(2) Part 10

6.7K 1.1K 171
                                    

"Kau juga tahu tentang rencana ini?" tanya Sander.

Sang sekretaris terkekeh canggung dan mengangguk. Pria itu memang sempat dihubungi oleh Bibi Kim dan mendengar permintaan tolong yang diajukan oleh tunangan bosnya itu.

Awalnya ia merasa ragu, tapi Bibi Kim terus menerus meyakinkannya bahwa nona muda mereka bersikeras ingin merayakan ulang tahun tunangannya ini.

"Maafkan saya, Tuan. Saya tidak akan membiarkan hal serupa terjadi lagi di masa depan," ucapnya kemudian lalu membungkuk taat.

Dirinya mengira, jika hari ulang tahun bosnya kali ini mungkin akan terasa berbeda. Namun, ia salah. Seharusnya ia tahu itu. Seharusnya itu tidak perlu membiarkan nona muda itu mela—

"Kau tidak perlu repot," sahut Sander ambigu. Hal itu spontan membuat si sekretaris menghentikan lamunannya dan mengangkat wajahnya.

Mata pria itu melebar terkejut ketika mendapati wajah sang tuan tampak cerah dan lembut kala sepasang mata birunya menatap sebuah kotak kecil yang ada di genggaman tangannya.

Belum sempat ia mengetahui apa isi kotak itu, Sander membuka suaranya, "Hari ini cukup. Kau bisa kembali."

Mendengar itu, sekretarisnya lantas membungkuk kemudian pamit undur diri, meninggalkan Sander seorang diri di ruangan itu.

Masih dengan posisi semula, duduk di balik meja kerjanya, Sander menatapi hadiah yang baru saja diterimanya itu.

Ia jadi teringat, kapan terakhir kalinya ia merayakan ulang tahun? Bukankah itu saat sebelum orang tuanya tiada?

Tiba-tiba ia tersadar sesuatu. Sander mengernyit lalu menatap ke arah pigora yang terpajang di meja kerjanya seraya menegakkan posisi duduknya. Lagi-lagi dirinya ditampar oleh fakta.

Sial! Ini tidak benar, pikirnya seraya melemparkan kotak pemberian sang tunangan ke atas meja hingga isinya berserakan.

Ia tak seharusnya terlena pada semua rasa hangat dan nyaman ini.

Dirinya tak boleh lupa akan apa yang sudah keluarga Astraea lakukan pada keluarganya. Tidak sepantasnya dirinya membiarkan perasaan yang hina dan bodoh ini membuatnya lupa.

Ia harus menyingkirkan sumber dari kebodohan ini segera. Harus!

•••

Di sisi lain, sistem dapat merasakan gejolak emosi negatif yang tiba-tiba saja menyelimuti hati sang antagonis.

["Tuan Rumah ..."]

"Entah aku harus bereaksi bagaimana melihat persentase Sander," gumam Nayela.

"Itu tidak terlalu menggembirakan. Tapi dibandingkan dengan saat kali pertama kami bertemu, bukankah ini kemajuan?"

["Tuan Rumah—"]

"Sebaiknya rencana apa lagi yang harus kita lakukan, ya?" tanya Nayela.

["Em, anu, Tuan Rumah?"]

"Haruskah aku membuat drama yang menyedihkan? Tapi sepertinya Sander lebih tersentuh dengan sesuatu yang mengingatkannya dengan kenangan masa lalunya," ungkap Nayela tanpa henti.

In Order To Save The Male Antagonist's LivesWhere stories live. Discover now