Part 19

180 31 10
                                    

Biasakan untuk menghargai karya seseorang dengan memberinya vote, biar authornya juga semangat. Karena menciptakan sebuah karya itu sulit.
.
.
.
.
.

Maserati Grand Carbio merah dengan atapnya dibiarkan terbuka sehingga dapat terlihat pengemudi dan juga penumpangnya memasukki area lobi club malam. Petugas parkir valet membukakan pintu sebelah kanan. Kaki yang terlihat jenjang karena dibalut celana panjang berbahan latex juga dihiasi sepatu bondage boots senada dengan warna celananya satu persatu keluar dari mobil.

Wanita berambut putih panjang itu turun dengan elegannya disambut oleh sang suami yang juga tak kalah tampan malam ini. Keduanya berjalan dengan percaya diri memasukki lift untuk mengantarkan mereka menuju lantai tiga di mana sebuah club sedang meriah.

Begitu pintu lift terbuka, Tom dan Lucy disambut dengan dentuman musik sebagai ciri khas pada sebuah night club. Kedipan mata seolah terlihat pelan saat wanita itu mengedarkan pandanganya ke seluruh penjuru club.

"Goshh, this suit is not suitable for me, Tom," keluh Lucy.

"I don't think so, Honey. You look so pretty and sexy," goda Tom.

"Ingatkan aku untuk menghajarmu jika ini sudah selesai," umpat si wanita.

"I believe you will busier than now." Lucy memberikan tatapan mematikan pada pria yang berstatus suaminya saat ini.

"HEI YO, WHAT'S UP? DJ RICHARD IS HEREEE!"

Lantai dansa seketika menjadi riuh saat suara teriakan Richard menggema. Lucy dan Tom merupakan orang yang juga ikut ditarik atensinya terhadap teriakan Richard. Jari-jarinya terlihat lincah saat memainkan turntable. Tanpa sadar Lucy menikmatinya.

"I miss this," bisik Lucy sedikit berteriak pada Tom.

"Yeah, I know. You miss him so bad. Dia sudah berada di depan matamu. Jangan kau lepas lagi," ucap Tom seraya memberikan minuman yang tadi dia pesan kepada Lucy.

"Thank you," balas Lucy mengambil gelasnya. "I will Tom. I will bring him home. Whatever the situation, I'll never let him go anymore."

Lucy meminum sedikit minumannya. Matanya lalu terarah pada Panggung di mana Richard terlihat tidak terlalu bahagia meski dia bermain musik di sana. Belakang Richard bisa Lucy lihat beberapa pengawal Loren.

"You're so handsome," Lucy membatin.

Sekitar setengah jam Richard menghibur mereka yang menikmati permainan musik darinya akhirnya harus rela melepaskan Richard untuk turun panggung. Suami istri Young ini pun mengikuti pergerakan Richard.

"Sudah selesai?" tanya Loren seraya memberikan botol air mineral untuk diminum Richard.

"Sudah, thank you. Apa orang yang ingin bertemu denganku sudah datang?"

"Dia sudah menunggumu di lantai dua. Kau bisa menemuinya di kamar 1009," jawab Loren.

"Baiklah. Aku segera ke sana."

Richard hendak berbalik badan, tapi Loren memegang tangannya layaknya dia menahan Richard.

"Biar aku temani," pinta Loren.

Semula Richard ingin menolaknya, tapi tatapan memohon Loren pada akhirnya tidak bisa dia tolaknya. Hanya dengan anggukan sebagai jawaban dari Richard. Mereka pun melewati sisian jalan yang tidak terlalu ramai orang-orang. Dari kejauhan Richard seperti melihat seorang wanita sedang tersenyum padanya.

"Hi, Boy. You're so great tonight," sapa Lucy.

"Oh, hi Baby. Thank you so much. You are pretty," balas Richard.

Silver Feather  (End)Where stories live. Discover now