsene menggunakan anak panah. Arsene merintih kesakitan, kemudian dia mengeluarkan pisau belati yang mengandung racun dari telapak tangannya. Selain mengandung racun, pisau tersebut juga dapat mengeluarkan api untuk membunuh musuhnya.

Bangsa Orc dibagi menjadi dua belas golongan diantaranya adalah Orc pemanah, Orc pembunuh, Orc penembak, Orc muda, Orc pemimpin, Orc penguasa, Orc pembantai, Orc pembusur, Orc raja, Orc panglima, Orc prajurit, dan Orc penyihir. Arsene termasuk ke dalam golongan Orc pembantai, meskipun dia merupakan Orc terhormat, namun dia terlahir sebagai Orc pembantai yang tidak akan kalah dalam suatu pertempuran.

Setelah melihat Grusha dan bawahannya tak berdaya karena serangan Kaysen, Arsene kini turun tangan dan menyerang kaysen dari belakang. Untungnya kaysen handal dalam menghindar dari musuh yang datang kapan saja. Duca tidak mampu membantu Kaysen karena kekuatannya telah diserap oleh tali yang melilit tubuhnya tadi. Sherin membantu Duca duduk di sandaran pohon. Dia tahu bagaimana rasa sakit yang dialami Duca sekarang, dia juga tidak mampu untuk membantu Kaysen.

"Bagaimana ini?" Tanya Sherin kepada Duca.

"Lebih baik kamu disini, diam saja. Jika kamu mengambil Kaisa, pisau beracun itu akan menancap di kepalamu. Arsene sangat kejam!" Balas Duca sembari menatap perkelahian antara Kaysen dan Arsene.

DOOZYWhere stories live. Discover now