Part 11

16.1K 2.6K 113
                                    

"Nayela!"

Gadis berambut hitam sepunggung itu berbalik saat mendengar seseorang memanggil namanya. Ketika ia berbalik, ia mendapati Caleb tengah berlari kecil menghampirinya.

Dahi Nayela berkerut samar. Entah hanya kenapa, ia memiliki firasat buruk ketika pemuda itu memanggil dirinya.

Nayela menoleh menatap ke sekitarnya. Untung saja Keiran belum datang. Ia sedikit was-was jika Keiran mendapati dirinya mengobrol dengan protagonis ini. Bisa-bisa persentasenya turun lagi nantinya.

"Nay," panggil Caleb lagi saat ia telah berada tepat di hadapannya. Ekspresi gadis itu berubah hangat.

"Selamat pagi, Caleb." Gadis itu menyapanya sambil tersenyum tipis.

Caleb tercenung sesaat. Tidak salah memang kalau banyak yang mengidolakan gadis di hadapannya ini.

Lihat saja kepribadiannya yang santun, hangat, serta penuh keanggunan. Belum lagi gadis ini mempunyai segudang prestasi yang membuatnya kian disenangi para guru.

Pantas saja saudara tirinya yang dikenal mempunyai perangai buruk itu justru melunak di hadapan gadis ini. Bahkan Caleb tidak bisa memungkiri kecantikan sosok di depannya ini.

"Caleb?" panggil Nayela ketika ia melihat pemuda di hadapannya itu hanya terdiam memandangnya.

"Ah! Maaf, aku melamun," ujarnya malu. Bisa-bisanya terpergok ia melamun sambil menatap wajah Nayela sampai seperti itu.

"Tidak masalah. Jadi, ada apa?"

"Aku hanya ingin memastikan," jedanya. "Aku dengar, kau dekat dengan adikku."

Gadis itu mengernyit dan spontan membeo, "Adik?" Sejak kapan pemuda di hadapannya ini mengakui jika dirinya memiliki adik? Itulah isi pikiran Nayela.

"Oh? Kau tidak tahu?" tanya Caleb dengan ekspresi berpura-pura terkejut. Nayela seperti mulai mengerti kemana arah pembicaraan ini berjalan.

"Keiran adalah adikku," imbuh pemuda itu. "Dia adik yang berbeda ibu denganku."

Di sisi lain, Keiran yang baru saja sampai di sekolah, mendapati kedua orang itu tengah berbicara serius di depan kelasnya.

Saat ia mendekat, Keiran akhirnya dapat mendengar pembicaraan mereka. Telapak tangannya mengepal erat secara spontan. Ia menatap nyalang pada sang kakak tiri, sebelum menatap rumit pada Nayela yang sejak tadi masih diam.

Nayela tidak menyadari Keiran telah berada di dekat mereka karena posisinya memunggungi pemuda itu. Ia menatap Caleb dengan alis yang masih mengerut.

"Begitu," ujarnya kemudian, membuat kedua pemuda di dekatnya itu mengerjabkan mata beberapa kali. Ia juga masih mempertahankan nada bicaranya yang normal.

"T-tunggu, Nay, kau tidak mengerti. Keiran, dia—"

"Aku mengerti. Lalu kenapa?" sela gadis itu cepat. Ia sangat jengah dengan tipe-tipe orang seperti Caleb, sangat menyebalkan dan tidak keren tentunya.

"Kau mengenalku sejak lama, Caleb. Aku tidak suka dengan orang yang memandang orang lain sebelah mata, apalagi hanya karena latar belakangnya," ujar Nayela lagi.

"Kalian tak memiliki ibu yang sama. Lantas kenapa? Kalian tetap memiliki ayah yang sama," imbuh gadis itu telak.

Nada bicara Nayela tidak sedikit pun berubah sinis atau pun kasar, tapi tetap terdengar tegas. Caleb tak berkutik sesaat sebelum mengepalkan tangannya.

"Kau tak mengerti, Nayela! Ibu orang itu menjadi duri di dalam kehidupan keluargaku! Bagaimana bisa aku menerimanya begitu saja?" ucap Caleb.

"Keluargaku nyaris hancur karenanya!" katanya lagi.

In Order To Save The Male Antagonist's LivesWhere stories live. Discover now