Suka?

210 9 0
                                    

"Gila beneran si Danu!!! Masa gue minta ganti orang lain kaga boleh!!"

"Minjem kipas, gak boleh!"

"Latihan, di salahin terus!"

"Di suruh panas-panasan!"

"Nyebelin banget sih tu cowok!!"

"Pengen gua patahin tulangnya jadi 20.000 bagian!"

Mata Zara memerah, lubang hidungnya kembang-kempis, kedua pundaknya naik-turun karena menahan amarah sedari tadi.

Sekarang Zara dan Wawa sedang ada di kantin. Keadaan kantin sangat sepi, karena seluruh murid SMANDEL sudah pulang semua kecuali kelas Zara yang sedang latihan dan guru-guru lainnya.

Zara mengepalkan tangannya di atas meja, menatap tajam ke arah Danu yang ada di sebrang mejanya.

BRAKK!!!

Zara memukul keras meja kayu yang ditempatinya, menimbulkan suara kerasa yang membuat seluruh teman kelasnya memandang Zara dan Wawa.

"Apaan sih Zar! Kaget gue!"

Kepala Wawa menggeleng pelan melihat kelakuan Zara yang masih saja suka emosi. Dengan memberikan es jeruk yang tadi dipesannya, Zara meneguk langsung tanpa sedotan hingga menyisakan setengah gelas.

"Lagian Lo! Bestienya lagi kesel, malah di cuekin."

"Kok gue sih."

"Iya! Elo!"

"Ih gak jelas banget sih Lo."

Kembali, Zara merebut camilan yang sedang dimakan Wawa, membuat sang pemilik protes.

"Ciki gue, Zara!!!"

"Diem. Gue lagi kesel!"

Wawa merebut kembali ciki yang dirampas Zara, "Terus apa hubungannya sama ciki gue!"

"Ihh Wawa. Lo ngeselin banget sih."

Kedua kaki Zara mencak-mencak tidak jelas di lantai, pergi meninggalkan Wawa yang tidak memperdulikan dirinya keluar area kantin.

Kaki jenjang Zara melangkah terus maju tidak menentu arahnya. Dengan mulut yang tidak berhenti komat-kamit mengeluarkan unek-uneknya.

"Nyebelin banget sih Wawa sama Danu!!"

"Gue sumpahin mereka jodoh! Biar rumah tangganya setiap hari, ribut terus!"

"Berarti gue jahat banget dong."

"Ah biarin lah. Yang bakalan ngerasain kan mereka berdua."

"Ihh tapi sumpah, hari ini semuanya nyebelin banget!!!"

Langkah kaki Zara terhenti. Zara duduk di sebuah bangku panjang yang sudah agak berdebu. Zara membersihkan sebentar area yang akan ia duduki, masih dengan mulut komat-kamit, Zara melipat tangannya di depan dada.

"Ihhh, masa Wawa nggak nyusulin gue ke sini sih."

"Bestienya lagi kesel, bukannya di hibur, malah di diemin. Gak peka banget jadi bestie." Kepalanya ia telungkup kan di lipatan tangannya di atas meja.

Mendongak kembali, Zara mengamati sedang berada dimana dirinya. "Lho, ini gue lagi dimana? Gue baru tau ada tempat kaya gini di sekolah."

"Ah bodoamat, yang penting pala gue adem dulu."

"Ihhh tapi Wawa nyebelin banget sih, bestienya lagi kesel bukannya dibujuk gitu. Ihhh."

Kaki Zara kembali mencak-mencak, membuat seseorang yang berada tak jauh dari posisi dirinya duduk merasa terganggu.

Ayaz keluar dari balik pohon, tempat dimana dirinya duduk dan membaca komik. Dirinya merasa terganggu oleh suara Zara yang sedari tadi tidak henti meracau dan mencak-mencak.

"Lo bisa diem gak sih."

Kepala Zara yang telungkup, kembali mendongak karena merasa tidak asing dengan suara yang terdengar. Ia memutar kepalanya 90°, dan betapa terkejutnya Zara melihat Ayaz yang berdiri tepat didepannya.

"Lo kok ada di sini sih!"

"Harusnya gue yang nanya, Lo ngapain ke sini?!"

"Gue?" Zara menunjuk dirinya sendiri, "Gue juga gak tau kenapa bisa sampe sini, btw ini tempat apaan sih?"

"Kenapa? Lo takut?"

Zara melihat Ayaz yang menampilkan senyum miring, wajahnya kesal melihat Ayaz yang seperti itu. Kenapa tidak langsung menjawab pertanyaan dirinya.

"Enggak! Ngapain gue kesini kalo gue takut?"

"Yakin...?"

Melihat sekeliling yang hanya terlihat tembok pembatas, poton jambu yang sangat tinggi dan rimbun, juga banyak kursi dan meja milik sekolah yang sudah tidak terpakai. Membuat nyali Zara menciut saat membayangkan tempat ini di malam hari.

"Kenapa Lo gak mau belajar bareng gue lagi?"

Tiba-tiba?

Kenapa tiba-tiba Ayaz menanyakan ini kepadanya?

Sebenarnya Zara juga masih ingin belajar dengan Ayaz, Zara merindukan setiap momen belajar bersama dengan Ayaz, Zara ingin melakukan skinship lagi dengannya walaupun ujung-ujungnya pasti akan dimarahi.

"Kenapa Lo nanya gitu? Bukannya elo yang gak mau belajar bareng gue lagi?" Zara bersedekap dada.

"Gue gak ngerasa pernah bilang kaya gitu."

"Ihhh. Waktu itu aja katanya Lo keganggu lah kalo ada gue, waktu Lo kebuang sia-sia buat ngajarin gue lah, Lo gak suka sama gue lah. Giliran sekarang aja, malah Lo yang ngedeketin gue!"

"S--Siapa y--yang ngedeketin Lo."

Zara menghela napas, tanpa mengatakan apapun, dia meninggalkan Ayaz yang masih menampilkan wajah gugupnya.

Sedangkan Ayaz, dia merasa aneh dan bingung dengan dirinya sendiri. Entah apa yang terjadi belakangan ini.












Alhamdulillah, mulai panjang ya part-nya.

Btw Ayaz itu sebenarnya pinter dalam hal akademik maupun non-akademik.

Tapi dia bodoh dalam soal perasaannya.

Ayaz kalo suka sama Zara bilang dong yaa.

Ngeselin banget, jadi cowok kok gak peka sama perasaannya sendiri.

Good Luck Ayaz...

Happy Reading all...

Physical Touch [end]Where stories live. Discover now