HUTAN TERLARANG [04]

56 8 0
                                    

"Benar-benar di luar dugaan, di tengah hutan begini ada taman, indah lagi!"

Ratna berlari menuju taman bunga dengan membawa kamera di tangan nya.

Kami menyusul Ratna, di belakang nya ada Wisnu.

Setelah lama kami berjalan mencari ke unikan hutan, kami mendapati keindahan taman yang di penuhi dengan bunga-bunga indah.

"Ratna, jangan di petik!" ucap Jihan.

"Nggak apalah, kan cuma satu tangkai. Habisnya cantik banget!" jawabnya.

"Lihat, ada gua juga disini!"

Tunjuk Wisnu, ia meminta kami menghampirinya.

Bahkan kami tidak sadar ada sebuah gua tersembunyi di dalam tanah, yang di tutupi dengan ranting-ranting.

"Ayo lets go, tunggu apa lagi!" teriaknya.

"Jangan minta masuk deh Wis, jalan masuk ke dalam gua itu kecil, terus kita gak tau kan ada apa di dalam!" ucap Sisil.

"Ah kamu Sil, kita kan nggak tau kalo belum nyoba masuk ke dalam. Ayo Rat, siap-siap videoin aku dari awal masuk sampe akhir, ya!"

"Siap bos. Ayo semunya harus masuk!" paksanya.

"Sempit sekali!" keluh Deta.

Akses masuk ke dalam goa memang benar-benar sempit, hanya pas untuk satu orang berbadan ideal saja yang bisa masuk ke dalam. Benar-benar butuh perjuangan, kami melewatinya.

Kira-kira 10 menit, jalan sempit mulai melebar, ternyata di dalamnya sangatlah luas. Banyak sekali cabang jalan, setelah berunding kami berlima memutuskan untuk mengambil arah di sebelah kanan goa, untuk melanjutkan perjalanan.

Setelah kira-kira setengah jam kami disini, pernafasan kami mulai terganggu. Deta meminta semuanya balik ke jalan awal dan keluar dari goa dengan segera. Tetapi lagi-lagi Wisnu kekeh menolak berputar balik arah.

"Kita teruskan, sampe ketemu jalan keluar yang berbeda!"

***

[Wisnu mencurigakan]

"Ayo kita pulang!" ucapnya selang beberapa menit kemudian.

"Loh, katanya terus aja sampe ketemu jalan keluar berbeda, gimana sih!" jawab Ratna mengarahkan senter ke wajah Wisnu.

"Udah, ayo keluar sekarang!" ucap Wisnu mendahului teman-temannya.

Ada yang aneh, kenapa tiba-tiba Wisnu meminta kami semua balik?

Padahal dia sendiri yang kekeh tidak mau berhenti.

Ah sudahlah, intinya kami keluar dari gua ini.

***

[Setelah keluar dari gua]

"Lho, dimana ini?"

"Tidak mungkin salah. Ini jalan yang tadi kan?"

"Iya, ini jalan dimana pertama kali kita masuk. Aku ingat betul!"

Semua panik, bahkan Ratna yang sering memihak kepada Wisnu, dia terlihat takut sekarang.

"Kenapa setelah keluar, suasana luar jadi berbeda!" Sisil mengeratkan genggaman tangan nya.

Aneh tapi nyata, semuanya berubah.

Hutan ranting kini menjadi hutan yang di penuhi abu. Pepohonan tertutup abu tebal, bahkan daun-daun nya mengering dan berjatuhan, langit menghitam, tidak lagi ditemukan letak matahari, dimana ini?

Berjam-jam keliling hutan, namun kami tidak menemukan jalan dimana awal kami masuk. Semuanya panik, kecuali Wisnu.

Dia masih terlihat tenang, mungkin karena Wisnu tau, semua gara-gara dirinya sendiri yang keras kepala dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain.

Baju kotor dan kumal, ditambah lagi kami semua tidak membawa bekal makanan apapun kemari, bahkan minuman saja kami tinggal di dalam tenda. Sementara sekarang, lokasi terkini saja kami tidak tau, ya Tuhan.

Beberapa jam setelahnya, langit semakin gelap. Tetapi hutan masih terang, lebih tepatnya bukan terang, tetapi mendung.
Memang sejak kami tersesat, kami tidak merasakan panas matahari.

Langit sudah semakin gelap seperti malam hari, namun disini suasana masih sama seperti awal kedatangan kami.

Menangis pun tak ada guna, saling menyalahkan pun bukanlah solusi yang tepat sekarang. Itu akan menambah masalah baru dan akan mengakibatkan pertengkaran.

Hal yang di takutkan ternyata terjadi,

Deta terus menyalahkan Wisnu dan juga Ratna yang selalu kekeh dengan pendapatnya masing-masing. Bahkan Deta sangat marah ketika mengingat perkataan nya tidak di hargai sebelum ini terjadi.

"Tidak percaya, tapi apa salahnya berjaga-jaga? kalau sudah begini, siapa yang mau di salahkan?!" ucapnya kesal.

Bukan nya mengalah dan mengakui kesalahan, Wisnu ikut marah. Dia meminta kami semua memilih antara ikut dengan dirinya atau Deta.

"Sekarang terserah kalian. Ratna, Sisil, Jihan, kamu mau ikut aku atau Deta? kita misah! siapa yang sampai ke tenda duluan, kita buktikan!" ucapnya.

Ratna mulai ragu dengan pilihan nya, secara si pemberani disini adalah Wisnu.

"Ingat, siapa aja yang ikut dengan ku, pasti selamat!" ucap Wisnu.

"Apa yang buat kamu begitu yakin? tolong urungkan. Lebih baik kita bersatu!" kata Jihan.

"Sudahlah Han, Wisnu egois. Kalo kamu mau ikut dia silahkan, kalo mau ikut aku, ayo! Jangan sampai tempat ini adalah hutan terlarang, yang dikatakan bapak Gani.
Jika benar, kita sudah melanggar. Ayo cepat cari jalan keluar." ucap Deta menjauh.

Jihan mengikuti kemana Deta melangkah, sementara Sisil masih bingung dengan pilihan nya.

"Sisil, ayo ikut aku. Kita akan selamat!" hasut Wisnu.

"Lihat Sil, aku punya ini!" tunjuk nya.

"Aku menemukan benda ini di dalam goa. Kamu tau? benda ini adalah barang antik. Harga jualnya bisa sampai triliunan.
Kita bisa pakai benda ini untuk pulang, ini adalah kalender masa lalu. Kita bisa jalan-jalan ke masa lalu atau ke masa depan Sil! yang harus kita pikirkan, bagaimana caranya mengaktifkan benda ini. Setelah puas, kita jual. Hasil penjualan kita bagi menjadi tiga," jelas Wisnu.

Ratna terngaga mendengar penjelasan Wisnu, ia terkesima dengan benda yang di tunjukan itu. Ratna semakin yakin dengan siapa ia ikut.

"Jadi kamu ngambil benda itu dari goa? kamu sama saja mencuri!" kejutnya.

"Jangan-jangan, penyebab kita gak nemu jalan keluar, gara gara ulah kamu? sadar Wisnu! kembalikan benda itu, ayo kita sama-sama lagi!" Pinta Sisil.

"Tidak akan, sudahlah! ikuti Deta kalau kamu nggak mau ikut sama aku! Biar aku sama Ratna, huss!"

Wisnu pergi meninggalkan Sisil yang di ikuti Ratna, sementara Sisil segera menyusul Jihan dan Deta, mereka nyaris tidak terlihat.

***

Bersambung.

HUTAN TERLARANG [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang