33 : Bisa Tanpa Papa

3K 328 18
                                    

Irene menatap cincin yang melingkari jari manisnya. Cuaca di luar jendela kamar terlihat mendung.

Ingatan Irene terus menerus berkalana sedari tadi. Mungkin, cuaca membuat suasana hatinya menjadi melankolis.

Irene. Kenalkan ini anak teman Papimu. Namanya Na Suho.” ucap pengacara Papi Irene.

“Na Suho.” ucap Suho.

“Bae Irene.” ucap Irene.

Na Suho ini yang dijodohkan denganmu dalam surat perjodohan Papimu. Na Suho sendiri sudah setuju akan menikahimu dalam waktu dekat.” ucap pengacara.

Papi Irene saat itu menetap dan bekerja di luar negeri, dia memang jarang ada di Indonesia karena terlalu sibuk.

Irene terkejut.

“Apakah tidak terlalu buru-buru? Maksud saya, kami belum mengenal Na Suho lebih dalam.” ucap Boa.

“Soal itu pihak Pak Na Sooman akan memberi waktu satu bulan agar Bae Irene dan Na Suho bisa saling mengenal.” ucap pengacara.

“Bagaimana Mom?” tanya Irene.

Boa memandangi Suho terus dan tampak jelas ragu.

“Irene anak saya satu-satunya. Saya harap kamu bisa memperlakukan anak saya dengan baik, Na Suho.” ucap Boa.

“Pasti Bu, saya akan memperlakukan Irene dengan baik. Saya janji.” ucap Suho.

“Bohong. Kau tidak menepatinya.” ucap Irene getir.

Kita sudah menikah. Aku senang sekali Irene.” ucap Suho tersenyum.

“Aku juga senang Suho.” ucap Irene memeluk Suho.

“Ayahku memberikanku hadiah rumah. Maukah kamu ikut bersamaku kesana?” tanya Suho.

“Emm Suho, sebenarnya aku sudah memiliki rumah. Rumah itu termasuk salah satu warisan Papi untukku nantinya. Kata Papi, aku diharuskan tinggal disana.” ucap Irene.

“Begitu ya. Baiklah, dimanapun itu yang penting kita bisa hidup bersama dengan anak-anak.” ucap Suho.

“Anak-anak?” tanya Irene.

“Iya Irene. Aku mau dua. Boleh ya?” goda Suho.

“Ih kamu ini. T-Tentu saja boleh.” ucap Irene malu-malu.

“Aku mencintaimu.” ucap Suho.

“Aku juga.” balas Irene.

“Bohong.” lirih Irene.

Irene. Aku minta maaf, aku tidak bermaksud membohongimu. Aku mencintaimu percayalah.” ucap Suho.

“Lalu siapa wanita ini?!” ucap Irene menangis.

“Dia istriku, aku tidak bisa menghindar dan tidak bertanggung jawab Irene. Aku minta maaf. Aku tidak sadar saat membuat kesalahan ini!” ucap Suho.

Wendy memandang Suho sambil menangis.

“Suho! Kata-katamu keterlaluan! Anak itu bukan kesalahan!” bentak Irene.

Irene menghampiri Wendy, lalu memegang tangannya. Satu tangan Wendy menggendong anak laki-laki tampan.

“Saya minta maaf.” lirih Wendy.

“Saya minta maaf Nyonya.” isak Wendy.

Irene memegang tangan Wendy dengan gemetar.

RIVAL | Jeno Jaemin ✔ endWhere stories live. Discover now