HUTAN TERLARANG [08]

73 11 4
                                    

"Aaaa, jangan! jangan mendekat!"

"Hahahaha,"

"Huhuhuuuuuu, huwaaa!"

Entahlah dengan kondisi ku sekarang ini, kadang menangis lalu tertawa terbahak-bahak.

Perasaan selalu gelisah dan sering sekali ketakutan, begitu setiap harinya.
Aku benar-benat sudah lelah dengan semua ini, di dalam hati kecil aku ingin hidup normal kembali, tetapi jiwa ku menolaknya. Aku tidak bisa mengontrol emosi, aku bosan dengan hidup ku, aku benci dengan situasi dan keadaan ini, aku sangat membencinya!

Setiap hari aku hanya melamun di dalam ruangan, aku di wajibkan memakai pakaian dari rumah sakit jiwa. Cita-cita terpaksa ku lupakan karena keadaan.

Dari kepulangan ku beberapa bulan yang lalu, semua aktifitas yang biasa ku lakukan hilang. Sekolah terpaksa berhenti, aku harus menjalani perawatan serius di sini.

Saat ini aku jauh dari keluarga, tidak bisa bertemu setiap saat, aku sendiri disini dengan orang-orang asing di sekitarku.

Aku di amankan oleh mereka, itu yang membuat aku tidak boleh berbaur dengan yang lain jika waktu keluar ruangan tiba. Aku di anggap berbahaya karena pernah mencelakakan satu perawat yang hendak memberi makan, aku mendorongnya dengan kasar, bahkan aku hampir bunuh diri karena mereka sering kali berubah menjadi sosok yang sangat menakutkan.

Mereka tiba-tiba berubah menjadi jahat, tapi terkadang mereka berubah seperti sesosok malaikat yang lembut dan memberikan ketenangan.

Setiap hari, tubuhku di tusuk jarum, setiap hari perutku tak nihil dari butiran-butiran obat. Sepertinya mereka memang tidak jahat, tapi kembali lagi pada jiwaku yang sering terganggu, aku selalu mempunyai pikiran negatif kepada mereka hingga pada akhirnya semua berubah menyeramkan.

Bahkan mengenali kedua orang tuaku saja rasanya sulit sekali, aku lupa siapa mereka dan aku tidak bisa mengingat siapa mereka.

Lantunan ayat suci selalu ku dengar jika mereka datang, saat itu lah jiwaku memberontak lalu bisa tenang kembali.
Mereka datang tidak seorang diri, melainkan di temani seorang lelaki berjubah, dia sering mendoakan ku kemari.

Suara adzan yang menembus dinding ruangan, mampu menghilangkan rasa takut ini jika sedang melanda, hatiku begitu tenang dan damai.

"Kembalikan temanku!"

"Jangan, jangan bunuh mereka!"

"Jangan mendekat, jangan bunuh aku! tolong jangan lakukan itu!"

"Siapa kamu?"

"Siapa kalian?"

'Hahahahah'

Aku berlari, tersedu-sedu menangis di pojokan.

"Aaaaaaa, tidak!" teriak ku kembali.

Aku tidak bisa tenang jika sosok orang jahat itu kembali mendekat, hanya aku yang bisa melihat mereka.

Semua masuk ke dalam kamar dan mencoba menenangkan ku. Jarum suntik sudah siap di tancapkan ke tubuh, hingga pada akhirnya aku mulai tenang dan tertidur nyenyak.

***

Bulan berganti bulan, keadaan ku mulai membaik. Aku dinyatakan sembuh setelah tinggal di RSJ selama 4 bulan lamanya.

Ini bukan waktu yang singkat, aku mengalami depresi, syok dan trauma berat sehingga membuat jiwaku terganggu.

Ini adalah sebuah keajaiban, aku bisa sembuh dan sudah boleh di bawa pulang dengan aman. Aku sangat merindukan rumah, tempat dimana aku berkumpul dengan kedua orang tuaku.

Trauma sampai kapan pun akan tetap membekas, namun aku tidak mau berlarut.

Bagaimana kabar Deta dan Sisil? apa mereka baik-baik saja? kenapa mereka tidak menemui ku dirumah?

***

"Jangan banyak pikiran dulu ya, sayang. Nanti setelah kamu bener-bener sembuh total, baru kita jenguk mereka ya,"

Saat ini, aku sedang berada di dekapan ternyaman, yaitu dekapan kedua orangtuaku. Mereka yang selalu mensupport ku dan yakin bahwa aku bisa sembuh seperti semula, tak putus mereka selalu berdoa dan berusaha untuk itu.

Mereka sudah menceritakan perihal kabar Deta dan juga Sisil. Mereka masih berada di rumah sakit jiwa, sama seperti ku waktu itu. Mereka masih berjuang untuk sembuh dan bisa pulang ke rumah masing-masing.

Sekarang aku lebih berhati-hati dalam mengisi waktu, shalat lima waktu tidak mau tertinggal, memperbanyak dzikir dan shalawat, melaksanakan shalat sunnah dan membaca Ayat suci Al-Quran setiap selesai shalat subuh dan maghrib.
Setelah itu, di tutup dengan wudhu dan baru bergegas tidur.

***

"Begini lah keadaan mereka,"

Air mata terjatuh begitu saja, Deta dan Sisil sama persis dengan ku.
Mereka masih suka tertawa sendiri kemudian menangis tiba-tiba.

Lalu berteriak histeris karena rasa takut mereka.
Aku hanya bisa berharap mereka bisa sembuh kembali seperti ku, aku rindu kebersamaan, meskipun hanya tersisa dua orang teman.

Setiap tiga hari sekali, aku menjenguk Deta dan Sisil. Ku ceritakan harapanku, melihat mereka sembuh.
Ku ceritakan semua kenangan indah saat masih bersama hingga mereka tersenyum mendengarnya.

Tidak lupa sebelum aku pulang ke rumah, aku selalu mengaji di dalam ruangan hingga terlelap.

Bermacam usaha telah di berikan untuk kesembuhan anak-anaknya, seperti usaha yang di lakukan orangtuaku.

***

Satu bulan lamanya, akhirnya mereka bisa mengingat dirinya. Mereka sudah membaik. Kejiwaannya sudah bisa di kendalikan, bahkan ada harapan besar mereka sembuh.
Aku sudah bisa berbincang-bincang dengan Deta dan Sisil di luar ruangan, kami bercanda, tertawa seperti tidak ada beban kehidupan.

Sisil dan Deta mencurahkan rasa rindunya padaku, begitupun sebaliknya.

Dua Al-Qur'an kecil ku berikan untuk bekal mereka di sini. Membaca kitab suci adalah kebiasaan mereka, hingga pada akhirnya satu bulan kemudian, mereka sudah dinyatakan sembuh dan sudah di perbolehkan pulang ke rumah masing-masing.

Kekosongan hari, sudah terasa lengkap saat ini. Kami sudah bisa melupakan kenangan buruk di masa lalu, demi masa depan yang cerah. Kami bertiga berjanji kepada diri kami masing-masing bahwa kami tidak akan pernah pergi lagi ke tempat asing, yang hanya akan membahayakan diri sendiri.

Hanya karena sebuah konten dan album foto, pada akhirnya momen tersebut malah memisahkan kami dan menjadikan kisah terburuk yang tidak akan pernah kami lupakan di sepanjang hidup kami.

***

TAMAT.

[Jangan lupa follow, ya]

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 28, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HUTAN TERLARANG [END]Where stories live. Discover now