Simulasi

99 4 0
                                    

Hari ini simulasi melakukan Ujian Nasional, ruangan Zara dan Wawa tidak sama. Zara berada di kelas 11 IPA 2 sedangkan Wawa di kelas 11 IPS 3.

Sebenarnya Zara bingung saat ditanya akan melanjutkan kuliah dimana, otak pas-pasan ini sama sekali tidak bisa diajak kompromi untjk mendapatkan nilai 88 ke atas. Mentok banget ya di 85 an.

Lagian lanjut di SNU juga pasti diluar takdir Zara, mana bisa dia kuliah di luar negeri. Jangankan fasih berbahasa Inggris, dapet nilai Bahasa Indonesia 80 saja senangnya bukan main.

Jadi kalau SNU di luar takdirnya, maka tujannya kini ingin masuk ke ITB. Ya Ilmu Komunikasi bisa lah.

Zara memakai kacamata minusnya, entah sejak kapan ia minus, jika dirinya sedang belajar wajib menggunakan kacamata minus.

Kursi yang semula kosong, sedikit demi sedikit mulai terisi murid dari dua jurusan yang di campur sekaligus, terasa kursi depannya berderit menimbulkan suara lantai yang bergesekan.

"Sorry." Kepala Zara mendongak, melihat siapa yang duduk di depannya.

Ayaz.

Mata Zara sedikit berbinar, bibirnya pun berkedut ingin tersenyum. Tak disangka mereka bisa satu ruangan, biasanya Ayaz dan Zara tidak pernah satu ruangan ketika sedang ujian semester.

"OMG Ayaz satu ruangan sama gue!!! Wangi parfumnya ampe ke belakang, rill cuy!!!. Wajib pamer ke Wawa sih inimah." Jerit Zara dalam hati.

"Yaz, Yaz." Zara sedikit mendorong sandaran kursi Ayaz.

"Apa?"

"Ini gimana caranya?"

Yang dipanggil pun menengok ke belakang, melihat buku paket bercetak tebal yang disodorkan, Wangsit Saintek?

"Mau lanjut kemana lo?" Lah yang ditanya malah nanya balik, tapi gakpapa Zara seneng ditanyin Ayaz.

"Kerumah lo sih sebenarnya, canda Yaz." Zara segera serius kembali ketika melihat tatapan tajam Ayaz yang mendengar jawabannya.

Ia memberitahu kalau akan lanjut ke ITB dengan catatan kalau hoki masuk jurusan Ilmu Komunikasi dan akan melanjutkan hanya sampai S1, "Capek gue belajar mulu. Pengen nyoba kerja aja dah biar dapet duit, hehe."

"Kalo lo, mau kuliah dimana?"

"Gue? UNJ."

"Gak bosen apa di Jakarta mulu, keluar kota lah. Kan lo pinter."

Ayaz tidak menjawab lagi pertanyaan Zara, ia berbalik badan menjadi memunggunginya dan kembali sibuk sendiri.

"Lah, gak jadi di jelasin dong. Ah kebanyakan ngobrol sih." Rutuk Zara dalam hati.

Sampai pengawas simulasi ujian datang dan berlangsung selama hampir 4 jam dengan 2 mata pelajaran, akhirnya Zara bisa meregangkan tubuh dan beristirahat sebentar.
Mengambil kotak bekalnya pada tas yang berada di samping mejanya, ia hanya akan beristirahat di kelas sampai simulasi ujian ini selesai.

Mulut yang terisi penuh dengan tangan yang mencorat-coret buku tebal di atas mejanya, Zara menjawab sebisa mungkin soal-soal yang tertera. Sesekali juga mendesah kesal karena sudah capek ngitung, rumusnya pun sangat panjang, malah hasilnya tidak ada.

"Cara lo salah itu, baca soalnya yang bener dulu."

Zara berjengkit kaget, tiba-tiba saja Ayaz sudah berdiri disamping kursinya dan memperhatikan gerak-gerik saat menjawab soal. "Ck, ngagetin lo."

"Perpindahannya lo bisa nyari di bawah kurva, terus kasih tanda positif kalau diatas sumbu t dan tanda negatif buat dibawah sumbu t." Jari telunjuk Ayz menunjuk soal seperti sedang menulis caranya juga.

Sementara Zara, ia bukannya malah memperhatikan buku, malah memperhatikan wajah Ayaz dari bawah. Ganteng banget, sumpah!

"Jadi Luas = perpindahan = Luas segitiga + luas Trapesium."

"Ngerti gak?! Malah ngeliatin gue." Lamunan Zara disadarkan oleh sentilan pedas pada dahinya.

"Iya, ngerti! Sakit jidat gue ini."

"Lagian, bukannya merhatiin buku, malah ngeliatin gue."

Mendengus kesal masih sambil mengusap dahinya, Zara mengerucutkan bibir. "Habisnya lo ganteng sih." Cicitnya pelan berharap agar tidak di dengar.

"Gak usah lo bilang juga, gue udah tau kalau gue ganteng." Kembali duduk di kursinya, Ayaz ikut membuka buku tebal milik sendiri dan membubuhkan tinta di dalamnya.

"Iya dah yang ganteng plus pinter, ngerjain soal langsung pake pulpen. Gak kaya gue yang pake pensil sampe kertas lecek bulukan. "

"Belajar teliti. Jangan gerutu mulu."

Zara kira Ayaz sudah fokus dan tidak akan mendengarkan gerutuanya, nyatanya dalam keadaan yang sudah mulai berisik karena sebagian murid masuk ke dalam, Ayaz masih bisa fokus dan menyindir Zara.

"Ck untung lo ganteng, Yaz."






















Gak bikin draft dulu, ini langsung nulis dan publish, jadinya pendek banget. Gak papa ya buat hari ini.

Mungkin untuk besok-besok bisa bikin draft yang panjang, tapi Updatenya gak langsung bisa sehari satu chapt karena aku masih nulis cerita baru juga hehe.

Happy Reading All!!!

See u next chapter and Good Night, Sweet Dream.

Physical Touch [end]Where stories live. Discover now