Upacara

178 5 0
                                    

"Morning bestie!!!" Suara Zara melengking, memenuhi koridor kelas 12.

Wawa yang mendengar suara bestie satu-satunya itu menoleh ke belakang, melihat Zara yang berjalan sambil melompat-lompat kecil.

Kedua netra Wawa menelisik dari atas sampai bawah begitupun sebaliknya. Tidak ada bedanya, sama seperti biasa, sepasang sepatu berwarna hitam lengkap dengan kaus kaki yang panjang sebelah, dasi yang disampirkan di leher, gesper terpasang rapih dan yang paling khas dari seorang Azzura Zara Zidny...

Rambut yang ditata sangat rapih sangat bergaya dengan kepangan menyamping menyisakan banyak anak rambut yang tidak ikut terkepang, dilengkapi jepitan rambut yang diberikan abangnya waktu lalu menambah kesan manis, imut, cantik jadi satu.

"Berisik Zara...." Wawa memperingati Zara.

"Ih Wawa, pagi-pagi udah badmood aja sih. Kan kita hari jadi petugas upacaranya lho. Hari yang dinanti-nantikan banget kan." Jari telunjuk Zara menoel-noel pipi tirus Wawa.

Zara ikut berjalan beriringan dengan Wawa, senyum manis Zara terus mengembang ketika berbicara dengan bestie satu-satunya itu.

"Ihh gue kesel!"

"Kesel kenapa? Sini-sini cerita sama bestie."

Tangan Zara menepuk-nepuk pelan pundak Wawa sembari menganggukkan kepalanya berirama.

"Gara-gara Ucup, gue gagal jadi dirigent upacara hari ini, hishhh nyebelin."

"Lah, emang si Ucup ngapain elo? Kok Lo bisa gagal jadi dirigent upacara."

Lengan Wawa bersedekap dada, menatap malas ke arah Zara, "Ihhhh kata dia, suara gue jelek. Terus dia tiba-tiba ganti posisi dirigent gue sama si Shara noh."

"Gak jelas banget jadi cowok. Bilang aja dia gak suka kalo Lo jadi fokus perhatian anak-anak."

Zara berkata seperti itu bukan tanpa alasan. Karena setelah beberapa minggu Wawa dan Ucup belajar bersama, dari si Ucup sendiri yang ogah-ogahan mengajari Wawa sampai kabur tidak ingin belajar bersama lagi dengab Wawa.

Dilihat dari sisi pandang Zara, sesama pengamat yang saling mengamati aksi nyeleneh Ucup yang dilontarkan kepada Wawa dengan taburan sedikit gengsi, membuat Zara yakin bahwa sesungguhnya sudah ada taburan-taburan cinta dari Ucup sendiri.

Sementara itu Wawa yang mendengar penuturan Zara, matanya mendelik tak percaya. "Mana ada kayak gitu."

"Adain lah!" " Kayak gue dong, setengah langkah lagi bisa menaklukkan ayang yayaz."

Kepalan tangan Wawa melayang, menoyor jidat Zara yang kedua alisnya di naik turunkannya.

"Najis!"

"Hihh, jahat Lo sama bestie sediri."

"Bodoamat! Buruan Lo siap-siap bentar lagi upacara mulai juga, bukannya kelapangan malah di kelas."

"Suka-suka gue dong!"

Tak lama suara dering bel sekolah menggema seantero sekolah dengan nyaringnya, Zara yang hari ini menjadi salah satu petugas upacara pembaca naskah janji siswa itu, berlari cepat menuju lapangan dan ikut berbaris di barisan petugas upacara.

Seluruh murid SMA Mandela juga sudah mulai membentuk barisannya sesuai kelas masing-masing, semua itu tak luput dari penglihatan Zara yang sedang mencari-cari keberadaan seseorang.

Tertangkap.

Cowok dengan pakaian rapih dan bersih itu, berdiri di barisan paling depan sendiri. Zara rasa, dia menjadi pemimpin barisan sebagai mana seharusnya tiap kelas harus memiliki pemimpin barisannya masing-masing.

Terlihat raut bahagia Zara saat kontak mata langsung dengan Ayaz, dikembangkan senyuman manis yang selalu menghiasi wajahnya membuat cowok yang ikut menatap nya tadi secara cepat memalingkan arah pandangan ke sembarang arah.

"Ihh emang bener sekarang itu yang gak jelas cowok. Maksudnya kemaren-kemaren nganterin gue pulang sekolah terus ngajak ngobrol itu apaan coba."

"Dasar! Cowok gak jelas! Untuk gue cinta. Huehuehue."

"Tes tes mohon perhatiannya, upacara pengibaran bendera merah putih hari Senin akan segera dimulai, dimohon masing-masing pemimpin barisan untuk mengatur dan menyiapkan barisannya masing-masing..."

Suara pak mesro selaku keamanan terdengar nyaring, mengintruksi seluruh murid untuk segera menyiapkan barisan karena upacara bendera akan segera di mulai.

Di sebrang sana, senyum Zara tak pernah luntur dari wajahnya walaupun pagi ini terik matahari semakin menembus lapisan kulitnya dan memancarkan sinar ke kulit Zara, rasa senangnya karena menjadi petugas upacara hari ini sedang tidak bisa di alihkan.












Hallo....

Gua baru update lagi nih, maklum bulan puasa akhir ini bawaannya males.

Males buat sahur, males buat nyari referensi menu buka puasa, males baca wattpad, males lanjutin nulis, pokoknya males..... Bangettt....

Btw part-nya agak gua cepetin ya, biar sisi bucin Zara ke Ayaz semakin jadi sampe bikin kalian enek + gumoh baca cerita gua.

Hahahaha gak papa lah ya.

Happy Reading all...

Physical Touch [end]Where stories live. Discover now