Bagian 36

3 0 0
                                    

Prasangka

Setelah pertemuan antaranya dan Ima. Ros memutuskan untuk menghubungi Ray dengan berbagai cara. Tapi Ray sama sekali tidak bisa dihubungi meski Ros sudah berusaha mencoba keahliannnya untuk menelusuri segala macam web mencari keberadaan Ray. Aneh memang, Ros adalah mahasiswi jurusan Teknik Elektro tapi sekaligus menguasai ilmu Teknik Informatika.

Akhirnya, Ros memutuskan untuk mendatangi alamat Ray. Ia akan bertanya langsung pada kedua orang tua Ray di mana keberadaan Ray saat ini.

"Ray tidak ingin didatangi oleh siapapun yang berhubungan dengan Ima."

"Kenapa Tante? Ima tidak mempermasalahkan sama sekali tentang pembunuhan ayahnya. Dia bisa menerima semuanya Tante. Dia tau kalau itu adalah takdir, dan itu tidak ada sangkut pautnya dengan Reyal," jelas Ros meyakinkan Tante Mur agar mau memberikan kontak Ray yang bisa ia hubungi.

"Baiklah, sebentar!"

Tante Mur datang membawakan ponselnya lalu menghubungi Ray, "Ada yang ingin berbicara penting denganmu," ia langsung memberi tau maksudnya. "Mama tidak tau, tapi mungkin kau perlu tau hal penting ini," jelas Tante Mur memberikan ponsel itu pada Ros.

"Reyal!" panggil Ros.

"Iya, siapa?"

"Gua Ros sahabat Ima."

"Ada perlu apa kau ingin menghubungiku?" tanya Reyal dari ujung sana. Ia tampak tidak suka mendengar Ros yang berbicara padanya.

"Ima akan menikah," jawab Ros langsung.

Ray tampak terdiam sejenak. Bagaimana perasaannya di ujung sana? Tentu saja tak seindah perasaan bahagia yang dirasakan Zain. Atau tak sesedih yang di rasakan Kak Ayu dan Ros yang mengetahui kalau Ima tidak mencintai Zain. Atau bahkan perasaan Ima sendiri yang harus menerima lamaran Zain mengingat betapa baiknya Zain dan keluarganya pada dirinya.

Namun Ray merasa terpukul seterpukulnya seakan ia benar-benar telah membiarkan orang yang ia cintai selama ini bersama dengan orang lain. Tapi apa yang bisa ia lakukan jika rasa bersalahnya telah menguasai semua rasa malunya pada Ima. Ia akan sangat malu pada Ima jika ia berani mengungkapkan perasaannya.

"Ima gak marah ke elu. Lu gak salah karna kepergian ayahnya. Kemarin Ima Cuma kebawa emosi makanya sempat membuat keributan di rumah lu. Ima perempuan baik Ray. Lu tau sendiri dari kecil Ima dididik oleh orang baik-baik. Dia gak mungkin nyimpan rasa dendam ke keluarga lu sedikitpun. Lu salah nganggap dia benci sama lu. Kemarin, Ima bahkan sempat ngejar lu ke bandara. Cuma buat ketemu sama lu. Lebih dari itu dia ke ibu kota buat nyari lu Ray," jelas Ros panjang tidak menunggu respon Ray

Ray menunduk di seberang sana. Apa yang telah ia pikirkan benar-benar di luar dugaannnya. Ima sama sekali tidak menyimpan rasa dendam padanya. Lalu apakah Ima mencintainya seperti dia mencintai Ima sejak kecil?

"Ray... Ima cinta lu... dan sekarang dia terjebak dalam perangkap perasaannya sendiri," tambah Ros memberitahu perasaan Ima yang sesungguhnya pada Ray.

Ray menarik nafas dalam, semua sudah ia putuskan. Lalu apa yang akan ia lakukan jika sudah begini ceritanya? Ima telah menerima lamaran orang lain dan ia akan menikah.

"Dengan siapa ia akan menikah?" tanya Ray datar berusaha menyembunyikan rasa kepedihannya pada Ros dari ujung seberang sana.

"Teuku Zaini Hasan putra dari Abuya Teuku Zulkarnaen. Lu pasti kenal dengan keluarga mereka kan?"

"Aku kenal Ros," jawab Zain kembali menarik nafas dalam tetap menyesuaikan intonasi suaranya. "Tapi Zain adalah yang terbaik. Aku bukan siapa-siapa jika dibandingkan dengan Zain. Jelas Ima akan memilih Zain."

"Tapi gua tau lu cinta sama Ima kan?"

Ray terdiam tidak menjawab.

"Jawab Ray! lu cinta sama Ima akan?"

"Aku memang cinta pada Ima. Tapi aku tidak punya pilihan."

"Lu punya pilihan Ray, lu harus ngungkapin semua perasaan lu pada Ima. Sebelum Ima benar-benar sah menjadi istri Zain."

Ray menggeleng di seberang sana. Ia tidak mungkin melakukannya. "Sudahlah Ros! Memang sudah begitu jalannya jadi biarlah begitu saja. Terimakasih untuk informasi darimu," ucap Ray langsung mematikan panggilannya.

Ros menggerutu kesal. Ia tidak berhasil membuat Ray mau mengungkapkan perasaannya pada Ima.

Tante Mur mendengar percakapan itu dengan baik. Ia paham bagaimana ruet kisah cinta putranya saat ini. Ia juga paham dengan perasaan putranya yang sesungguhnya, pasti Ray sedang memikirkan Ima.

"Ros!" panggil Tante Mur.

Ros menatap Tante Mur yang pandangannya mulai berkaca-kaca. "Tunggu Ros, Tante punya sesuatu yang boleh kau kirimkan pada Ray. Ray pasti akan kembali ke negri ini jika ia tau sesuatu ini Ros. Kau tunggu di sini!"

Ros menunggu. Tante Mur membawakan sebuah amplop coklat berstempel nama kota dari kampung halaman Ima. "Ini surat Ima saat ia menduduki bangku Sekolah Menengah Atas, Ros. Ray tidak ingin membaca apalagi membuka amplop ini. Coba kau buka surat ini dan fotokan lalu kirim pada Ray. Biarkan Ray membaca surat ini."

Ros mengangguk. Membuka amplop itu. Kertasnya masih putih bersih belum dimakan rayap. Ray menempatkan surat ini ditempat yang aman.

Dua centang biru terlihat, Ray sudah melihat foto yang dikirimkan Ros padanya. Beginilah isi surat Ima yang terakhir kali dikirimkan untuk Ray.

Assalamu'alaikum Ray

Apa kabarmu hari ini? Semoga kau sedang baik-baik saja sebaik kabarku di kampung halaman kita hari ini.

Aku minta maaf tidak mengirimu surat lagi bertahun-tahun lamanya. Aku kesal kau tidak pernah membalas suratku. Tapi aku selalu saja berusaha untuk berfikir positif mungkin kau memang tidak menerima surat itu. Bisa saja alamat yang diberikan Kak Ayu kemarin ternyata salah. Tapi entahlah kali ini kenapa aku masih saja mau mengirimkan surat ini untukumu.

Ray... kau tau... dari langit kampung kita ini, tampak burung camar berterbangan mengitari langit di sore hari dengan berbagai formasi. Aku sedang duduk di padang rumput tempat aku dan kamu dulu menjaga kerbau saat dihukum oleh orang tua kita. Aku bisa menyaksikan formasi indah itu langsung dari sini.

Ray... aku merindukanmu bertahun-tahun lamanya. Boneka kucing ini masih kujaga baik. Sengaja kubawa ke dayah pesantren tempat aku bersekolah agar aku bisa melihatmu setiap harinya.

Di umurku yang sekarang ini dengan segala hal yang telah aku lalui membuat aku mengerti tentang aku dan kamu. Aku mulai mengerti kalau aku mencintaimu Ray semenjak kau menciumku pertama kali sebelum kau pergi meninggalkanku dari kampung halaman kita. Aku malu sekali jika harus menuliskan bagian ini di kisah hidupku, wajahku merona merah, hatiku geli sekali membayangkannya. Saat itu kau telah berhasil membawa separuh hatiku pergi bersamamu.

Mengingatmu begitu nyaman Ray. Mengingat masa-masa kecil itu sangat menyenangkan. Itulah yang membuatku tak pernah bisa melupakanmu.

Seharusnya aku belum paham dengan perasaanku yang sesungguhnya. Aku masih seorang remaja yang belum benar mengerti apa itu cinta yang sesungguhnya. Tapi beginilah adanya Ray, tidak mungkin ini bukan cinta jika rasanya saja bisa bertahan bertahun-tahun lamanya.

Ray... sudah cukup suratku. Hari sudah sangat sore, aku takut Bunda Hawa mencariku. Besok pagi aku akan mengirimkan surat ini untukmu. Semoga kau membacanya dan bisa membalasnya. Tidak perlu membahas lagi isi surat ini di surat balasanmu ya, aku malu jika kau membahasnya lagi.

Salam rindu dari kampung halaman kita.

Imaya Nyak Lestari

Ray membeku. Ia sudah membuat seseorang mencintainya begitu dalam sedalam cintanya pada orang yang menulis surat itu untuknya. Bertahun-tahun ia begitu egois dengan segala prasangkanya sendiri. Sampai membiarkan orang yang begitu ia cintai menaruh begitu besar harapan terhadapnya. Ray salah... Ray sangat salah.

Suara notifikasi pesan dari Ray terdengar. Ros buru-buru membuka room chat nya dengan Ray. Ray akan kembali ke negri ini dan ia akan menemui Ima di kampung halaman. Ia harus mengungkapkan semua perasaannya pada Ima apapun resikonya nanti.

Jauh di Lengkung Pelangi (TAMAT)Where stories live. Discover now