Chapter 12

10 5 2
                                    

☞ Jangan lupa follow dan beri bintang serta comment

________

Halena, Laurels, dan Aubree menunggu Kaisa tersadar di kamar tamu rumah Kaysen. Sedangkan sang pemilik rumah tengah duduk di ruang tamu bersama orang-tuanya serta Lydia. Kaysen mendesak Moona untuk mencabut skandal tentangnya. Namun respon Moona memiliki nada mengancam. Valentin yang tengah bermain dengan Duca di ruang tengah dan mendengar obrolan mereka hanya mendesah kesal.

"Moona, apa sebaiknya hentikan saja berita palsu itu? Perusahaan sangat membutuhkan Kaysen saat ini," Lazarus memijat pangkal hidungnya.

"Akan ku akhiri jika dia memutuskan hubungan dengan Kaisa, jika soal perusahaan aku akan turun tangan!" Moona menyeruput teh dengan anggun.

"Perusahaan sudah bukan tanggung-jawab aku lagi. Mulai saat ini aku akan mengundurkan diri dari perusahaan, surat pengunduran diriku akan segera aku kirim malam ini." Kaysen melipat tanganya dengan satu kakinya di naikkan keatas satu kakinya, pertama kalinya Kaysen melakukan hal tersebut di depan orang-tuanya karena sebelumnya dia tidak berani melakukan hal tersebut.

"Coba kamu pikirkan matang-matang, kamu telah berusaha sekuat tenaga dengan melepaskan masa mudamu untuk memajukan perusahaan dan sekarang kamu ingin melepaskannya begitu saja?" Tatapan Lazarus sedikit memohon kepada Kaysen.

"Karena itu, aku akan menebus masa mudaku dengan keluar dari perusahaan." Kaysen benar-benar serius kali ini.

"Jangan paksa aku lagi untuk kembali ke perusahaan, jika aku kembali pun memangnya ada yang mempercayaiku? Tidak, kan? Jadi biarkan nona Moona yang akan menangai perusahaan kali ini." Tambah Kaysen.

"Apa alasanmu juga mengenai Kaisa?" Tanya Lydia hati-hati.

"Hal ini tidak ada kaitannya dengan Kaisa. Kenapa kamu sensitif sekali dengan Kaisa?" Kaysen menatap sinis Lydia.

"Oh iya, jangan lupa hapus namaku dari warisan kalian. Aku sama sekali tidak berminat mendapat harta warisan dari kalian." Tambah Kaysen.

Valentin yang tengah menyeruput lemon tea di ruang tengah tersedak setelah mendengar perkataan Kaysen barusan. Baru kali ini dia mendengar ada manusia yang menolak harta warisan.

"Hey, Duca! Apa otak tuanmu udah benar-benar terbalik? Bisa-bisanya dia menolak harta warisan yang sebegitu banyaknya," Tanya Valentin kepada Duca, sang kucing. Namun Duca hanya mengeluarkan suaranya sekali.

Kaisa membuka matanya perlahan. Ditatapnya langit-langit kamar. Halena yang melihat Kaisa tersadar kemudian membangunkan Laurels dan Aubree.

"Hey kalian! Bangun!" Halena menggoyangkan bahu Laurels dan Aubree.

"Biarkan saja mereka tidur," Kaisa duduk di pinggir ranjang seraya mengusap dahinya.

"Kaisa kamu nggak papa kan? Atau ada yang sakit, kalau ada aku panggil Valentin kemari," Tutur Halena serius.

"Aku baik-baik saja, namun rasanya aku ingin cepat-cepat pulang padahal aku tidak ingin pulang," Kaisa merasakan sensai aneh pada tubuhnya.

"Mungkin karena kamu udah lama tinggal di panti jadi begini," Halena duduk di samping Kaisa.

"Tapi rasanya seperti ada magnet yang menarikku dari rumah panti," Resah Kaisa.

Tiba-tiba sebuah kecoak yang muncul dari belakang lemari berjalan menuju bawah tempat tidur dan terbang di belakang Kaisa dan Halena.

"Eh, Sa! Kamu dengar suara nggak?" Tanya Halena seraya celingukan.

Kemudian sang kecoak mendarat di meja kecil sebelah tempat tidur.

DOOZYWhere stories live. Discover now