E M P A T

2.9K 253 20
                                    




"Serius Taehyung, apalagi kesalahanku? Aku menyingkir satu langkah untukmu loh? Bukankah itu cukup? Atau kau mau aku meniadakan jarak agar kau bisa memelukku?"

Rasanya Taehyung ingin menangis saja menghadapi manusia dengan kelainan otak macam Jungkook Jeon ini. Benar-benar menyebalkan!

"Enyahlah!!"

Taehyung mendorong bahu Jungkook agar ia menyingkir dari jarak pandang Taehyung. Ia butuh ketenangan, ban mobilnya bocor, bengkel langganannya pun tak bisa di hubungi, gila. Ini sore hari, akan jadi masalah jika Taehyung tidak sampai di rumah tepat waktu.

Dalam kekalutan Taehyung memencet layar ponsel berkali-kali dengan balutan umpatan yang masih saja terdengar menyenangkan bagi Jungkook, pemuda itu diam-diam mengikuti Taehyung tanpa bersuara, menjadi pengamat yang taat sebelum Taehyung tiba-tiba berbalik dan bersuara.

"Apa kau membawa mobil?"

Oke, tenang. Jungkook tidak salah dengar kok. Tapi apa ini nyata?

"Hey, kau tuli? Aku bertanya padamu. Apa kau membawa mobil sekarang?"

Jungkook mengkerjab-bingung- lalu memamerkan kunci mobil di tangannya. "Tentu saja."

"Bagus!"

Bagus ap─

"Aku pinjam mobilmu," Taehyung mengambil kunci mobil Jungkook sembari meletakkan kunci mobil miliknya sebagai ganti. "Ini mobilku, sampai jumpa besok!"

Sudah, begitu saja. Taehyung berlalu pergi membawa kunci mobil Jungkook meninggalkanya terdiam dengan kelakuan ajaib Taehyung. Oke, jadi situasi macam apa ini? Jungkook yang agung kini terdiam layaknya orang idiot hanya untuk mengawasi mobil Taehyung yang bocor?

"Tch, sialan." Ada senyum samar yang datang tak diundang, merebak lambat hanya untuk tergenang beberapa detik dan larut dalam tenang. Jungkook mengambil ponsel, mendial nomor bawahannya lalu memberi perintah. "Datang kemari dalam sepuluh menit."






[][][]







Rumah, bagi sebagian orang mungkin rumah adalah tempat di mana mereka bisa merasa tenang. Tempat di mana mereka bisa merasa aman, tempat di mana semua keluh kesah mereka tandas tanpa sisa, tanpa khawatir bagaimana esok, tanpa khawatir di kucilkan, tanpa khawatir di hakimi. Namun, Rumah bagi Taehyung hanyalah tempat ia bersinggah. Menggenapkan seluruh resah untuk di sambut jutaan prasangka tak berdasar.

"Masih ingat pulang hah?"

Ada remang yang jauh, mengukung semua kewarasan Taehyung yang telah bergetar ketakutan saat langkahnya melambat melihat sosok rupawan yang seumur hidup ia kenali sebagai Ayahnya.

"Mobil Taehyung bermasalah Pa, Taehyung tadi har─"

"Jangan banyak alasan!" satu tamparan membungkam suara Taehyung, satu tetes air matanya jatuh bergulir, namun makian dingin lain kembali terdengar. "Kau dan ibumu sama! Kalian tak berguna! Pelacur sialan!!"

Suara rintih kesakitan Taehyung bergema, berlomba bersama hantaman kasar serta tendangan sang Ayah. Semua selalu sama, tangis Taehyung tak akan menjadi penyelamatnya. Sudah bertahun-tahun, semua selalu berulang dan hal itu hanya karena satu hal. Mama, Ibu yang begitu ia cintai, orang yang paling ia rindukan sejak ia mampu mengingat bagaimana sosok itu mengecupnya untuk terakir kali sebagai salam perpisahan. Meninggalkan dirinya untuk tinggal dalam neraka.

Mama... kenapa kau pergi?

"TAEHO!! HENTIKAN!!!"

Taehyung tak tahu apa yang terjadi, tubuhnya menjerit kesakitan, semua kacau, ia tak lagi dapat berpikir apa yang terjadi setelahnya sebab gelap lebih dulu memerangkap kesadaran miliknya.







[][][]








Sampai jumpa besok,

Masih terdengar begitu jelas di ingatan Jungkook bagaimana Taehyung mengucap kalimat tersebut padanya, Jungkook saja sampai tercengang keheranan. Sampai jumpa besok eh? Serius, Jungkook tidak tahu jika suara Taehyung terdengar jauh lebih memabukkan daripada erangan juga makiannya. Tapi, ngomong-ngomong di mana pemuda itu?

Matahari bahkan sudah ada di atas kepalanya namun sosok Taehyung masih saja belum terlihat di area manapun.

"Hei Jungkook, kau menunggu siapa di parkiran tengah hari bolong begini?" Itu Namjoon, ketua ekstra Taekwondo.

Jungkook tersenyum singkat lalu menjawab. "Aku menunggu Taehyung, Hyung. Dia dan aku bertukar mobil kemarin."

Namjoon mengangguk-angguk, tapi beberapa saat kemudian bersuara. "Aku rasa di tidak ke kampus hari ini, dia berkata padaku jika pergi ke luar kota bersama keluarganya. Mungkin lebih baik kau pulang saja." Satu tepukan singkat mendarat di bahu Jungkook, Namjoon berlalu pergi dan Jungkook kini menatap layar ponselnya yang menghitam, ia mungkin harus pulang.







[][][]







Mungkin tidak hari ini, mungkin tidak detik ini, namun terkadang ada kemungkinan lain yang jauh lebih mustahil. Mengacaukan bagaimana seharusnya semesta bergulir, mengacaukan hiruk pikuk pikir yang tiada habis.

Dia yang namanya telah terpatri dan melekat dalam seluruh kewarasan Jungkook, dia yang akhir-akhir ini mengacaukan seluruh rencana Jungkook, membuatnya tak habis berpikir bagaimana seharusnya, membuatnya kembali harus bertanya apa dia masih Jungkook Jeon yang sama, pemuda sombong tak punya otak yang selalu mendapat apa yang ia inginkan hanya dalam satu kedip mata.

Dia...

Taehyung Kim,

Dia si pemuda paling menyusahkan dan tak pernah bisa Jungkook tebak. Dia nyatanya ada di hadapannya tanpa terencana. Dengan kaos oblong dan jins pudar, membawa kantung plastik di tangan, dan wajah penuh luka lebam. Apa yang terjadi?

Suara klakson dari mobil lain membuat konsentrasi Jungkook buyar, lampu lalu lintas telah berubah hijau dan ia masih enggan berjalan. Sialan! Ia kehilangan jejak Taehyung!













[w/n : Ff ini agak berat, saya aja sampe bingung mau di gimanain. Yasudahlah, mari kita fokus dulu.. nanti juga paham, yg nggak ingat gimana storyline ini ff silahkan baca lagi, ff ini akan tayang setiap saya udah selesai edit. Jadi, barangkali berkenan silahkan meninggalkan jejak berupa vote dan komen! Salam Go Green! Tian]

TRAP [KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang