XXVI. Sabda

1.1K 71 5
                                    

Entah mengapa waktu terasa begitu cepat ketika kita habiskan dengan orang yang tepat. Seperti saat ini, Bda dan Saka sedang makan malam bersama dengan keluarga besar. Pancaran kebahagiaan sangat terasa dari wajah mereka, tak juga para orang tua serta Kayla yang merasa puas sebab berhasil menyatukan Saka dan Bda bersama dan tak lupa juga dengan kehadiran Abril yang membuat suasana semakin meriah.

"Akhirnya, gue bisa bernapas lega liat lo bahagia mbak." Bisik Abril pada Bda yang saat ini sedang menyatap sisa makanan di piringnya.

Ya, selama ini Abril selalu melihat Bda menangis karena sakitnya Raka. Tapi, walau mungkin Bda tetap bahagia karena bisa merawat Raka dengan baik, namun rasanya tetap saja berbeda saat Abril melihat Bda yang saat ini jauh lebih bahagia karena telah menemukan orang yang tepat.

Rasanya lega melihatnya dan dalam hatinya semoga Raka dapat menyusul dan mencari kebahagiaannya atau paling tidak, Raka bisa kembali berkumpul dengan keluarga.

"Terima kasih ya, Abril." Ucap Bda sambil menatap Abril.

"Jadi, sudah sampai mana rencana pernikahan kalian?" Nyoya Utri--Ibu Bda membuka suara.

"Sudah hampir 70%, nanti tinggal sebar undangan dan mengurus hal-hal kecil lainnya, bu." Kini, Saka yang menanggapi.

Nyonya Utri mengangguk, "Syukurlah, ngga terasa sebentar lagi Kanaya akan menikah." Katanya penuh haru, bagaimana tidak, sebagai orang tua inginnya Nyonya Utri hanya sederhana yaitu melihat anaknya bahagia.

Setelah kehilangan Kenaya, membuat Nyonya Utri semakin tersadar bahwa Kanaya adalah satu-satunya yang ia punya.

Dan Raka... bukan, Nyonya Utri tak pernah membenci Raka namun rasanya menyakitkan jika melihat Kanaya harus terus berada di samping Raka, menjadi seorang Kenaya dan tidak menjadi dirinya sendiri.

Begitupun yang dirasakan Nyonya Rani--Ibunya Saka. Karena saat ini kebahagiaan telah memeluk Saka dan selamanya semoga selalu seperti itu. Sebab, Nyonya Rani tahu kesulitan dan kesedihan apa yang pernah Saka lalui untuk sampai pada titik ini.

Tak terasa, air mata jatuh begitu saja di ujung mata Nyonya Rani dan Nyonya Utri. Tangan keduanya berpegangan, yang satu lagi menyeka air matanya, sebab bahagianya terlalu besar hingga tak ada kata yang bisa diungkapkan.

s a b d a

Saka memarkirkan mobilnya di salah satu kedai kopi yang berada di daerah Utara, Jakarta. Setelah memastikan semuanya aman, Saka menatap seseorang yang berada di sampingnya, yang akan selalu ada di sampingnya--Kanaya yang kini sedang tersenyum menatap Saka.

Cantik sekali seperti biasanya.

Hari ini mereka akan membawa berita baik pada seseorang yang akan mereka temui hari ini, seseorang yang telah menunggu mereka di dalam kedai kopi tersebut. Tanpa berlama-lama, Saka turun dari mobilnya, menjemput Bda dan berjalan bersama memasuki kedai kopi yang saat ini tidak terlalu ramai itu.

Mandira dan Attir, telah menunggunya di salah satu meja di sudut kedai kopi dengan senyum lebar menyambut Saka dan Bda.

"Hai.." Sapa Saka dengan berani serta tak lupa dengan senyun ramah tak seperti beberapa bulan lalu saat ia hanya bisa mengatakan "hai" dalam hati saat tak sengaja bertemu dengan Mandira.

"Hai, Mas Saka.. Hai, Kanaya?" Ucap Mandira ragu akan penyebutan nama Bda.

"Iya, Kanaya, Mba." Ucap Bda dengan tersenyum. Rasanya lega ketika ia kembali memperkenalkan nama Kanaya pada orang yang ia temui, sebab dulu nama itu akan selalu mengingatkannya pada Raka dan Kenaya.

Saka mengeluarkan undangan dari totebag yang ia bawa, memberikannya pada Mandira dan Attir.

"Selamat ya, Saka." Kata Attir sambil memberikan salam pada Saka.

Saka menyambutnya.

Mandira mengambil undangan tersebut, ada rasa haru ketika melihat Saka kini.

"Selamat ya, Mas Saka, Kanaya. Kami bahagia sekali mendengar kabar ini."

"Jangan lupa datang ya, Mandira dan Attir."

"Tentu, Mas. Ini adalah salah satu momen dalam hidupku yang aku tunggu, ya 'kan Mas Attir?"

Attir mengangguk dan tersenyum.

Begitu pula dengan Saka dan juga Bda.

Bahagia sekali rasanya.

s a b d a

Hari ini tiba juga. Hari yang begitu dinanti, satu hari yang menjadi pembuka dari hari-haru bahagia nantinya dalam perjalanan hidup Saka dan juga Bda.

Kata orang, sesuatu yang memang ditakdirkan untukmu akan terasa begitu mudah dan terasa begitu cepat perjalanannya. Mungkin seperti itulah Saka dan Bda, meski dalam perjalanannya mereka terombang-ambing pada kenyataan serta ketakutan dalam diri mereka masing-masing. Namun, pada akhirnya mereka kembali dipertemukan lewat kesengsaraab, pengalaman ditinggalkan dan kehilangan yang membuat mereka menyadari sesuatu, bahwa mungkin pertemuan mereka mengajarkan mereka untuk saling mengasuh dan membasuh luka.

Berjalan bersama hingga perlahan luka itu tak lagi menganga, mereka sepakat untuk saling menyembuhkan hingga kini yang tersisa hanya kebahagiaan yang memuncak.

"Saya terima nikah dan kawinnya Kanaya Sambadha binti Priyata Sambadha dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

Satu kalimat dengan satu helaan napas begitu lancar diucapkan Saka. Bda yang berada di sampingnya dengan balutan kebaya serta riasan sederhana namun sangat memancarkan kecantikannya itu merasa lega.

Mata Bda mengedar, menatap sekitar, keluarga, orangtuanya yang juga ikut merasa lega tak lupa di kursi tamu ada Abril dan juga Raka, ya, Raka sudah jauh lebih tenang dan stabil hingga diizinkan dokternya untuk ikut menyaksikan kebahagiaan.

Mungkin memang benar, melepaskan tak selamanya menyakitkan dan membuat terluka. Dengan merelakan Raka, kini justru Bda bisa melihat perkembangan Raka yang jauh lebih baik.

Bda menatap pria di sampingnya yang kini sudah berstatus menjadi suaminya, Saka yang juga menatap Bda.

Tangan mereka saling menggenggam, tak akan pernah melepaskan sebab pada hari ini Sabda Tuhan telah tertulis, menyematkan nama Saka dan Bda pada satu perjalanan kehidupan baru, awal kebahagiaan dari segala kebahagian yang akan menyelimuti hari-hari mereka.

Semoga.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Gayssss finally tamat~~~~~
T

erima kasih sudah menemani aku bertumbuh di cerita ini sampai akhirnya aku bisa menamatkan ini.

Jujur ngga mudah, karena aku emosi sekali saat menulis ini (suka sedihan anaknya) tapi ini salah satu cerita yang aku tulis dengan penuh hati, dan ternyata aku banyak belajar juga menulis ini.

Tentang Saka,
Tentang Bda,
Tentang Raka,
Tentang Abril,
Tentang Mandira,

Terima kasih untuk kalian yang sudah mau bersabar dan sampai akhir menemani cerita iniiiii~

Sehat dan bahagia selalu yaa,
Sampai jumpa dicerita cerita yang lainnya.
Luv, de.

SabdaWhere stories live. Discover now