E N A M

1.9K 200 18
                                    



"Nghh..." Taehyung menahan erangan kuat saat tangan dingin itu membuka jalan senggamanya yang rapat. Matanya yang tertutup membuat semua inderanya yang lain menajam. Taehyung bahkan bisa mendengar dengan jelas napas berat dari seseorang yang sekarang tengah berusaha membuka lebar lubang senggamanya. Sial, Taehyung ingin mendesah namun ketakutan dalam satu waktu bersamaan.

"Taehyung-ah... tenanglah." Suara indah itu mengalun lembut bersamaan dengan masuknya penis besar berurat milik seseorang yang kini Taehyung ketahui benar namanya.

"Akh─Junghh─sialan! Akh!!"

Itu Jungkook, pemuda sialan yang tiba-tiba saja suka mengganggu hari-harinya yang dulu tenang dengan desahan. Sementara Jungkook dengan semangat menggempur lubang senggama Taehyung, ada perasaan lain yang ikut andil saat rasa nyeri itu hadir dalam setiap tusukan penis Jungkook. Rasa yang seharusnya tidak boleh menyusup. Rasa yang normalnya tidak timbul tenggelam dalam romansa konyol yang diciptakan delusi keadaan. Taehyung merasa lega. Anehnya dia malah menggeram rendah, menggapai lengan Jungkook yang menyelubunginya kuat lantas memasrahkan raganya yang telah luruh bersama orgasme hebat hingga tubuh keduanya bergetar bagai dawai penuh makna.

Jungkook mengecup lembut pelupuk mata Taehyung yang tertutup, mengusap helai sutra yang telah tercemar oleh keringat karena ulahnya lantas terkekeh renyah. "Aku belum selesai, Taehyung. Ayo kita bermain lagi."


[][][]


Kabar buruk itu memang tak pernah mengenal waktu, tak penah mengenal keadaan, bahkan tempat. Kabar buruk itu antara buta atau memang bodoh. Bagaimana bisa dia sama sekali tidak mengenal apapun. Sial, Taehyung yang nilainya pas-pasan saja masih bisa mengenali seseorang walaupun matanya tertutup rapat.

Jungkook Jeon, bajingan sialan itu benar-benar minta di hajar!

Bagaimana bisa dia meninggalkan Taehyung di gudang seorang diri dengan lubang pantat berceceran sperma semacam ini!

Dasar sialan!!

Menggapai celana yang telah berserakan dibawah mata kaki, Taehyung menghela napas berat. Lubang pantatnya benar-benar terasa renggang, panas dan becek. Sial, dia benar-benar tidak nyaman. Lalu, saat melihat satu notifikasi pesan bahwa sang ayah telah kembali, kini bukan hanya pantatnya yang kini merasa tidak nyaman. Hati dan otaknya juga ikut-ikutan jadi tak nyaman. Heran, mereka itu baper sekali. kenapa Taehyung yang jadi pusing!

Belum sempat memakai celana dengan benar, sebuah panggilan dari Jimin tersemat dilayar ponselnya.

"Hm, ada apa?"

"Kau di mana? Jam makan siang sudah hampir tiba. Jangan bilang kau membolos disuatu tempat?! Apa terjadi sesuatu? Cepat katakan di mana kau sekarang Taehyung!"

Inilah spesies sahabat paling rare bernama lengkap Jimin Park, manusia tidak peka yang suka sekali membuat hati Taehyung patah juga terluka berkali –kali hanya karena tawa indahnya untuk orang lain. Gila, tau itu sakit Taehyung masih saja bertahan menyukainya. "Aku di gudang."

"Tunggu di sana, aku akan segera datang."

Nah, bagaimana Taehyung tidak menyukainya jika Jimin perhatian begitu padanya. bagaimana bisa Taehyung tidak jatuh hati kalau setiap saat Jimin selalu ada untuknya. Bagaimana tidak suka kalau Jimin selalu menjadi satu-satunya disaat Taehyung dalam keadaan paling buruk.

Bagaimana bisa Taehyung tidak jatuh padanya...


[][][]



"APA YANG KAU LAKUKAN?!"

Taehyung berdecak sebal mendapati Jimin saat dia tengah membenahi celana, "Kau tidak lihat aku sedang berusaha memakai celana!"

"Apa yang kau lakukan hingga melepas celana?"

"Aku bertarung dengan serigala bajingan!"

Jimin mengernyit, memandang Taehyung yang mendesis saat mencoba mengancingkan celana. "Tae─"

"TAEHYUNG-AH! AKU KEMBALI! MAAF MENINGGALKANMU, AKU LUPA DAPAT SURAT PANGGILAN DARI DEKAN JADI AKU HARUS MENGURUS ITU SEBENTAR LALU MEMBELIKANMU SALEP DAN MAKANAN BARU KESI─OH, kau ada tamu?"

Terkadang kabar buruk itu memang seperti itu, kabar buruk yang jauh lebih buruk datang serta-merta saat kabar buruk lain bahkan belum sempat dihadapi.

"Apa dia kau panggil untuk membantu mengobati pantatmu yang lecet, Taehyung-ah?"

Dan kabar buruk bernama Jungkook Jeon adalah yang terburuk dari yang terburuk!

"BAJINGAN, MATI SAJA KAU KE NERAKA!!"



[][][]



Taehyung menatap sangsi uluran tangan Jungkook, melirik sekilas hanya untuk melihat kunci mobil miliknya. Tch, untung saja ada Jimin. Jika tidak, bajingan satu itu akan habis di tangan Taehyung.

"Oh, bagaimana bisa kunci mobilmu ada padanya?"

Tak menggubris pertanyaan Jimin, Taehyung menyambar kuncinya cepat lantas beranjak pergi sambil menarik Jimin agar ikut serta.

Ada beberapa hal krusial yang semestinya tak jadi selucu ini, seharusnya. Ya, tapi karena Taehyung semua jadi lebih jauh menarik. Jungkook saja tak habis pikir bagaimana Tuhan menciptakan makhluk seunik Taehyung. Mengingat bagaimana pemuda yang baru saja mengalami pelecehan itu bisa membuat wajahnya ngilu seperti ini sudah menjawab semua kekhawatiran Jungkook.

Taehyung tidak lemah, dia bukan—

"Oh, Taehyung-ah, Kau kembali?" Senyum rekah yang terlampau lebar, terlalu idiot, terlalu bodoh sebab hanya membuat luka robek di ujung bibir Jungkook berdenyut nyeri. Sialan, hantaman Taehyung memang tak main-main sakitnya.

"Kunci mobilmu." Ucapan Taehyung terdengar enggan, wajahnya bahkan sedatar dadanya tapi mau bagaimanapun Jungkook masih tergila-gila pada dada datar dengan pucuk pink merekah jika sudah ia kecup dan—woe, tolong fokus!

"Oh, Aku hampir mengir–" kalimat Jungkook bahkan belum selesai, pertanyaannya bahkan masih menggambang bebas di udara, tapi Taehyung telah menggenapkan julukan perusuh yang acap kali Jungkook sebut untuknya.

"Terima kasih." Sela Taehyung sembari melempar kunci mobil Jungkook dari lantai tiga gedung kampus. Entah dimana kunci itu akan mendarat, Jungkook ataupun Taehyung sendiri toh tak akan tahu jika Taehyung melemparnya dengan kekuatan batin semacam itu. Sialan memang, Taehyung benar-benar menaruh dendam padanya!

Selanjutnya Taehyung pergi, meninggalkan Jungkook yang masih terdiam dengan mata membola tak percaya.

Bajingan sialan dan perusuh, dua anak manusia itu tak seharusnya bertemu. Keduanya tak semestinya membimbing takdir dengan sedemikian rumit, sebab benang merah keduanya telah lama terajut. Tanpa mereka sadar pun akan ada begitu banyak jalinan rumit yang mengekang keduanya.

"Lihat saja, kau tidak akan bisa lepas dari genggamanku. Taehyung Kim."




[][][]



[ w/n : Terkadang saya nggak paham gimana kalian bisa terdampar di ff ini, apa karena summary esek" itu? Why? Maaf ya, saya gak bakat bikin nc, jadi sekali lagi maaf jika kalian mengharapkan adegan berbau seperti itu. Paling" saya bikin yg agak nyrempet aja, kkkk. Oke, terima kasih sudah terdampar di sini, jangan lupa mampir di ff saya yg lain ya! Semangat! Semoga sehat! Semoga bahagia! Salam Go Green! Tian]

TRAP [KOOKV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang